Feeds:
Posts
Comments

Membaca kisah perjalanan mualaf dari berbagai negara dalam menemukan hidayahNya selalu menarik untuk diikuti. Allah SWT lah yang memberi hidayah dan petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dan ini berlaku sepanjang masa sejak diciptakannya manusia pertama hingga akhir dunia nanti.

Termasuk juga para sahabat di zaman awal lahirnya Islam seperti Abu Bakar ra dll. Bahkan Umar ibnul Khattab pemuda gagah berani bertemparamen keras yang sangat membenci Islam hingga berniat membunuh Rasulullah Muhammad SAW. Namun ketika kemudian ia diberi tahu bahwa adik perempuannya sendiri diam-diam memeluk Islam. Maka ia membelokkan langkahnya menuju rumah adiknya tersebut untuk mendampratnya. Namun apa yang terjadi?? Ketika adiknya menunjukkan potongan surat Thoha ayat 1 hingga 8, hatinyapun tiba-tiba luluh.

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.  (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”.

Umar segera mengayunkan langkahnya menuju Darul Arqam dimana Rasulullah biasa berkumpul bersama para sahabat untuk mengkaji Al-Quranul Karim. Begitu mengetahui Umar yang terkenal keji berada di depan pintu, para sahabat segera bersiap dengan pedang mereka.

Namun ternyata Umar  yang di kemudian hari menjabat sebagai amirul mukminin dengan gelar Al-Faruq yang artinya pemisah antara yang haq (benar) dan batil (salah) itu datang tidak dengan menghunuskan pedang melainkan untuk menyatakan ke-Islam-annya.

Rupanya Allah swt tengah mengabulkan doa Rasulullah sebagai berikut, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini, Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.”

Demikianlah Allah Azza wa Jala memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki, dengan cara apapun yang Ia kehendaki.

**********

Pada suatu hari di tahun 2009, seorang pria bertubuh tinggi kekar berjalan menuju masjid dengan kepala tertunduk dan wajah merah padam menyimpan kemarahan yang siap meledak. Hari itu adalah hari Jumat dan masjid dipenuhi jemaah yang bersiap melaksanakan shalat Magrib.

Pria bertato itu adalah Richard McKinney, seorang mantan anggota Angkatan Laut AS yang membenci Islam sejak bertempur di Irak dan Afghanistan. Kebencian dan kemarahannya semakin memuncak ketika ia pulang ke kampung halamannya di Muncie, Indiana, Amerika Serikat, melihat banyak Muslim di kotanya.

Ia memasuki masjid tentu saja bukan untuk beribadah melainkan  untuk menghancurkan tempat suci tersebut dengan bom. Ia menyebutnya sebagai misi terakhirnya dengan taruhan rela mati.  Sore itu ia pergi ke masjid dengan niat untuk mengamati lokasi dimana ia akan meletakkan bom yang dibawanya sekaligus mengumpulkan informasi intelijen untuk mendukung asumsinya bahwa Islam adalah ideologi kejam. 

Islam adalah kanker dan saya seorang dokter bedah yang akan mengobatinya,” ujarnya sesumbar kepada banyak orang yang ditemuinya.

Dalam benaknya terbayang pemandangan indah meledak dan matinya para teroris Islam, dari tempat parkirnya.

Namun begitu memasuki masjid, terjadi sesuatu yang tak disangkanya.  Beberapa orang jamaah masjid yang tampaknya menaruh curiga terhadapnya, mendekati dan bahkan melucutinya tanpa ia bisa berbuat sesuatu.  

Dan sebelum ia sempat berpikir panjang, Mohammad S Bahrami, warga Afghanistan salah satu pendiri Islamic Center tersebut datang memeluknya dan menangis. Kemudia ia memberinya Al-Quran, dan meminta untuk membaca dan mempelajarinya. Serta menawarkannya untuk datang kapan saja ke masjid tersebut untuk menanyakan apapun yang ia ingin ketahui tentang Islam.

McKinney benar-benar dibuat terpukau atas apa yang terjadi. Istri Mohammad S Bahrami, Bibi Bahrami, yang diberi julukan “Ibu Teresa” oleh komunitas Muslim di Muncie bahkan mengundangnya datang ke rumah mereka. Dan menghidangkannya hidangan lezat khas Afghanistan.

