Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Catatan Mualaf’ Category

AISHA Bhutta, seorang muslimah yang juga dikenal dengan nama aslinya, Debbie Rogers, punya cerita menakjubkan tentang bagaimana dirinya memeluk Islam dan mengantarkan hidayah kepada 30 orang keluarga dan kerabatnya.

Keluarga Rogers adalah orang-orang Kristen yang taat. Mereka secara rutin menghadiri pertemuan Salvation Army. Ketika semua remaja di Inggris mencium poster George Michael (artis), Debbie Rogers lebih suka memasang foto-foto Yesus di dindingnya. Namun dia menemukan bahwa kekristenan tidak cukup; ada terlalu banyak pertanyaan yang tidak terjawab dan dia merasa tidak puas dengan kurangnya struktur disiplin untuk keyakinannya.

Pasti ada lebih banyak yang harus kupatuhi daripada sekadar berdoa ketika aku menginginkannya,” kata dia.

Debbie Rogers masih seorang gadis Kristen taat berusia belia saat mengenal Muhammad, pria yang kini menjadi suaminya. Aisha pertama kali bertemu calon suaminya, Mohammad Bhutta, ketika dia berusia 10 tahun. Muhammad merupakan pelanggan toko yang dikelola oleh keluarga Rogers. Aisha melihatnya sholat di ruang belakang.

Ada kepuasan dan kedamaian dalam apa yang dia lakukan. Dia mengatakan dia adalah seorang Muslim. Saya berkata: Apa itu seorang Muslim?” tutur Aisha.

Kemudian dengan bantuan Muhammad, dia mulai mencari lebih dalam tentang Islam. Pada usia 17, dia telah membaca seluruh isi Alquran dalam bahasa Arab. “Semua yang saya baca,” katanya, “masuk akal.

Debbie Rogers yang kemudian bernama Aisha, membuat keputusan untuk masuk Islam pada saat dirinya masih berusia 16. “Ketika aku mengucapkan kata-kata itu, rasanya seperti beban besar yang kubawa di pundakku terlempar. Aku merasa seperti bayi yang baru lahir,” ungkap Aisha.

Meskipun dia telah jadi mualaf, orang tua Muhamad ternyata menentang pernikahan mereka. Mereka melihatnya sebagai wanita Barat yang akan menyesatkan putra tertua mereka dan memberi nama keluarga yang buruk.

Meski demikian, pasangan itu menikah di masjid setempat. Aisha mengenakan gaun yang dijahit tangan oleh ibu dan saudara perempuan Muhamad yang menyelinap ke upacara melawan keinginan ayahnya yang menolak untuk hadir. Nenek tuanya yang membuka jalan untuk ikatan di antara para wanita. Dia tiba dari Pakistan di mana pernikahan campuran ras bahkan lebih tabu. Neneknya bersikeras ingin bertemu Aisha. Dia sangat terkesan oleh fakta bahwa calon cucu menantunya itu mempelajari Alquran dan kultur keluarga Muhammad. Neneknya lah yang meyakinkan keluarga untuk menerima Aisha.

Sementara orang tua Aisha, Michael dan Marjory Rogers, meskipun menghadiri pernikahan, lebih peduli dengan pakaian yang sekarang dipakai oleh putri mereka (shalwaar kameez tradisional) dan apa yang akan dipikirkan tetangga. Enam tahun kemudian, Aisha memulai sebuah misi untuk mengantarkan hidayah kepada mereka dan anggota keluarganya lainnya.

Suami saya dan saya berdakwah pada ibu dan ayah saya, memberi tahu mereka tentang Islam dan mereka melihat perubahan dalam diri saya,” ungkap Aisha.

Ibunya segera mengikuti jejaknya. Marjory Rogers mengubah namanya menjadi Sumayyah dan menjadi seorang Muslim yang taat. “Dia mengenakan jilbab dan melakukan shalat tepat waktu dan tidak ada yang berarti baginya kecuali hubungannya dengan Tuhan,” kata Aisha.

Ayah Aisha lebih sulit didakwahi, jadi dia meminta bantuan ibunya yang baru masuk Islam (yang sejak itu meninggal karena kanker). “Ibu saya, saya biasa berbicara dengan ayah saya tentang Islam dan suatu hari kami duduk di sofa di dapur dan dia berkata, “Apa kata yang kamu ucapkan ketika kamu menjadi seorang Muslim?” Aku dan ibuku terkejut dibuatnya. Tiga tahun kemudian, saudara laki-laki Aisha masuk Islam melalui telepon, – terima kasih kepada BT,” cerita Aisha.

Kemudian istri dan anak-anak dari saudara lelaki Aisha itu turut masuk Islam, diikuti oleh putra saudara perempuannya. Itu tidak berhenti di situ. Setelah keluarganya menjadi mualaf, Aisha mengalihkan perhatiannya ke lingkungan kediamanannya di Cowcaddens, yang penuh dengan deretan flat rumah petak abu-abu. Setiap hari Senin selama 13 tahun terakhir sejak dirinya masuk Islam, Aisha telah membuka masjlis di sana. Islam untuk wanita Skotlandia. Sejauh ini dia telah membantu untuk mengkonversi lebih dari 30 orang.

Para wanita datang dari berbagai latar belakang yang membingungkan. Trudy, seorang dosen di Universitas Glasgow dan mantan Katolik, menghadiri kelas-kelas Aisha murni karena dia ditugaskan untuk melakukan penelitian. Tetapi setelah enam bulan belajar, dia pindah agama. Kekristenan penuh dengan “inkonsistensi logis”. “Saya tahu dia mulai terpengaruh oleh pembicaraan”, kata Aisha. Bagaimana dia bisa tahu? “Aku tidak tahu, itu hanya perasaan.”

Kelas-kelas itu termasuk gadis-gadis Muslim yang tergoda oleh cita-cita Barat dan kebutuhan akan keselamatan, mempraktikkan wanita Muslim yang menginginkan forum terbuka untuk diskusi menolak mereka di masjid yang didominasi pria setempat, dan mereka yang hanya tertarik pada Islam.

Aisha menyambut pertanyaan. “Kita tidak bisa berharap orang membabi buta percaya,” kata dia.

