Palermo saat ini adalah kota yang amat padat. Kemacetan terlihat dimana-mana. Seperti juga di Jakarta, ‘pak ogah’ tampaknya sudah membudaya di kota ini. Tanpa bantuan mereka rasanya mustahil mendapatkan tempat parkir. Setelah dorong sana dorong sini akhirya kami dapat memarkir mobil tak jauh dari lokasi yang strategis, yaitu di depan taman luas antara Katedral Palermo, Royal palace dan kapel Palatin.
Ketiga bangunan tua
sarat sejarah ini terlihat kotor dan kurang terawat kecuali katedralnya. Katedral ini dibangun pada tahun 1185 M diatas bekas bangunan masjid yang tadinya juga dibangun di bekas basilika ( bangunan umum Romawi) pada abad 9. Hingga saat ini sisa-sisa arsitektur Arab Normandia masih terlihat kental di ketiga bangunan tersebut.
Namun seperti juga umumnya gereja di seluruh dunia, lukisan dan patunglah yang menjadi daya tarik utama. Lukisan dan patung-patung ini adalah lukisan Tuhan mereka, Yesus alias nabi Isa as, para orang suci umat Nasrani seperti Maria, ibunda Yesus dan patung-patung malaikat lengkap dengan sayapnya. Jujur saja, sebenarnya lukisan dan patung-patung tersebut sungguh indah dan mirip sekali dengan manusia betulan. Yang saking miripnya kesannya sering kali menjadi ‘seram’. Yang juga patut disesalkan, mengapa lukisan dan patung yang seringkali terlihat kurang santun karena tidak berpakaian lengkap itu bisa dipajang di dalam tempat ibadah ya … 😦
Setelah puas melihat-lihat bagian luar katedral kami meneruskan perjalanan ke Monreal yang jaraknya tak sampai 10 km dari tempat ini. Sayangnya, ternyata kami tiba di katedral yang lagi-lagi bekas masjid ini persis jam istirahat … 😦 Apa boleh buat .. bersama para turis lain yang juga ‘kecele’ kami terpaksa menanti selama 1.5 jam di bawah hujan yang cukup lebat. Beruntung, di sekitar katedral banyak terdapat restoran. Rupanya tempat ini memang menjadi pusat wisata.
Kami masuk ke sebuah resto special pizza, makanan khas andalan Italia yang terkenal itu. Karena pelayan tidak bisa berbahasa Inggris sementara kamipun tidak bisa berbahasa Italia akhirya dengan bantuan salah seorang tamu yang bisa berbicara Perancis, kamipun memesan pizza sayuran yang relative aman, daripada salah pesan pizza yang mengandung unsur babi … Walaupun ternyata rasanya ‘nano’nano’ .. J ..
Tepat pukul 14.30 kami telah mengantri didepan katedral. Sepasang patung berhadapan yang sedang membawa pedang menyambut kami di depan pintu masuknya. Patung tersebut terlihat aneh dan seram karena kepalanya tertutup. Sementara di seberang satu lagi sebuah patung terlihat sedang ‘menatap’ kearah para pengunjung. Tiba-tiba saya teringat apa yang diperintahkan Rasulullah kepada para sahabat begitu memasuki Ka’bah pada saat penaklukkan Mekah,yaitu menurunkan patung-patung yang menghiasi dinding-dindingnya. Ka’bah dan juga masjid adalah rumah ibadah. Sang Khalik tidak ridho dengan keberadaan segala patung dan berhala di bait-Nya. Penyembahan hanya murni milik-Nya. Tidak ada satupun sekutu bagi-Nya.
“ Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.(QS.An-Nisa(4):116).
Itulah inti ajaran Islam, agama milik Allah swt, Tuhan Yang Tunggal, Yang Tiada Beranak dan Diperanakkan, Tuhan semesta Alam yang memiliki langit, bumi dan segala yang ada diantara keduanya. Para nabi sejak nabi Adam as hingga nabi Ibrahim as, nabi Musa as, nabi Isa as (Yesus) hingga nabi terakhir, Rasulullah Muhammad saw diutus dalam rangka menegakkan penyembahan hanya kepada-Nya, semata.