8 bulan kemudian setelah yakin akan kebenaran Islam, McKinney pun bersyahadat. Kini McKinney bukan lagi orang asing yang berdiri di gerbang masjid. Ia telah menemukan ikatan persaudaraan di sana, bukan dalam panasnya pertempuran, tapi dalam keyakinan. Ia bahkan sempat menjabat sebagai Presiden Islamic Center Muncie selama dua tahun.

Sebuah pelajaran menarik, disamping hidayah, doa dari orang-orang sholeh yang menginginkan seseorang memeluk Islam adalah penting.

Beberapa tahun kemudian, Josh Seftel seorang sutradara film yang memproduksi film seri documenter berjudul “The Secret Life of Muslims” tertarik dengan kisah Mc Kinney. Maka iapun mengangkat kisah tersebut menjadi film pendek dokumenter berjudul “Stranger at the Gate”. Film ini memenangkan penghargaan khusus di Festival Film Tribeca 2022.

Film ini bukan sekedar berbagi kisah nyata dalam ber-Islam. Tetapi untuk  memotivasi agar orang mau bertindak melawan kebencian”, McKinney menjelaskan alasannya bersedia kisahnya didokumentasikan dalam film.

Itu untuk semua orang. Dengan semua ‘isme’ yang harus kita hadapi setiap hari di negara ini”, imbuhnya.

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 23 Mei 2023.

Vien AM.

Sumber :

https://www.merdeka.com/dunia/tentara-itu-masuk-ke-masjid-membawa-bom-tapi-calon-korbannya-malah-mengubah-hidupnya.html

Dasyatnya Istighfar.

Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun ” ( Terjemah QS.Nuh (71):10).

Perintah agar memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau Istighfar, banyak dijumpai dalam Al-Quranul Karim. Ini menunjukkan betapa tingginya nilai Istighfar dalam Islam.Istighfar tidak hanya merupakan permohonan ampun atas segala dosa dan salah tapi juga sekaligus menutup dan menjaga dari akibat buruk dosa tersebut. Ibnu Rojab al-Hanbali berkata, Istighfar adalah memohon maghfiroh/ampunan, dan maghfiroh adalah menjaga dari akibat buruknya dosa disertai dengan tertutupnya dosa.

Istighfar adalah penutup setiap amalan shalih. Shalat lima waktu, haji, shalat malam, pertemuan dalam majelis dll biasa ditutup dengan amalan dzikir istighfar ini. Jika istighfar berfungsi sebagai dzikir/pengingat kepada-Nya, maka jadi penambah pahala. Sedangkan jika diniatkan karena ada sesuatu yang sia-sia dalam ibadah, maka fungsi istighfar sebagai kafaroh (penambal).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap kaum yang bangkit dari majelis yang tidak ada dzikir pada Allah, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hanya menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud, no. 4855; Ahmad, 2: 389. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Istighfar juga sering kali digandengkan dengan taubat karena keduanya memang saling berkaitan erat. Istighfar harus diakukan oleh semua yang mengaku Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan taubat sejatinya wajib dilakukan orang Islam yang melakukan perbuatan dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar. Pertanyaannya, adakah seorang manusia yang tidak pernah berbuat salah dan dosa???

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencontohkan pada umatnya untuk memperbanyak istighfar. Karena manusia tidaklah luput dari kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat mesti dijaga setiap saat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk terbaik di sisi Allah dan dosanya yang telah lalu dan akan datang telah diampuni, namun beliau masih beristighfar sebanyak 70 kali dalam rangka pengajaran kepada umatnya dan supaya meninggikan derajat beliau di sisi Allah.

Para ulama berkata, ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga.

Pertama, menjauhi maksiat tersebut. Kedua, menyesali perbuatan  maksiat tersebut. Ketiga, berniat tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.Sedangkan jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat. Syarat ketiga di atas ditambah keempat yaitu melepaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus diberikan kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma’af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.

Bacaan Istighfar ada beberapa macam, diantaranya adalah :

1.Astaghfirullah.

Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah.”

Ini adalah lafal yang paling singkat dalam beristighfar.