Suaminya, Mohammad Bhutta, tampaknya tidak begitu terdorong untuk mengubah pemuda Skotlandia menjadi saudara Muslim. Dia sesekali membantu di restoran keluarga, tetapi tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memastikan kelima anaknya tumbuh sebagai Muslim.

Yang tertua, Safia, “hampir 14, Al-Humdlillaah (Alhamdulillah!)”, Tidak membenci majlis. Suatu hari dia bertemu seorang wanita di jalan dan membawa belanjaannya, wanita itu menghadiri kelas-kelas Aisha dan sekarang seorang Muslim.

Jujur saya bisa mengatakan saya tidak pernah menyesalinya,” kata Aisha tentang perjalanannya ke Islam.

Setiap pernikahan mengalami pasang surut dan kadang-kadang Anda membutuhkan sesuatu untuk menarik Anda keluar dari kesulitan apa pun. Tetapi Nabi SAW bersabda, mengatakan: ‘Setiap kesulitan memiliki kemudahan.’ Jadi, ketika Anda melewati tahap yang sulit, Anda sebetulnya sedang bekerja untuk kemudahan yang akan datang.”

Mohammed lebih romantis: “Saya merasa kita sudah saling kenal selama berabad-abad dan tidak boleh berpisah satu sama lain. Menurut Islam, Anda bukan hanya mitra seumur hidup, Anda bisa menjadi mitra di surga juga, selamanya. Ini hal indah,” kenang Aisha. []

Wallahu a’lam bish shawwab.

Jakarta, 6 Maret 2024.

Vien AM.

Dicopy dari : https://www.islampos.com/kisah-aisha-bhutta-seorang-mualaf-yang-mengislamkan-30-orang-188533/

Read Full Post »

Hidayatullah.com – Megan B Rice hobi membaca. Ia memulai sebuah klub novel roman di platform Discord dan mengunggah ulasan buku di TikTok. Bulan lalu, Rice, yang berusia 34 tahun dan tinggal di Chicago, menggunakan akun media sosialnya untuk menyuarakan krisis kemanusiaan di Gaza.

Saya ingin berbicara tentang keimanan orang-orang Palestina, bagaimana iman mereka begitu kuat, dan mereka masih menemukan ruang untuk menjadikannya sebagai prioritas untuk berterima kasih kepada Tuhan, bahkan ketika segalanya telah diambil dari mereka,” katanya dalam sebuah wawancara.

Beberapa follower Muslim menyarankannya untuk membaca Al-Qur’an, kitab suci agama Islam, untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang Islam. Maka Rice, yang tidak dibesarkan dalam lingkungan religius, mengorganisir “Klub Buku Agama Dunia” di Discord, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat mempelajari Al Qur’an bersamanya.

Semakin banyak Rice membaca, semakin banyak isi teks yang selaras dengan sistem keyakinannya. Ia menemukan bahwa Al-Qur’an adalah anti-konsumerisme, anti-penindasan, dan feminis. Dalam waktu satu bulan, Rice mengucapkan syahadat, membeli jilbab, dan menjadi seorang Muslim.

Rice tidak sendirian dalam keinginannya untuk merasakan Al-Qur’an. Di TikTok, anak-anak muda AS membaca teks tersebut untuk lebih memahami agama yang telah lama dijelek-jelekkan oleh media Barat, dan untuk menunjukkan solidaritas dengan banyak Muslim di Gaza. Video-video di bawah tagar “quranbookclub” – yang telah ditonton sebanyak 1,9 juta kali di aplikasi ini – menunjukkan para pengguna sedang memegang kitab suci yang baru mereka beli dan membaca ayat-ayatnya untuk pertama kali.

Ada juga yang mencari versi gratisnya secara online, atau mendengarkan seseorang melantunkan ayat-ayat tersebut saat mereka berkendara ke tempat kerja. Tidak semua orang yang membaca Al-Qur’an di TikTok adalah perempuan, tetapi sebagian besar mereka mengikut #BookTok, sebuah sub-komunitas di mana sebagian besar pengguna perempuan berkumpul untuk mendiskusikan buku.

Zareena Grewal adalah seorang profesor di Yale yang sedang mengerjakan sebuah buku tentang kitab suci Islam dan toleransi beragama dalam budaya Amerika. Ia mengatakan bahwa ketertarikan terhadap TikTok ini bukan tidak pernah terjadi sebelumnya.

Setelah peristiwa 9/11, Al-Qur’an menjadi buku terlaris secara instan, meskipun pada saat itu banyak orang Amerika yang membelinya untuk mengkonfirmasi bias yang mereka pegang tentang Islam sebagai agama yang pada dasarnya penuh dengan kekerasan.

Perbedaannya adalah bahwa pada saat ini, orang-orang tidak beralih ke Al-Qur’an untuk memahami serangan 7 Oktober oleh Hamas,” kata Grewal. “Mereka berpaling kepada Al-Qur’an untuk memahami ketangguhan, keimanan, kekuatan moral, dan karakter yang luar biasa yang mereka lihat dalam diri Muslim Palestina.”

Hal itulah yang membuat Nefertari Moonn, seorang wanita berusia 35 tahun dari Tampa Florida, membaca Al Qur’an milik suaminya. Moonn menganggap dirinya spiritual, bukan religius, dan menggambarkan suaminya sebagai seorang Muslim yang tidak taat. “Saya ingin melihat apa yang membuat orang memanggil Allah ketika mereka menghadapi kematian,” katanya. “Melihat bagian demi bagian beresonansi dengan saya. Saya mulai memiliki keterikatan emosional dengannya.

Karena itu, Moonn pun memutuskan untuk bersyahadat, kembali kepada fitrahnya menjadi seorang Muslim.

Saya tidak bisa menjelaskannya, tapi ada kedamaian yang muncul saat membaca Al-Qur’an,” katanya. “Saya merasa ringan, seperti kembali kepada sesuatu yang selalu ada dan menunggu saya untuk kembali.”

Misha Euceph, seorang penulis dan host podcast keturunan Pakistan-Amerika yang mempelajari penafsiran progresif Al-Qur’an, telah menyelenggarakan serial Instagram Qur’an Book Club sejak tahun 2020. Ia mengatakan bahwa tema-tema tertentu dalam teks tersebut sesuai dengan nilai-nilai kaum muda Amerika yang berhaluan kiri.