Namun dalam perjalanannya, ntah mengapa, bisikan syaitan ternyata lebih kuat dan indah dalam penglihatan dan pendengaran orang-orang yang berlebihan dalam mencintai kehidupan dunianya. Tuhan yang satu dirasa kurang memuaskan hingga mereka mencari sesembahan lain. Mereka berdalih bahwa penyembahan kepada yang selain Allah itu adalah dalam rangka untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada-Nya!
“ Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”……. ”.(QS.Az-Zumar(39):3).
Kami terus melangkah masuk ke dalam katedral yang dibangun pada pertengahan abad 12 oleh raja Norman, Wiliam II. Namun demikian pengaruh gaya arsitektur Islam Fatimiyah dan Moor yang ketika itu sedang naik daun tidak dapat dihilangkan begitu saja. Lantai dan dinding mozaik, lekuk dan pilar dengan gambar alam seperti bunga-bungaan dan dedaunan khas arsitektur Islam terlihat menjadi dasar dan latar belakang pemandangan.
Sementara gambar-gambar Yesus dengan ukuran raksasa, bunda Maria, para malaikat dengan sayapnya, orang-orang suci Nasrani dan rangkaian kejadian yang tertulis dalam kitab Injil terlihat mendominasi dinding dan langit-langit katedral. Dengan warnanya yang kuning keemasan mencolok mata sungguh tidak mungkin bagi para pengunjung untuk menghindarinya.
Dalam hati saya berpikir, “ kalau masjid seperti ini bagaimana bisa konsentrasi ?”. Dalam sebuah hadits yang pernah saya baca, dikatakan bahwa bila masjid diperindah sedemikian rupa dengan warna-warna kuning, itu adalah awal tanda kiamat.
Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu melarang menghiasi masjid dan memperindahnya, karena yang demikian itu dapat mengganggu shalat seseorang. Dan ketika beliau memerintahkan merehab Masjid Nabawi, beliau berkata, “Lindungilah manusia dari hujan, dan janganlah engkau beri warna merah atau kuning karena akan memfitnah (mengganggu) manusia”[HR.Bukhari].
Kami terus jalan berkeliling sambil mencari-cari bekas letak mihrab, tanpa hasil. Setelah puas kami lalu menuju ke bagian atas katedral melalui tangga sempit berkelok untuk melihat taman yang memang di’declare’ sebagai taman a la Islam.
Sore harinya, kami meneruskan perjalanan ke Catanya melaui Cefalu dan Edna. Kami tiba di kota terbesar kedua Sisilia ini lewat tengah malam. Anehnya, di tengah remang dan kusamnya kota yang kurang penerangan ini keramaian orang masih terlihat dimana-mana. Sebagian besar muda-mudi yang tampaknya penduduk setempat itu berkumpul di bar-bar yang kami perhatikan banyak sekali bertebaran. Demikian pula esok malamnya. Padahal ini bukan week-end lho .. .
Saking penasarannya, besok malamnya saya tanyakan keanehan tersebut kepada seorang pelayan restoran dimana kami bersantap. Kebetulan sang pelayan parlente yang mengenakan jas hitam rapi itu bisa berbahasa Inggris dengan bagus sekali.
“ Why there are a lot of young people in this late night? Is tomorrow a holiday? I think they are not tourists, do they?”
Ia menjawab bahwa hal tersebut memang telah menjadi tradisi muda-mudi kotanya. Kongkow sambil minum-minum di bar setiap hari walaupun bukan hari libur adalah hal biasa. Dengan sedikit rasa sesal pria setengah baya yang doyan ngobrol ini mengeluh “ Jumlah bar di kota ini sudah kelewatan banyaknya. Ini yang menyebabkan para pelajar selalu berkeliaran siang dan malam”.
“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu”.(QS.Al-Maidah(5):91).