2. Astaghfirullah wa atuubu ilaihi.

Artinya : Aku memohon ampunan kepada Allah dan aku bertaubat kepadaNya.

3. Astaghfirullah alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyuul qoyyuum wa atuubu ilaiih.

Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah, dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya.

4. Istighfar yang paling sempurna yaitu Penghulu Istighfar ( Sayyidul Istighfar) sebagaimana yang terdapat dalam shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istigfar adalah apabila engkau mengucapkan,

 “Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”.

Artinya: Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR. Bukhari no. 6306).

5. Khusus di bulan Ramadhan. Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah:

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni”.

Artinya: Yaa Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (HR. Tirmidzi no. 3513).

Selain sebagai permohonan ampun, Istighfar mempunyai manfaat yang sungguh luar biasa, diantaranya adalah melancarkan rezeki, memudahkan adanya keturunan, menjauhkan dari sulitnya musim kering dan memohon hujan, dll.

Khalifah Umar bin Abdul Azis ra, suatu ketika berkata, “Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb kalian. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan pada kalian hujan lebat dari langit.”

Berikut adalah kisah Imam Ahmad bin Hambali ra mengenai dasyatnya Istighfar.

Sebelum meninggal dunia, Imam Ahmad menceritakan bahwa suatu  ketika tiba-tiba muncul keinginan menggebu untuk mengunjungi kota Basrah di Irak tanpa suatu keperluan apapun.  

Sampai di kota tersebut, hari sudah gelap, waktu shalat Isya’ telah tiba. Imam Ahmad segera melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah. Usai shalat ia ingin istirahat sejenak.

Namun baru sebentar berbaring marbot masjid menegurnya, “Maaf Syaikh, apa yang Anda lakukan di sini?”. Rupanya ia tidak mengenal bahwa sosok di hadapannya adalah ulama kenamaan Imam Ahmad bin Hanbal yang dikenal sebagai pendiri madzab Hambali.

Saya musafir. Saya ingin istirahat sebentar di masjid ini”, jawab sang ulama tanpa memperkenalkan diri.

Tidak boleh, Syaikh. Dilarang tidur di masjid.”

Imam Ahmadpun pindah ke serambi masjid. Akan tetapi marbot itu kembali menegurnya.

Di sini juga tidak boleh, Syaikh. Saya sudah memperingatkan, ayo pergi,” kata Marbot itu sambil mendorong-dorong tubuh Imam Ahmad sampai ke jalan.

Terpaksa sang Imam pergi meninggalkan masjid tersebut. Namun baru beberapa langkah, seorang penjual roti di samping masjid memanggilnya.

Menginap di rumahku saja syaikh. Tunggulah sebentar, rumahku tak jauh dari sini”, ajak si penjual roti.

Sambil mengucapkan terima kasih, Imam Ahmad melihat mulut laki-laki tersebut terus berkomat-kamit sambil melayani pembeli. Tak lama setelah itu, ia menutup dagangannya dan mengajak Imam Ahmad pulang bersama. Selama perjalanan sambil mengobrol si tulang roti tetap terus berdzikir, hingga tiba di rumahpun demikian.

Dipicu oleh rasa ingin tahu, Imam Ahmadpun bertanya,

Dzikir apa yang engkau ucapkan, yaa saudaraku?

“Saya membiasakan mengucap istighfar, Syaikh”, jawab si tukang roti.

“Masya Allah, sudah berapa lama?”, tanyanya lagi.

Cukup lama. Sejak saya berjualan roti, 30 tahun yang lalu”, jawabnya lagi.

Lalu apa yang engkau dapatkan dengan istighfar itu?”, tanya Imam Ahmad tambah ingin tahu.

Alhamdulillah semua doaku dikabulkan Allah. Kecuali satu yang belum.”

Apa itu?”

Saya minta kepada Allah dipertemukan dengan Imam Ahmad. Sampai sekarang belum terkabul”, jawab si tukang roti dengan tenang.

Allahu Akbar. Doamu terkabul sekarang, saudaraku. Akulah Ahmad bin Hanbal. Mungkin karena istighfarmu itulah tiba-tiba aku ingin pergi ke Bashrah. Lalu aku diusir dari masjid hingga didorong-dorong agar dipertemukan-Nya denganmu”, ucap Imam Ahmad terperangah.