Al-Qur’an penuh dengan metafora alam dan mendorong Anda untuk menjadi pencinta lingkungan,” kata Euceph. “Al-Qur’an juga memiliki sikap anti-konsumerisme, dalam arti bahwa kita semua adalah penjaga bumi yang tidak boleh menjalin hubungan yang eksploitatif dengan dunia atau sesama manusia.”

Dalam Al-Qur’an, laki-laki dan perempuan adalah setara di mata Tuhan, dan Rice serta para pengguna TikTok lainnya mengatakan bahwa penafsiran mereka terhadap teks tersebut mendukung prinsip-prinsip feminis mereka. Ia juga terlibat dengan penjelasan ilmiah tentang penciptaan, dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membahas dentuman besar dan teori-teori lainnya.

Biasanya, kita sudah terbiasa dengan komunitas agama yang memerangi ilmu pengetahuan,” kata Rice. “Sekarang saya melihat sebuah agama merangkul sains dan menggunakan teks-teks sucinya untuk mendukungnya.”

Sylvia Chan-Malik sedang berkualiah di sekolah pascasarjana setelah peristiwa 9/11 di tengah-tengah lonjakan kejahatan kebencian terhadap Muslim dan bahasa xenofobia yang digunakan di media. “Saya sangat tertarik dengan apa yang sedang terjadi, membandingkannya dengan sejarah orang Jepang-Amerika setelah Pearl Harbor,” katanya. “Saya mulai mencari tahu sendiri, bertemu dengan orang-orang Islam, dan saya sangat terkejut ketika saya mengerjakan pekerjaan rumah tentang Islam.”

Dalam perjalanannya, Chan-Malik memeluk agama Islam. Dia sekarang menjadi profesor di Rutgers University yang penelitiannya berfokus pada sejarah Islam dan Islamofobia di AS. “Saya memiliki pengalaman yang sangat mirip dengan apa yang terjadi di TikTok sekarang,” katanya. “Pada saat itu, saya bertanya-tanya mengapa orang-orang yang saya temui yang beragama Islam sangat berbeda dengan apa yang saya dengar di berita. Saya tidak pernah mengalami perbedaan yang begitu besar antara persepsi populer dan kebenaran.”

Grewal, profesor dari Yale, percaya bahwa orang sering kali mulai membaca teks dengan harapan dapat mendukung pandangan dunia yang sudah mereka miliki. “Sama seperti orang-orang rasis yang mencari ayat-ayat untuk mengkonfirmasi bias rasial mereka, orang-orang yang berhaluan kiri mencari buku ini untuk mengkonfirmasi pesan-pesan progresif,” katanya. “Setiap kitab suci itu rumit dan mengundang banyak pembacaan,” dan para TikTokers “datang ke teks untuk mencari apa yang mereka harapkan”.

Tumbuh di bawah bayang-bayang peristiwa 9/11, kata Rice, ia menolak Islamofobia dan diskriminasi yang menjadikan warga Muslim Amerika sebagai target. “Sebagai seorang wanita kulit hitam, saya terbiasa dengan pemerintah Amerika yang menyebarkan stereotip berbahaya yang mengarah pada kesalahpahaman yang dimiliki orang-orang di luar komunitas saya,” katanya. “Saya tidak pernah percaya dengan stereotip yang disebarkan tentang komunitas Muslim pasca 9/11, tetapi baru setelah saya mulai membaca Al-Qur’an, saya menyadari bahwa saya telah menginternalisasi kesalahpahaman tersebut, karena saya percaya bahwa Islam adalah agama yang sangat keras dan ketat.”

Membaca Al-Qur’an dimulai sebagai cara Rice menunjukkan empati kepada warga Palestina yang terjebak di Gaza. Kini, hal tersebut telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama. “Menurut saya, tidak masalah apa latar belakang agama Anda,” katanya. “Anda bisa menumbuhkan empati kepada seseorang dengan mempelajari bagian paling intim dari mereka, termasuk keyakinan mereka.”

The Guardian

Read Full Post »

Membaca kisah perjalanan mualaf dari berbagai negara dalam menemukan hidayahNya selalu menarik untuk diikuti. Allah SWT lah yang memberi hidayah dan petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dan ini berlaku sepanjang masa sejak diciptakannya manusia pertama hingga akhir dunia nanti.

Termasuk juga para sahabat di zaman awal lahirnya Islam seperti Abu Bakar ra dll. Bahkan Umar ibnul Khattab pemuda gagah berani bertemparamen keras yang sangat membenci Islam hingga berniat membunuh Rasulullah Muhammad SAW. Namun ketika kemudian ia diberi tahu bahwa adik perempuannya sendiri diam-diam memeluk Islam. Maka ia membelokkan langkahnya menuju rumah adiknya tersebut untuk mendampratnya. Namun apa yang terjadi?? Ketika adiknya menunjukkan potongan surat Thoha ayat 1 hingga 8, hatinyapun tiba-tiba luluh.

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.  (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”.

Umar segera mengayunkan langkahnya menuju Darul Arqam dimana Rasulullah biasa berkumpul bersama para sahabat untuk mengkaji Al-Quranul Karim. Begitu mengetahui Umar yang terkenal keji berada di depan pintu, para sahabat segera bersiap dengan pedang mereka.

Namun ternyata Umar  yang di kemudian hari menjabat sebagai amirul mukminin dengan gelar Al-Faruq yang artinya pemisah antara yang haq (benar) dan batil (salah) itu datang tidak dengan menghunuskan pedang melainkan untuk menyatakan ke-Islam-annya.

Rupanya Allah swt tengah mengabulkan doa Rasulullah sebagai berikut, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini, Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.”

Demikianlah Allah Azza wa Jala memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki, dengan cara apapun yang Ia kehendaki.

**********

Pada suatu hari di tahun 2009, seorang pria bertubuh tinggi kekar berjalan menuju masjid dengan kepala tertunduk dan wajah merah padam menyimpan kemarahan yang siap meledak. Hari itu adalah hari Jumat dan masjid dipenuhi jemaah yang bersiap melaksanakan shalat Magrib.

Pria bertato itu adalah Richard McKinney, seorang mantan anggota Angkatan Laut AS yang membenci Islam sejak bertempur di Irak dan Afghanistan. Kebencian dan kemarahannya semakin memuncak ketika ia pulang ke kampung halamannya di Muncie, Indiana, Amerika Serikat, melihat banyak Muslim di kotanya.

