Kata “Ribath” dan “ Murabith” belakangan ini sering muncul, terutama yang berhubungan dengan berita perlawanan Gaza/Hamas melawan penjajah teroris Zionis Yahudi terkutuk. Ribath berasal dari kata “rabatho-yarbuthu” yang secara bahasa artinya bisa bermacam-macam dari mulai mengikat, menghubungkan, menggandeng, menjaga, menguatkan, mengeratkan dan yang semacamnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang dapat menjadi sebab Allah menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat.” Mereka -para sahabat- menjawab, “Tentu saja mau, wahai Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Yaitu menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak menyenangkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu sholat berikutnya sesudah mengerjakan sholat, maka itulah RIBATH.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah).
Sedangkan secara istilah, ribath sering diartikan sebagai berjihad menjaga perbatasan suatu daerah dari serangan/rongrongan musuh dari luar. Orang yang melakukan ribath disebut Murabith. Seorang murabith tidak berarti harus berperang membawa senjata melawan musuh tapi juga bertahan tidak meninggalkan tempat walau jiwanya diancam. Contohnya dengan menolong korban/orang yang sakit, menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari dll.
“Ribath satu hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan apa pun yang ada di atasnya”. (Shahih Al-Bukhari: 2892).
Itulah yang dilakukan rakyat Palestina, khususnya penduduk Gaza saat ini. Dapat kita saksikan betapa gigihnya perlawanan mereka terhadap kejahatan Zionis yang sudah benar-benar keterlaluan keji dan bengisnya. Dengan alasan membela diri dari serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu, mereka seenaknya memperlakukan penduduk Gaza. Gaza yang merupakan penjara terbesar di dunia adalah kota dimana lahir Hamas organisasi terbesar Palestina yang gigih berjuang meraih kemerdekaan Palestina agar lepas dari penjajah Israel yang telah merebut tanah air mereka pada tahun 1948.
Perjuangan Hamas dan organisasi perjuangan Palestina lainnya yang berjihad dengan mengangkat senjata, serta rakyat Palestina yang berjihad dengan ribath, tentu saja bukan sekedar demi tanah air mereka tapi terlebih lagi dengan adanya kompeks Masjidil Aqsho yang merupakan kiblat pertama kaum Muslimin.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan RIBATH (tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung“. ( Terjemah QS. A-Ali Imron(3):200).
“Maka atas kalian kewajiban berjihad, dan sesungguhnya jihad kalian yang paling utama adalah ribath menjaga perbatasan, dan sesungguhnya ribath kalian yang paling utama adalah di ‘Asqalan.” (HR Ath Thabrani, sanadnya shahih menurut Al Albani).
Berdasar penemuan sejarah, Gaza dan ‘Asqalan telah ada dan telah dihuni sejak masa prasejarah. Teks pertama menyebut wilayah ‘Asqalan berasal dari abad 19 sebelum Masehi. Sementara Gaza yang berjarak 12 mil dari ‘Asqalan, sejak dibebaskan dan menjadi kota Islam sampai terjadinya Perang Salib adalah bagian dari ‘Asqalan. Itulah mengapa ada yang menyebut Imam Asy Syafi’i lahir di Gaza, ada pula di ‘Asqalan.
“Adapun ‘Asqalan”, catat Ibn Taimiyah, “Termasuk wilayah perbatasan kaum Muslimin, karenanya banyak orang-orang shalih dari ummat ini yang bertempat tinggal di sana dalam rangka untuk ribath di jalan Allah.”
Dalam banyak rekaman video terlihat bukan saja orang dewasa tapi juga anak-anak Palestina yang dengan tekad kuat menyatakan, “Ini tanah kami, dan kami akan menjaganya” meski kematian sudah tampak dekat di hadapan mereka. “Kami hanya takut kepada Allah” begitulah jawaban para murabith tanah ribath Palestina. Dan separah apapun keadaan yang mereka alami, “Alhamdulillah” adalah kata yang keluar dari lisan mereka.
Bahkan seorang nenek usia 80 tahunpun tak mau kalah untuk ribath. “Jika seluruh dunia datang, kami tidak akan meninggalkan tanah kami. Jika bukan saya, anak dan cucu saya akan hidup di sini selamanya, saya ingin syahid (mati) di tanahku. Saya akan tetap di sini meskipun semua kehancuran dan serangan,” kata nenek Fatihia, dikutip Aljazeera, Jumat (5/1). “Tidak ada yang bersama kami, rakyat Palestina menderita, kami hanya punya Allah, tapi saya tidak akan keluar dari rumah saya, saya tidak ingin keluar, baik mati atau terhina.”, lanjutnya lagi.
“Kami bisa saja pergi dari sini mengungsi ke tempat yang lebih aman, tetapi jika kami pergi, lalu siapa yang akan menjaga Al-Aqsho. Jika Al-Aqsho dikuasai mereka (entitas Yahudi). Maka kehormatan umat Muslim di seluruh dunia akan diinjak-injak,” tegas Komandan Brigade Al-Qassam Hamas, Abu Ubaidah.
Zionis Israel sejatinya tidak hanya menginginkan tanah Palestina yang mereka klaim sebagai tanah suci mereka. Zionis dan para sekutunya di belakang hari ternyata memiliki agenda tersembunyi yaitu ingin membangun sebuah terusan yang mau tidak mau harus melewati jalur Gaza, demi menyaingi terusan Suez yang saat ini dikuasai Mesir. Ini adalah proyek raksasa yang bakal membuat mereka makin kaya raya.
Itu sebabnya kita saksikan betapa gencarnya tentara Zionis membombardir Gaza. Dengan semena-mena mereka mengusir penduduk Gaza utara untuk mengungsi ke Gaza selatan tapi setiba disana tetap ditembaki! Gaza dengan cara apapun memang ingin mereka rampas.
Namun kini sebagian besar penduduk Gaza tidak mau mengulangi kesalahan dengan apa yang dikenal peristiwa Nakba. Nakba yang berarti bencana atau malapetaka adalah tragedy diusirnya rakyat Palestina dari kota-kota dan kampung-kampung mereka hingga Zionis Israel dengan leluasa dapat merampas rumah dan tanah mereka.
Sebanyak 530 kota dan desa dihancurkan, sekitar 15 ribu warga Palestina dibunuh. Dan pada akhirnya Israel memperoleh 78 persen wilayah Palestina dengan menyisakan Tepi Barat, wilayah timur Yerusalem dan Jalur Gaza yang terisolasi dari keduanya. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1948 menyusul diproklamirkannya negara Israel yang di prakasai Inggris.
Pertanyaannya, apakah ribath hanya milik warga Gaza\’Asqalan semata?? Tidak berlaku bagi kaum Muslimin yang lain seperti kita, Muslim yang tinggal jauh dari Palestina?? Cukupkah kita membantu hanya dengan doa dan donasi uang/makanan padahal korban hari ini sudah mencapai lebih dari 23 ribu jiwa mayoritas anak2??
Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685).
Lupakah kita bagaimana hebat dan kuatnya persaudaraan Muslim hingga Islam di masa lalu dapat mencapai kejayaannya, Islam yang ditakuti sekaligus dihormati musuh. Bukan Islam yang menjadi korban dan bahan bualan musuh.
Wallahu’alam bi shawwab.
Jakarta, 14 Januari 2024.
Vien AM.
Leave a comment