Si penjual roti itu terhentak takjub. Ternyata tamunya adalah Imam Ahmad yang selama ini ingin ia temui. Segera ia pun memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengabulkan doa dan harapan terakhirnya.

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Jakarta, 6 April 2023.

Vien AM.

Buah Ramadhan

Untuk kesekian kalinya Ramadhan kembali menjumpai kita. Perintah menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan penuh di bulan suci tersebut sudah kita ketahui sejak kita masih kecil. Ketika itu tentu saja orang-tua atau guru kita tidak langsung menyuruh kita agar puasa sejak Subuh hingga Magrib seperti yang kita lakukan saat ini, melainkan bertahap. Sebagian kita juga mungkin masih ingat apa itu puasa buka tutup, yaitu puasa hingga jam 12 siang, berbuka, kemudian puasa lagi hingga Magrib.  Di usia 9-10 tahun biasanya anak sudah mampu berpuasa penuh sebagaimana yang diperintahkan-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Kini setelah bertahun-tahun berlalu, Ramadhan demi Ramadhan kita jalani, sudahkan kita menjalankan puasa sebagaimana perintah pada ayat 183 surat Al-Baqarah diatas? Yaitu agar menjadi hamba Allah yang takwa ? Atau jangan-jangan masih seperti ketika kita masih kanak-kanak, yaitu puasa sekedar menahan lapar dan haus, sekedar menggugurkan kewajiban? Puasa yang tidak membuahkan prilaku dan keimanan yang lebih  baik dari tahun-tahun sebelumnya?

Tidak ada kata terlambat selagi nafas masih di kandung badan, mari kita perhatikan secara seksama ayat perintah puasa di atas. Ayat tersebut di awali dengan kalimat “Hai orang-orang yang beriman” bukan “ Hai manusia”. Artinya perintah tersebut khusus untuk orang beriman. Sedangkan perintah di bulan Ramadhan termaktub jelas pada ayat 185 surat yang sama.  

Selanjutnya tentang kriteria orang beriman banyak ayat Al-Quran yang menunjukannya. Salah satunya adalah ayat 1 – 10 surat Al-Mukminun yang menyatakan bahwa orang beriman itu beruntung karena mereka mengerjakan banyak kebaikan diantaranya adalah khusyu` dalam shalatnya, menunaikan zakat, menjaga nafsu dan memelihara amanah.

Sedangkan agar menjadi takwa, satu kata kunci utama dapat kita temukan pada 21 surat Al-Baqarah berikut :

“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.

Sementara dalam surat Ali Imron ayat 133-135 secara terperinci disebutkan hal-hal yang harus dipenuhi agar kita mencapai takwa. Yaitu:

  1. Segera bertaubat begitu menyadari kesalahan kita. Jangan pernah menunda taubat karena kita tidak tahu kapan Allah swt akan mencabut nyawa kita.
  2. Tidak mengulangi kesalahan yang sama karena Allah swt hanya menerima taubat nasuha/taubat yang sungguh-sungguh. Yaitu taubat yang disertai penyesalan dan tidak mau mengulanginya lagi.
  3. Perbanyak infak. Infak tidak hanya dilakukan ketika sedang lapang namun juga ketika sempit. Berinfak ketika lapang adalah hal biasa, namun ketika sempit memerlukan tekad kuat. Tak heran Allah swt membalas infak dalam keadaan sempit lebih tinggi dibanding dengan berinfak dalam keadaan lapang.
  4. Menahan amarah. Amarah adalah perbuatan syaitan. Oleh karenanya kita harus pandai mengendalikannya. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Mudah memaafkan kesalahan orang. Dengan memaafkan hati akan menjadi lebih tenang karena tidak ada beban tersimpan di hati. 
  6. Perbanyak berbuat kebaikan. Kebaikan sekecil apapun bila diniatkan demi meraih ridho Allah swt, Ia akan mencatatnya. Dan contoh terbaik dalam berbuat kebaikan adalah dengan mencontoh sikap Rasulullah saw.
  7. Senantiasa memohon ampunan-Nya. Tak ada seorangpun yang bebas dari salah dan dosa. Bahkan rasulullah seorang nabi yang mulia dan telah dijanjikan surgapun senantiasa berdzikir 100x dalam sehari.       