Ia memasuki masjid tentu saja bukan untuk beribadah melainkan  untuk menghancurkan tempat suci tersebut dengan bom. Ia menyebutnya sebagai misi terakhirnya dengan taruhan rela mati.  Sore itu ia pergi ke masjid dengan niat untuk mengamati lokasi dimana ia akan meletakkan bom yang dibawanya sekaligus mengumpulkan informasi intelijen untuk mendukung asumsinya bahwa Islam adalah ideologi kejam. 

Islam adalah kanker dan saya seorang dokter bedah yang akan mengobatinya,” ujarnya sesumbar kepada banyak orang yang ditemuinya.

Dalam benaknya terbayang pemandangan indah meledak dan matinya para teroris Islam, dari tempat parkirnya.

Namun begitu memasuki masjid, terjadi sesuatu yang tak disangkanya.  Beberapa orang jamaah masjid yang tampaknya menaruh curiga terhadapnya, mendekati dan bahkan melucutinya tanpa ia bisa berbuat sesuatu.  

Dan sebelum ia sempat berpikir panjang, Mohammad S Bahrami, warga Afghanistan salah satu pendiri Islamic Center tersebut datang memeluknya dan menangis. Kemudia ia memberinya Al-Quran, dan meminta untuk membaca dan mempelajarinya. Serta menawarkannya untuk datang kapan saja ke masjid tersebut untuk menanyakan apapun yang ia ingin ketahui tentang Islam.

McKinney benar-benar dibuat terpukau atas apa yang terjadi. Istri Mohammad S Bahrami, Bibi Bahrami, yang diberi julukan “Ibu Teresa” oleh komunitas Muslim di Muncie bahkan mengundangnya datang ke rumah mereka. Dan menghidangkannya hidangan lezat khas Afghanistan.

8 bulan kemudian setelah yakin akan kebenaran Islam, McKinney pun bersyahadat. Kini McKinney bukan lagi orang asing yang berdiri di gerbang masjid. Ia telah menemukan ikatan persaudaraan di sana, bukan dalam panasnya pertempuran, tapi dalam keyakinan. Ia bahkan sempat menjabat sebagai Presiden Islamic Center Muncie selama dua tahun.

Sebuah pelajaran menarik, disamping hidayah, doa dari orang-orang sholeh yang menginginkan seseorang memeluk Islam adalah penting.

Beberapa tahun kemudian, Josh Seftel seorang sutradara film yang memproduksi film seri documenter berjudul “The Secret Life of Muslims” tertarik dengan kisah Mc Kinney. Maka iapun mengangkat kisah tersebut menjadi film pendek dokumenter berjudul “Stranger at the Gate”. Film ini memenangkan penghargaan khusus di Festival Film Tribeca 2022.

Film ini bukan sekedar berbagi kisah nyata dalam ber-Islam. Tetapi untuk  memotivasi agar orang mau bertindak melawan kebencian”, McKinney menjelaskan alasannya bersedia kisahnya didokumentasikan dalam film.

Itu untuk semua orang. Dengan semua ‘isme’ yang harus kita hadapi setiap hari di negara ini”, imbuhnya.

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 23 Mei 2023.

Vien AM.

Sumber :

https://www.merdeka.com/dunia/tentara-itu-masuk-ke-masjid-membawa-bom-tapi-calon-korbannya-malah-mengubah-hidupnya.html

Read Full Post »

Pada suatu pagi di dataran tinggi Skotlandia, beberapa mobil mulai berdatangan ke parkiran A890 di sebuah hutan di Glen Caron. Prakiraan cuaca mengatakan hari itu akan hujan, tetapi matahari menyembul sejenak ketika sekelompok pendaki bersiap-siap untuk menempuh perjalanan menanjak sejauh 10 kilometer di Gleann Fhiodhaig, Wester Ross, Skotlandia.

Pemandangan seperti ini dapat ditemukan di ratusan parkiran mobil di seluruh Skotlandia setiap akhir pekan. Bedanya, kelompok yang terdiri dari 20 pendaki ini adalah peziarah. Mereka hendak mengunjungi makam seorang aristokrat dari zaman Ratu Victoria.

Mereka datang dari Edinburgh, Liverpool, Leicester, dan tempat-tempat lain yang lebih jauh untuk memberi penghormatan pada Lady Evelyn Cobbold – orang yang dianggap sebagai perempuan mualaf pertama yang lahir di Inggris dan melakukan ibadah haji ke Mekah.

Kegiatan keagamaan itu diselenggarakan oleh The Convert Muslim Foundation, yayasan berbasis di Britania Raya yang memberikan sokongan bagi orang-orang yang baru masuk Islam. Yayasan tersebut didirikan oleh Batool Al-Toma, seorang mualaf dari Irlandia. Perempuan itulah yang mengundang para mualaf untuk mendaki gunung.

“Sejak saya mendengar tentang Lady Evelyn, saya tertarik pada ceritanya. Dia wanita tangguh yang tidak membiarkan dirinya diremehkan hanya karena dia perempuan,” kata Al-Toma.

Tidak lama setelah mereka berjalan, hujan mulai turun. Topi dan tudung tahan air pun menutupi kepala dan hijab. Seiring angin dan hujan menerpa, para peziarah merenungkan perjalanan terakhir Lady Evelyn di lembah itu menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Ia meninggal pada Januari 1963 pada musim dingin yang lebih dingin dari biasanya dan dikubur di lereng bukit terpencil di perkebunan Glencarron miliknya. Dalam pemakamannya, seorang peniup bagpipe yang “gemetaran karena kedinginan” memainkan MacCrimmon’s Lament (lagu ratapan Skotlandia untuk orang yang meninggal dunia). Kemudian seorang Imam dari Woking, Surrey melakukan ritual penguburan, menurut kesaksian yang dipublikasikan di situs web Masjid Inverness.

Kaitan dengan Woking itu masih ada. Seorang perwakilan dari masjid di kota tersebut ikut serta dalam ziarah ke kuburan Lady Evelyn hampir 60 tahun kemudian.

Lahir di Edinburgh pada akhir 1800-an, Lady Evelyn menghabiskan masa kecilnya di Skotlandia dan Afrika Utara. Di Afrika, ia pertama kali mengenal Islam, berkunjung ke masjid bersama kawan-kawannya dari Aljazair. Lady Evelyn menikah dengan John Cobbold pada 1891 setelah bertemu saat melancong di Kairo.