Sejarah Catanya ternyata sama kelamnya dengan kebiasaan penduduknya yang doyan minum minuman beralkohol. Kota ini sering dilanda gempa dan tertimpa letusan gunung Etna yang berdiri tak jauh dari kota. Beberapa kali kota ini harus mengalami penataan ulang karena hancur, rata dengan tanah. Itu sebabnya bangunan di Catanya didominasi bangunan berwarna hitam dan putih yang terbuat dari lava dan berbagai material muntahan gunung.
Ironisnya, hingga detik ini penduduk kota tetap menjadikan orang-orang suci agama mereka sebagai sesembahan. Perayaan yang dilakukan tiap bulan Februari ini menjadi daya tarik tidak saja penduduk lokal namun juga penduduk kota Sisilia dan Italia lainnya.
Taormina, Mesina – 28/10/2010.
Pagi itu kami menyusuri pantai timur Sisilia. Taormina dan Messina adalah kota tujuan terakhir perjananan 5 hari kami selama berada di pulau tersebut. Subhanallah .. letak geografis kota kecil Taormina sungguh menakjubkan. Kota wisata ini berada di atas bukit dengan pemandangan laut dan gunung yang mengelilinginya. Di puncak perbukitan inilah berdiri teater Yunani kuno ‘ Teatro Greco’. Teater ini diperkirakan dibangun pada masa kekuasaan Romawi pada abad 7 SM diatas bekas reruntuhan teater Yunani. Arsiktektur Romawi memang banyak dipengaruhi budaya Yunani. Pada masa itu baik kerajaan Romawi maupun Yunani telah menjadikan pertarungan antara manusia (biasanya residivis) dengan binatang buas sebagai tontonan dan hiburan masyarakat.
Teater yunani dengan latar belakang menakjubkan tersebut ternyata telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para seniman dan pelukis di masa lalu. Lukisan tersebut kini dapat kita saksikan di dalam musee Louvre Paris. Namun yang lebih surprising, koleksi berharga tersebut disimpan dan dipajang di bagian koleksi Islam musium bergengsi tersebut. Divisi Islam ini adalah divisi terbaru yang menjadi bagian dari musium, yang baru dibuka pada September 2012 lalu.
Kekejaman yang dijadikan hiburan ini tiba-tiba mengingatkan saya pada diri nabi Ibrahim as. Yaitu ketika raja yang berkuasa ketika itu memerintahkan para pembantunya agar membakar sang utusan. Ini disebabkan Ibrahim as dituduh telah ‘menganiaya’ Tuhan mereka. Kisah ini diabadikan dalam ayat 58-68 surat Al-Anbiya sebagai berikut :
“ Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”.
Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.
Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”.
Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”
Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)” kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”.
Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa`at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?”
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”.
Saat ini teater Taormina masih digunakan namun hanya sebagai tempat pertunjukkan musik dan drama. Setelah puas menikmati keindahan alam dari teater ini kamipun melanjutkan perjalanan ke ujung utara pulau yaitu Messina. Waktu kami tidak banyak.
Tujuan utama kami adalah gereja Annunziata dei Catalani. Gereja ini ternyata tidak lagi digunakan. Bekas masjid ini dikabarkan sebagai satu diantara sedikit bangunan penting yang bebas dari keganasan gempa 1906. Itu sebabnya saat ini bangunan tidak dipakai dan dipagari dengan pagar besi. Alhamdulillah .. maka dengan demikian kami masih bisa melihat sisa-sisa jejak Islam di kota tua ini.
Esok paginya, setelah berkeliling sebentar melihat Catanya yang tidak sempat kami jelajahi, kamipun terbang meninggalkan Sisilia. Ibrah terpenting yang dapat kami ambil, « Islam telah datang ke bagian paling selatan Italia untuk memperingatkan bahwa manusia diperintahkan untuk memurnikan penyembahan, yaitu hanya kepada Allah swt, yang tidak beranak. Namun tampaknya penduduk negri ini terlalu angkuh untuk mengakui kebenaran Islam. Mereka malah lebih memilih mempercayai kitab lain yang jelas-jelas telah dimanipulasi sejak berabad-abad yang lalu … Sayang sekali … »
« Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya ».(QS.Ali Imran(3) :19)
« Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?”(QS. AtTaubah(9):30).
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 12 Januari 2011.
Vien AM.