Pada ayat 197 surat Al-Baqarah Allah swt memerintahkan kita agar berbekal, berbekal kemana?? Tentu saja ke surga-Nya … dan bekal terbaik adalah bekal takwa … Yang juga perlu diingat ayat ini ditujukan khusus untuk orang-orang yang berakal …

“ … … Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.

Dengan kata lain orang beriman yang berhasil lulus menjadi orang takwa dalam menjalankan perintah puasa Ramadhan balasannya adalah surga. Itulah nikmat terbesar dalam hidup  …

Sungguh Ramadhan adalah nikmat dari Allah yang harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik mungkin, Ini adalah kesempatan setahun sekali untuk meraih “gelar” takwa, demi mencari ridho-Nya, gelar termulia dalam pandangan Allah swt.  

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( Terjemah QS Al-Hujurat(49);13).

Buah Ramadhan yaitu takwa akan terlihat jelas dari akhlaknya. Yaitu akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah swt yang diabadikan Allah swt pada ayat 21 surat Al-Ahzab sebagai berikut :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Akhlak Rasulullah Muhammad saw yang utama ada 4 yaitu:

1. Shiddiq, artinya jujur.

Syaikh As-Sa’di menerangkan makna Shiddiq adalah orang yang jujur dalam perkataan, perbuatan, keadaan, membenarkan semua perintah Allah, sehingga ilmu yang dimiliki meresap dan berperngaruh ke dalam hati, ilmunya pun memberikan rasa yakin yang besar dan menghasilkan amalan shalih yang sempurna.

2. Amanah, artinya dapat dipercaya.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Menunaikan amanat yang dimaksudkan adalah umum mencakup segala yang diwajibkan pada seorang hamba, baik hak Allah atau hak sesama manusia”.

3.Tablig, yaitu menyampaikan wahyu.

Rasulullah menyampaikan seluruh yang diwahyukan Allah swt melalui malaikat Jibril as, termasuk ayat yang berisi teguran terhadap beliau dalam surat An-Naba. Surat ini menceritakan masamnya wajah Rasulullah ketika datang seorang buta bertanya tentang sesuatu. Ketika itu Rasulullah sedang serius berdakwah kepada para pembesar

Quraisy. Hal yang sebenarnya wajar bila terjadi terhadap orang awam.   

4.Fathonah, artinya cerdas.

Tugas kerasulan adalah tugas yang maha berat. Tanpa bekal kecerdasan tidak mungkin Islam bisa menyebar ke seluruh jazirah Arab.  Bahkan Michael H Hart, seorang penulis kenamaan dunia yang sangat membenci Islam, terpaksa menempatkan nabi Muhammad saw sebagai tokoh nomor 1 dalam bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History“, mengungguli Yesus dan tokoh-tokoh dunia lainnya.  

 “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Bukhari).

Jadi sebenarnya sungguh tidak pantas negara kita tercinta Indonesia, yang katanya mayoritas Muslim, tapi korupsi makin hari mari merajela ?!? Ada apakah gerangan?? Dimana takwa, buah Ramadhan yang dikerjakan setiap tahun itu??? Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …  

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 21 Maret 2023.

Vien AM.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.( Terjemah QS. Al-‘Alaq(96):1-5).

Ayat diatas adalah yang pertama kali diturunkan Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw melalui malaikat Jibril as. Ini menandakan bahwa umat Muhammad saw wajib pandai membaca. Diawali dengan membaca seseorang akan menjadi pandai, dengan izin Allah swt tentunya. Tidak sedikit ayat-ayat Al-Quranul Karim yang menerangkan tingginya derajat orang berilmu, diantaranya adalah ayat 11 surat Al-Mujadillah berikut:   

“ …  Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Namun demikian derajat tinggi yang dijanjikan sang Khalik haruslah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah ilmu yang dapat mencapai pada pengenalan terhadap-Nya hingga membuatnya takluk dan patuh terhadap segala kehendak-Nya. Dan pengenalan terhadap Sang Pencipta hanya mungkin tercapai oleh mereka yang mau merenung dan banyak berpikir tentang alam semesta dan segala isinya.