“Tanpa disadari, dalam hati saya sudah sedikit Muslim,” tulisnya di kemudian hari.

Tidak ada yang tahu pasti kapan perempuan itu mulai memeluk Islam. Namun pertemuan kebetulan dengan Paus saat ia berkunjung ke Roma tampaknya menguatkan keyakinannya.

“Ketika Yang Mulia tiba-tiba berbicara kepada saya dengan bertanya apakah saya seorang Katolik, saya terkejut sejenak kemudian menjawab bahwa saya Muslim,” ujarnya.

“Entah apa yang merasuki saya, saya sama sekali tidak tahu karena saya sudah bertahun-tahun tidak memikirkan Islam.”

Di Timur Tengah, Lady Evelyn dikenal dengan nama Lady Zainab oleh kawan-kawan Arabnya. Ia punya akses luas dan pernah menulis tentang “pengaruh dominan perempuan di budaya Muslim”.

Pada usia 65 tahun, ia menunaikan haji ke Mekah, perempuan Inggris pertama yang melakukan ibadah ini.

Salah seorang Mualaf yang berziarah ke makam Lady Zainab adalah Yvonne Ridley, yang tinggal di perbatasan Skotlandia. Ridley masuk Islam setelah bekerja sebagai jurnalis di Afghanistan dan ditangkap oleh Taliban pada 2001.

“Keputusan saya untuk masuk Islam dipicu, dengan banyak cara, oleh penangkapan dan penahanan saya oleh Taliban. Pengalaman itu mengarahkan saya pada jalan yang awalnya sekadar kegiatan akademik namun menuntun saya pada perjalanan spiritual,” ujarnya.

Dalam memoarnya, In the Hands of the Taliban, Ridley mengatakan ia kagum dengan sikap hormat dan kesopanan yang ditunjukkan para pria Taliban kepadanya. Selama penahanannya ia berjanji akan mempelajari Al-Quran dan melakukannya setelah ia dilepaskan.

Ridley belajar tentang Lady Evelyn dari Al-Toma ketika mereka di Turki. “Saya mulai membaca lebih banyak tentang perempuan Skotlandia yang luar biasa ini, kemudian Batool dan saya memutuskan kami akan mengajak sekelompok mualaf untuk berziarah ke makamnya,” kata Ridley.

Setelah tiga jam pendakian dalam cuaca dingin dan basah, para peziarah beristirahat sejenak sementara pemandu mereka, Ismail Hewitt, yang mengenakan kilt, berjalan lebih jauh untuk mencari tempat peristirahatan terakhir Lady Evelyn.

Semangat mereka bangkit ketika ia melambai dari kejauhan, memberi sinyal bahwa tempatnya sudah kelihatan, tidak jauh di atas bukit. Kelompok mualaf itu berjalan ke sana kemudian berkumpul dan berlutut di sekeliling batu nisannya.

Satu per satu dari mereka memberi penghormatan sebelum berdoa bersama. Momen ini sungguh mengharukan dan beberapa orang bahkan sampai menangis. Al-Toma menutup upacara tersebut dengan membacakan cuplikan dari buku yang ditulis Lady Evelyn tentang perjalanan hajinya ke Mekah.

“Apakah yang terjadi dalam beberapa hari ke belakang selain minat, keajaiban, dan keindahan yang tak ada habisnya. Bagi saya, sebuah dunia baru yang menakjubkan telah terungkap.”

Setelah berjalan kembali ke jalanan, para peziarah diundang ke masjid di Iverness untuk makan bersama dan merenungkan perjalanan yang baru mereka lakukan. Ridley berkata ia merasa letih sehabis perjalanan, namun doa bersama di makam Lady Evelyn “menggetarkan jiwa”.

“Ada seekor rusa yang muncul di bukit di atas kuburannya, yang cukup simbolis dan menggugah,” ujarnya.

“Inilah perempuan yang hatinya berada di Highlands, tapi juga sangat mendalami Islam.”

Al-Toma setuju bahwa Lady Evelyn adalah contoh bagaimana para mualaf dapat tetap mempertahankan identitas dan budayanya.

“Dia adalah mualaf yang sangat penting di sini,” imbuhnya.

“Saya senang membaca bukunya dan melakukan perjalanan ini karena saya mengagumi keberaniannya dan jiwa petualangnya. Dia seorang perintis sejati.”

Jakarta, 20 Juli 2022.

Vien AM.

Diambil dari : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61809297

Read Full Post »

Kisah YouTuber asal Inggris Jay Palfrey jadi muallaf menarik untuk disimak. YouTuber terkenal ini mendapat hidayah Islam setelah traveling ke banyak negara di belahan dunia. Jay Palfrey membagikan pengalamannya menemukan Islam dan memutuskan untuk mengucapkan Syahadat.

Sebelum menjadi Mualaf, Jay kerap dikenal dengan unggahan video yang seringkali berisi reaksi dirinya terhadap indahnya ajaran Islam. YouTuber yang memiliki lebih dari 1.26M subscribers ini memberi jawaban atas pertanyaan pengikutnya perihal keputusannya untuk menjadi mualaf.

Dalam video “I became Muslim – why?” Jay menceritakan bahwa dirinya hidup di sebuah kota kecil dekat London yang mayoritas penduduknya adalah non-muslim. Dilansir dari laman Muslimahdaily, satu-satunya hal yang mempengaruhinya untuk mengetahui soal Islam dalam lingkungan tempat tinggalnya adalah acara-acara televisi, juga gerakan ekstrimisme orang UK (United Kingdom) perihal kejadian 9/11 yang membuat mereka memiliki tanggapan buruk terhadap Islam.

Jay menceritakan tentang kondisi dirinya dahulu yang memaksanya untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Saat remaja, pemikiran Jay penuh dengan hal-hal negatif, lingkungannya yang selalu menyudutkan Islam membuatnya mudah terpengaruh. Ia juga tumbuh dengan kondisi ekonomi keluarga yang kurang dari cukup, bahkan hal ini membuatnya menjadi bahan bully teman-teman sekolahnya karena seragam yang ia kenakan sudah koyak. Kehilangan orang yang terkasihi dalam keluarganya juga menjadikan pemikiran Jay akan masa depan dan kehidupannya semakin buruk.

Untuk keluar dari situasi itu, ia memutuskan untuk pergi dari lingkungan tempat tinggalnya dan kuliah untuk membentuk hidup yang lebih baik lagi seorang diri. Dari sana lah ia mulai bekerja keras dan jatuh cinta dengan traveling. Dari traveling itulah, perjalanan menuju Islam Jay Palfrey terjawab. Ia mengunjungi negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam seperti Irak dan Turki.

Dalam perjalanannya yang sekadar iseng, tak sengaja ia merasa bahwa perjalanan ini seperti membawanya ke arah yang religius sebagaimana ia merasa telah membuktikan bahwa Islam bukanlah agama yang buruk, melainkan agama yang penuh keindahan, perdamaian, dan orang-orang yang baik.

“Aku memulai perjalananku ke negara-negara dengan mayoritas muslim, seperti Irak dan Turki, dan (aku) mulai mengerti bahwa Islam itu penuh kedamaian, mencintai satu kesatuan dan kebersamaan sehingga (membuatku) merasa seperti bagian dari mereka,” kisahnya.

Menemukan kedamaian setelah mengunjungi negara-negara dengan mayoritas muslim, awalnya Jay hanya ingin mengetahui kebenaran dari perkataan orang-orang Inggris tentang Islam, namun nyatanya hal ini membuatnya jatuh cinta dengan Islam.

Hingga saat ini, Jay aktif membagikan perjalanan di kanal YouTubenya mengenai negara-negara yang ia kunjungi. Tak hanya itu, Jay juga masih kerap membagikan video akan reaksinya mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dalam salah satu video yang diunggahnya sebelum muallaf, Jay sempat terharu dan menangis saat mendengar Abdur Rahman Al Qossi membacakan ayat Qur’an.

“Ini adalah sesuatu yang paling menggugah emosiku dibandingkan apapun yang pernah saya dengar. Saya tak pernah ‘secengeng’ ini ketika melihat sebuah video, dan sekarang aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa,” ujar Jay sambil menangis, terenyuh dengan lantunan ayat yang dibacakan.

Setelah masuk Islam, Jay mengunggah sebuah video berisikan trailer mengenai konten-konten yang akan ia persiapkan untuk selanjutnya. Jay mengatakan bahwa ia hanya akan mengunggah sesuatu yang membuatnya hidup bahagia dan menginspirasi banyak orang sebagaimana tulisan ‘Stay Happy’ yang tertera pada thumbnail teaser videonya tersebut.

Meskipun pada awalnya sempat meragukan reaksi ibu dan kakaknya akan keputusannya untuk mualaf, Jay pun dikejutkan dengan reaksi ibunya yang tidak terduga. Saat menerima telfon dari Jay, ibunya sendiri tidak percaya bahwa Jay telah mualaf. Walau sempat kaget, menurut sang ibu, Jay telah melakukan hal yang terbaik untuk kedamaian dirinya. Sang ibu juga mengatakan bahwa ia akan mendukung apapun keputusan Jay selagi itu yang terbaik.

Ibu Jay juga sempat menyinggung suara adzan yang berkumandang ketika ia sedang dalam panggilan suara dengan Jay. “Menakjubkan!” ujar ibunya yang ikut mendengarkan adzan. Reaksi ibunya membuat Jay bahagia, karena sebelumnya, ia juga kerap bertukar opini tentang Islam dengan ibu dan kakaknya. Dan perspektifnya mengenai Islam berubah setelah ia merasa bahwa Islam telah mengajarkan sesuatu yang indah ke dalam dirinya, sebab itu ia mantab mualaf dan memeluk Islam.

Jay juga mengunggah videonya ketika bersyahadat di sebuah masjid di Istanbul Turki pada 17 Agustus 2020. Dalam video itu, ia dibimbing dan dituntun untuk mengucapkan kalimat Tauhid ditemani beberapa orang.

Berikut pesannya: “Saya telah melalui jalan penemuan spiritual yang sangat dalam selama bertahun-tahun. Banyak pengalaman yang saya dapat melalui perjalanan dan bertemu orang-orang luar biasa di seluruh dunia. Tinggal di negara-negara Muslim dan belajar lebih banyak tentang agama yang damai, namun sangat disalahpahami, ini membuat saya menyadari bahwa inilah jalan yang ingin saya jelajahi”.

“Banyak orang di seluruh dunia mengkritik dan salah memahami Islam yang sebenarnya, yaitu perdamaian, kebersamaan/kesatuan dan cinta.Sebagai manusia, kita sering takut akan hal-hal yang tidak sepenuhnya kita pahami, terutama ketika sebagian kecil dari mereka mengambil tindakan ekstrem”.

“Sepanjang perjalanan saya di seluruh dunia, saya akan terus menyebarkan hal positif dari cara hidup ini, dan menunjukkan kisah orang-orang yang terus membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Terima kasih kepada semua orang atas dukungannya dan untuk pesan-pesan penuh kasih selama ini.”

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 18 Januari 2022.

Diambil dari :

httpst://kalam.sindonews.com/read/651451/786/kisah-youtuber-inggris-jay-palfrey-memeluk-islam-setelah-traveling-1641654078/10

Read Full Post »

1. Alexander Russel Webb, ilmuwan Amerika Serikat.

Nama lengkapnya adalah Alexander Russel Webb. Dia seorang mualaf yang tadinya memegang teguh doktrin-doktrin lama tentang ketuhanan maupun sekularisme yang dia anut. Berkenalan dengan Islam, cahaya Illahi masuk ke relung jiwanya melalui jalur intelektualitas yang ia geluti.

Berdasarkan buku Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam karya Tofik Pram dijelaskan, Russel mulai tertarik dengan Islam saat dirinya mempelajari agama-agama timur. Dia membaca buku-buku karya Mill, Kant, Locke, Hegel, Fitchte, Huxley yang kesemuanya membahas tentang protoplasma (unsur-unsur atom dalam pembentukan jasad makhluk hidup). Namun demikian, dia tak mendapati seorang pun yang dapat menerangkan tentang jiwa/ruh sesudah jasad manusia mati.

Setelah mengenal Islam, dia pun menyadari bahwa selain jasad terdapat hal krusial yang juga dimintai pertanggung jawaban kelak usai kematian. Proses perkenalan kepada Islam pun terus dia jalankan. Dia juga menegaskan dan memilih Islam sebagai agama yang dia anut dan percaya.