Waktu untuk merenungi penciptaan langit dan bumi yang terbaik adalah pada malam hari yang hening. Karena hanya di malam hari itulah langit nan luas dengan bintang-bintangnya yang kemerlip dapat kita saksikan. Membuktikan betapa kecil dan tidak berartinya manusia. Tidak seperti siang hari dimana semua orang sibuk beraktifitas. Siang hari dibawah terang benderangnya sinar matahari yang membuat benda-benda langit seolah lenyap tak berbekas ntah kemana. Ibarat ketika kita sedang berkegiatan di atas meja dengan bantuan lampu sorot yang fokus pada pekerjaan kita, itulah siang hari atau kehidupan dunia. Sementara bagian meja yang tidak tersorot lampu terlihat gelap hingga tidak tampak adanya berbagai benda yang berada di atasnya. Padahal itulah sejatinya kehidupan akhirat yang banyak orang mendustakannya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):190-191).

Itu sebabnya mengapa belakangan ini kita sering mendengar banyaknya ilmuwan yang awalnya tidak mau percaya akan keberadaan Tuhan Sang Pencipta  akhirnya tunduk pasrah dan kemudian bersyahadat memeluk Islam yang tadinya mereka benci. Kemajuan sains dan teknologi yang berkembang pesat tidak dapat dipungkiri adalah penyebab terbesar masuknya mereka ke dalam Islam. Temuan demi temuan yang ternyata sejalan dengan ayat-ayat Al-Quranul Karim yang turun 1400 tahun lalu terus saja terjadi. Meski seandainya ternyata tidak sesuai dapat dipastikan yang benar adalah Al-Quranul Karim atau bisa saja pemahaman terhadap Al-Quran yang kurang tepat.    

Temuan-temuan canggih seperti teori pembentukan alam semesta dan penghancurannya yang dikenal dengan nama Big Bang dan Big Cruch, berbagai teori tentang bintang seperti bintang jatuh, komet, planet, matahari, galaksi dll, menyatakan bahwa matahari yang selama ini kita lihat sebagai satu-satunya matahari ternyata hanya 1 dari matahari yang tak terhitung banyaknya di alam semesta ini. Karena matahari sejatinya adalah bintang yang merupakan pusat peredaran sekumpulan benda-benda langit dalam 1 tatanan yang dinamakan tata surya ( Solar System). Dan planet kita yaitu Bumi, bersama 8 planet lainnya yang berada dalam 1 tata surya, hanya memiliki 1 matahari yang jaraknya ratusan juta km. Sementara tata surya tidak hanya 1 melainkan milyaran!

Para ilmuwan astronom mengelompokkan setiap tata surya ke dalam kelompok gugusan bintang atau galaksi. Galaksi kita adalah apa yang dinamakan galaksi Bima Sakti atau Milky Way dalam Bahasa Inggrisnya. Dan untuk memudahkan para astronom untuk meneliti jarak antar benda-benda langit yang maha jauh tersebut, mereka memberikan satuan khusus yang diberi nama satuan tahun cahaya. 1 AU (satuan astronomi) adalah patokan yang diberikan untuk jarak dari bumi ke matahari kita yang setara dengan 150 juta km. Dengan kata lain dalam tahun cahaya, matahari berjarak 0,00001581 tahun cahaya dari bumi.

Belum lagi dengan adanya teori mengenai benda langit seperti Black hole dan Wormhole yang baru ditemukan belakangan ini. Black hole adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, yang saking kuatnya tidak hanya mampu menghisap benda-benda yang berada di sekitarnya tapi juga cahaya yang melintasinya. Tak heran benda langit yang jaraknya dari bumi sekitar 26.000 tahun cahaya disebut sebagai kuburan angkasa. Sedangkan Wormhole atau Lorong Waktu adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Sejumlah pesawat terbang dan kapal laut yang tiba-tiba hilang ketika melintas di atas Segitiga Bermuda lautan Atlantik kabarnya terhisap oleh Worm Hole ini. 