Dia menyebut bahwa ketika memilih menjadi seorang Muslim, hal itu bukan karena ikut-ikutan buta atau dorongan emosi semata. Akan tetapi, memeluk Islam adalah hasil dari penelitian dan pelajaran yang sungguh-sungguh, jujur, tekun, dan bebas yang disertai penelidikan mendalam olehnya. Dia menyimpulkan, inti dari ajaran Islam adalah akidah yang murni yaitu berserah kepada Allah SWT. Adapun tanda penjelmaan berserah diri adalah melalui shalat. Islam mengajak pada persaudaraan dan kecintaan umat manusia di seluruh dunia agar dapat berbuat baik pada sesama.

Berlatar belakang sebagai seorang intelektual, semangat Islam itulah yang kemudian ditelurkan Russel dalam aksi. Dialah tokoh penting yang membangun Islamic Center di New York. Islamic Center yang didirikannya ini terbukti banyak membantu pendirian masjid dan perpustakaan-perpustakaan Islam di Amerika.

Adapun sumber pendanaan pendirian Islamic Center kala itu bersumber dari Daulah Utsmaniyah yang saat itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Dari ikhtiar Russel inilah Islam mulai bertumbuh di kota-kota Amerika.

Alexander Russel juga akhirnya didaulat sebagai wakil utama Islam di konferensi agama-agama tingkat dunia yang didakan di Chicago, pada 1893. Dia juga lah yang menjadi juru bicara Islam di Amerika pada masanya. Bahkan, banyak pemikir-pemikir terkemuka yang telah menyimak paparannya perihal pengaruh Islam terhadap keadaan sosial pada 1893. Inilah ihwal pokok ajaran Islam yang dia sampaikan dan mempengaruhi pemikiran penulis besar, Mark Twain. Russel wafat pada 1916.

2. Laurence Brown, dokter yang ditinggalkan istrinya karena menjadi Islam.

“Saya kira adalah hal yang sulit bagi siapapun ketika membuat perubahan drastis dalam hidup mereka. Terutama di dunia Barat ketika Anda menjadi Muslim, maka pastinya Anda akan menghadapi kesulitan,” kata Laurence Brown, dikutip dari YouTube Ayatuna Ambassador, Rabu (27/1/2021).

Diakui Laurence, saat memutuskan memeluk Islam, ia merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.

“Saya ingat pada masa awal jadi Muslim, saya merasakan kedamaian dan kenyamanan luar biasa. Perasaan itu tidak pernah lekang dari saya,” tuturnya.

Hanya saja, keputusannya memeluk Islam itu bukanlah perkara mudah. Langkah besar yang diambilnya tersebut menyebabkan banyak perubahan terjadi dalam hidupnya. Salah satunya dijauhi orang tuanya.

“Tapi kehidupan dunia saya hancur, orang tua saya tidak bisa mengerti akan pilihan saya,” ungkapnya.

Kata Laurence, ia dikenalkan Islam oleh saudara laki-lakinya yang lebih dahulu menjadi Muslim. Itu sebabnya, saat Laurence memutuskan jadi mualaf, orang tuanya merasa sangat kehilangan.

“Kami hanya dua bersaudara, saya dan saudara laki-laki saya. Maka ketika saya menjadi Muslim, orang tua saya merasa kehilangan anak yang satunya lagi karena Islam,” ucapnya.

“Orang tua saya ketika saya masih bersama mereka, mereka bukan Kristen yang taat. Tapi sama saja, mereka merasa, perpindahan saya ke Islam adalah kehancuran dalam hidup mereka,” sambungnya.

Tak hanya dijauhi orang tuanya, dokter Laurence Brown juga sampai diceraikan sang istri.

Keputusan dr.Laurence Brown memeluk Islam berakhir dengan perceraian. Ia bahkan harus kehilangan anak-anaknya karena hak asuh jatuh ke tangan mantan istrinya.

“Ketika saya jadi Muslim, saya diceraikan, lalu Allah beri saya istri yang lain. Saya kehilangan anak-anak saya karena putusan pengadilan di keluarga sebelumnya, Allah beri saya anak yang lain dan keluarga baru,” ungkapnya.

Meski demikian, diakui Laurence, perceraian tersebut tidak membuatnya sedih. Sebaliknya, ia merasa bahagia karena mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

“Dalam film, ketika Anda bercerai, Anda jadi merana, mulai memukul tembok sampai berlubang, dan dengan sengaja menabrakkan mobil Anda, tidak berdaya. Tapi, saya malah bahagia,” katanya.

Lebih lanjut, Laurence juga mengungkapkan kehilangan lainnya yang ia hadapi setelah memeluk Islam. Bersamaan dengan hal baik yang Allah SWT gantikan untuknya.

“Saya lepaskan pekerjaan saya, Allah beri saya pekerjaan yang lebih baik. Saya kehilangan rumah karena perceraian, Allah berikan saya rumah di kota suci Madinah. Saya kehilangan harta, Allah ganti dan lipat gandakan,” ujarnya.

Sebenarnya Laurence tidak benar-benar merasa kehilangan. Karena ia percaya bahwa Allah mengganti hal tersebut dengan yang lebih baik. Begitu pula terkait hubungan dengan orang tuanya yang juga membaik.

“Saya tidak kehilangan orang tua saya selamanya. Akhirnya, kami berbicara kembali, dan saya merasa hubungan kami sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Islam di mata dokter Laurence Brown.

Bagi dr.Laurence Brown, Islam adalah agama yang damai. Ia bahkan mengaku sebelum masuk Islam, tidak menemukan kedamaian dalam hidupnya.

“Seingat saya, saya tidak pernah merasakan kedamaian sampai saya masuk Islam. Setelah masuk Islam, saya merasakan ketenangan dalam setiap perbuatan saya,” ujarnya.

Sebelum masuk Islam, ia terlena dengan kehidupan dunia. Namun setelah masuk Islam, ia kehilangan hasrat untuk kehidupan gaya Barat tersebut.

“Saya tertarik pada pisau, senjata api, main paintball, saya ada dalam militer, itu yang kami lakukan, sesuatu yang kami nikmati di Barat. Saya nonton film Rambo, Commando, James Bond, saya memimpikan kehidupan seperti itu,” tuturnya.

Kini, Laurence merasa hidupnya yang dahulu tidak beraturan dan paranoid berubah jadi damai. Ia juga kini menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

“Saya menjadi diri saya yang sekarang, seorang yang berdamai dengan diri, orang di sekitar, dan masyarakat umum,” katanya.

3. Nicole Queen, dari kehidupan malam menjadi pendakwah,

Hidayah dapat datang kapan saja kepada siapa pun. Tak ada yang tidak mungkin ketika Allah SWT sudah berkehendak. Bahkan hati manusia yang gelap dapat berubah seketika.

Dunia malam sudah bukan hal tabu di negara bebas seperti Amerika Serikat. Klub dan berbagai jenis bar ramai didatangi orang-orang di malam hari. Termasuk Nicole Queen, penggemar pesta yang kini menjadi hijaber dan tokoh muslimah inspiratif.

Nicole Queen hanyut dalam gemerlap dunia malam di tahun 2005 silam. Wanita asal Dallas, Amerika Serikat itu kerap berdandan dan pergi berkeliaran dengan teman-temannya. Ia selalu berpesta dan mencoba berbagai jenis aktivitas dunia malam. Nicole yang kala itu berprofesi sebagai seorang fotografer sering berpindah-pindah dari satu klub ke klub lain di sekitar Kota Dallas.

“Saya bekerja di industri malam dan telah menghabiskan banyak waktu di sekitar orang-orang yang minum dan berpesta,” ungkap Nicole, dikutip dari The National News, Jumat (05/03/21).

Selama menjalankan profesi sebagai fotografer dunia malam, Nicole Queen terpengaruh gaya hidup bebas yang membuatnya jadi ketagihan minum dan berpesta. Parasnya yang cantik serta kemampuan memotret yang andal membuat Nicole juga dilirik oleh para artis Hollywood.

Ia mendapatkan banyak pesohor sebagai kliennya, seperti Justin Timberlake dan Kate Hudson. Hal itu membuatnya semakin terjerumus di kehidupan malam. Hal itu membuat Nicole merasakan pergolakan batin. Ia merasa hidupnya hampa hingga kemudian bertemu Hasan, pria muslim asal Yordania yang kini menjadi suaminya.

Ketertarikan Nicole terhadap Hasan membawanya ke dunia Islam. Nicole bertemu dengan sejumlah teman muslim. Hatinya pun terketuk sehingga ia mulai tertarik untuk mempelajari Islam. Nicole kemudian mulai mengikuti kelas agama Islam di sebuah masjid yang berlokasi di sekitar tempat tinggalnya. Simak kisah Nicole Queen di halaman berikutnya ya, Bunda.

Nicole Queen membutuhkan waktu enam bulan belajar Islam. Ia akhirnya resmi menjadi mualaf pada tahun 2007. Tak lama kemudian, Nicole juga memutuskan untuk memakai hijab. Ia menutup tubuhnya dengan busana muslim. Namun perjalanan Nicole menjadi muslimah inspiratif masih panjang, Bunda. Berbagai cobaan mulai menghampiri Nicole Queen usai memeluk Islam. Hatinya hancur ketika keluarganya tidak menerima keputusan Nicole untuk menjadi mualaf.

Kariernya pun ikut tenggelam. Ia banyak ditolak saat melamar pekerjaan karena mengenakan hijab. Kini hidup sebagai golongan minoritas di Negeri Paman Sam, Nicole kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya.

Selain diskriminasi, ia juga menjadi sasaran empuk kebencian. Nicole pernah mendapat perlakuan buruk ketika pelayan restoran dengan sengaja menaruh potongan daging babi ke dalam minumannya. Cobaan demi cobaan terus Nicole lalui. Namun hatinya tidak pernah goyah dan tetap berpegang teguh pada Islam. Kegigihan Nicole membuatnya tumbuh semakin kuat, Bunda. Nicole percaya bahwa Islam dapat memberikannya kedamaian hidup. Perlahan-lahan, ia kembali menggeluti profesinya sebagai fotografer. Namun ia sudah tidak lagi berhubungan dengan kehidupan dunia malam.

Mantap memeluk Islam, Nicole kerap mengunggah konten seputar agama di YouTube. Ia banyak membicarakan topik seputar menjadi mualaf, mendidik anak hingga persahabatan antara orang berbeda agama. Ia kini menjadi sosok muslimah inspiratif. Nicole beberapa kali tampil sebagai pembicara di masjid. Di sana, ia bertemu dengan hijaber lainnya. Nicole pun bersahabat dengan wanita bernama Monica Traverzo itu.

“Kami sangat cocok. Di perjalanan pulang ke rumah, kami banyak mengobrol dan bahkan tetap berada di apartemen untuk berbincang,” kata Nicole.

Kedua muslimah inspiratif itu sepakat berkolaborasi meluncurkan tayangan podcast yang diberi nama Salam Girl! Bersama-sama, mereka memperkenalkan Islam kepada komunitas non-muslim di Dallas, Texas. Nicole membawakan dakwah dengan gaya yang modern sehingga sesuai dengan masyarakat Amerika Serikat. Ia juga memakai istilah umum ketika berbicara di hadapan non-muslim, seperti mengganti nama ‘Allah’ dengan ‘Tuhan’.

Podcast Salam Girl! kini sudah diunduh lebih dari 60 ribu kali lewat aplikasi Apple Podcast dan Spotify. Jumlah pendengar podcast mereka juga telah bertambah banyak sejak 10 episode pertama. Nicole dan Monica juga banyak membahas soal fashion muslim. Mereka bahkan sengaja merancang feed Instagram yang didominasi oleh tone warna pink pastel agar terlihat estetik dan menarik perhatian publik. Mereka mengunggah berbagai foto OOTD hijab, perlengkapan sholat seperti tasbih, Al-Quran hingga interior Masjid.

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 31 Agustus 2021.

Diambil dari :

https://www.republika.co.id/berita/q8qdei320/alexander-russel-mualaf-as-di-balik-karya-besar-mark-twain

https://www.haibunda.com/trending/20210305122153-93-196511/kisah-mualaf-bule-hijaber-dari-terjerumus-dunia-malam-hingga-jadi-pendakwah

Read Full Post »

Older Posts »