Manusia dengan akal dan segala kepandaiannya telah begitu jauh melangkah mengungkap rahasia-rahasia langit yang dulu sama sekali tidak diketahui. Dan atas izin-Nya diberikan kunci-kunci tersebut. Sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dipersilahkannya kita menembus segala penjuru langit dan bumi, dengan bekal kekuatan/ilmu .

Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”.(Terjemah QS.Ar-Rahman(55:33).     

Dengan adanya temuan-temuan maha dasyat yang membuktikan betapa luasnya alam semesta ini sungguh aneh bila ada manusia terutama ilmuwan beranggapan bahwa Tuhan, surga, neraka dll adalah sesuatu yang mengada-ada alias mustahil. Mungkinkah alam semesta dengan segala keteraturan dan kesempurnaannya terjadi dengan sendirinya??

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):255).

Demikian pula surga dan neraka, keduanya pasti ada meski tak seorangpun tahu dimana dan bagaimana. Kalaupun ternyata Allah “hanya” menempatkan kita di salah satu bintang dari milyaran bintang yang ada di alam semesta, yang dengan segala keindahannya, pasti setiap manusia dengan senang hati memasukinya, atau dengan segala kepedihannya, tak satupun manusia mau memasukinya bahkan meliriknyapun tidak …

Dan bersegeralah (berlomba-lombalah) kamu untuk (meraih) pengampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Terjemah QS.Ali Imran(3:133).

 “Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia”. [HR. Bukhari dan Muslim].

Sesuatu yang dahulu kala dianggap ghaib belum tentu memang benar-benar ghaib. Karena bisa jadi ghaib karena kita tidak tahu. Itu sebabnya mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw bukan seperti nabi-nabi yang lain yang sifatnya instan melainkan Al-Quranul Karim yang sarat sains dan pengetahuan. Diantaranya adalah ayat-ayat yang menggambarkan peristiwa dasyat Big Bang dan Big Crunch sebagai berikut: 

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.   (Terjemah QS.Al-Anbiya (21):30).

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)”. (Terjemah QS.Adz-Dzariyat (51):47-48).

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”. (Terjemah QS.Al-Anbiya(21):104).

Para ahli medis seperti dokter yang pastinya sangat menguasai ilmu tentang tubuh manusia dan proses penciptaan manusia sejak di dalam rahim ibunya pasti terkesima dengan ayat 57 surat Al-Ghofir berikut :

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dengan memahami betapa dasyat Sang Pencipta dan segala ciptaan-Nya sudah seharusnya kitapun yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Termasuk perjalanan semalam Isra Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsho di Palestina sebagaimana orang sekarang bepergian dengan pesawat terbang dalam waktu singkat. Sedangkan Mi’raj Rasulullah dari  Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha, singgasana Allah swt di langit tertinggi … bila seorang astronot saja bisa bepergian dari bumi ke bulan meski dalam waktu yang lama, mengapa Rasulullah tidak???

Maka berdasarkan ayat 5 surat As-Sajdah yang ternyata sesuai dengan temuan sains yang menunjukkan betapa jauhnya jarak bumi dengan benda-benda langit, yaitu 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia :

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”, 62 tahun yang merupakan usia Rasulullah Muhammad saw dan sering dijadikan sebagai patokan rata-rata usia umatnya, adalah sama dengan 1.5 jam di akhirat.

Dan karena hidup ini adalah ujian untuk menentukan akhir hidup kita, yaitu surga atau neraka, masuk akalkah bila kita menggunakan waktu yang hanya 1.5 jam itu dengan terus bersenda-gurau??? Jangan pernah lupa, perjalanan kita setelah kematian kita nanti masih amat sangat panjang, seperti luasnya alam semesta ini, sebelum akhirnya memasuki surga atau neraka Allah. Itulah perjalanan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan di dunia sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di bumi.

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 28 Februari 2023.

Vien AM.

https://www.sainskomputer.com/2019/01/big-crunch-teori-bagaimana-alam-semesta.html

https://lifestyle.kontan.co.id/news/mengenal-apa-itu-black-hole-atau-lubang-hitam-begini-penjelasannya

https://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan_Dahsyat

Ketika orang mendengar kalimat “the City that Never Sleeps” yang langsung terbayang biasanya adalah kota New York di Amerika Serikat. Paling tidak itulah yang dipopulerkan penyanyi  legendaris Frank Sinatra melalui lagunya yang terkenal yaitu New York New York. New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat dimana bertebaran berbagai tempat hiburan seperti restoran, café, bar, club malam dll yang buka hingga pagi hari. Bahkan transportasi bawah tanah kota tersebut buka selama 24 jam penuh.   

Namun yang akan dibahas dalam tulisan ini bukan New York yang merupakan gudang kemaksiatan dan kesenangan duniawi. Melainkan 2 kota di semenanjung Arab yaitu Mekkah dan Madinah yang merupakan pusat peribadatan kaum Muslimin dari seluruh pelosok dunia. Mekah dan Madinah tidak pernah sepi dari pengunjung sepanjang hari sepanjang pekan sepanjang bulan sepanjang tahun. Setiap saat tamu-tamu dari berbagai negara dengan bermacam bangsa, bahasa, ras dan warna kulit berdatangan memadati jalan dan hotel di dua kota suci tersebut.  

Di Mekkah pusat keramaian berada di sekitar Ka’bah yang merupakan kiblat/arah shalat seluruh pemeluk Islam di muka bumi. Ka’bah ini berada di dalam Masjidil Haram.  Sedangkan di Madinah, Raudhah yang merupakan makam nabi Muhammad saw merupakan tempat yang paling dimuliakan. Makam ini berada di bawah kubah hijau di dalam Masjid Nabawi. Shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi memiliki nilai berlipat ganda dibanding di masjid lain. Itu sebabnya kaum Muslimin berbondong-bondong pergi mengunjungi ke dua masjid tersebut tanpa mengenal waktu.

Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsa lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad dari Abu Darda).

Jam berapapun Raudah dan Ka’bah khususnya, selalu ramai dengan orang-orang yang thawaf, sai dan shalat.  Thawaf dan Sai adalah ibadah yang usianya telah mencapai ribuan tahun yaitu sejak zaman nabi Ibrahim as, seperti juga Mekkah yang merupakan kota tertua di muka bumi bahkan sebagai pusat bumi.

https://www.republika.co.id/berita/o7s4s3394/kabah-ternyata-terletak-tepat-di-pusat-bumi

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):127-128).

Mekah dan Madinah mencapai puncak kepadatannya pada musim Haji yang jatuh pada setiap bulan Dzulhijjah. Berhaji adalah kewajiban kaum Muslimin sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu. Sekitar 2.5 juta jamaah dari berbagai negara tumpah ruah di Mekah tepatnya di Padang Arafah pada satu hari dan waktu yang sama. Selanjutnya selama kurang lebih 1 bulan lamanya sebagian besar jamaah haji tersebut akan memadati Mekah dan Madinah untuk beribadah seperti shalat, membaca Al-Quran, berdzikir dll, tanpa mengenal waktu siang dan malam.

” … mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; …” ( Terjemah QS. Ali IMran (3):97)

Tak salah bila kemudian sejumlah astronout seperti Noguchi Soichi dari Jepang (2019), Sergey Ryazanskiy dari Rusia (2017), Randy Bresnik  asal Amerika Serikat (2014) membagikan hasil jepretan Mekah dengan Kabahnya dari luar angkasa. Ketiganya mengatakan bahwa pada malam hari Ka’bah dan sekitarnya terlihat sangat mencolok dari tempat mereka berada. Sesuatu yang sangat sejalan dengan hadist berikut:

Sesungguhnya, rumah yang dibacakan di dalamnya Alquran, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi” (HR Ahmad).

https://nationalgeographic.grid.id/read/132690993/astronaut-jepang-unggah-foto-mekkah-yang-dipotret-dari-luar-angkasa?page=all

Selain melaksanakan ibadah haji dan umrah, selama di tanah suci jamaah  biasanya juga  mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang berada di sekitar ke dua kota tersebut. Diantaranya yaitu gua Hira dimana Rasulullah menerima wahyu pertama, gua Tsur tempat Rasulullah berlindung dari kejaran musyirikin Quraisy ketika hijrah ke Madinah, masjid Quba masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah di Madinah, masjid Qiblatain masjid dimana turun perintah Allah swt agar merubah qiblat dari Baitul Maqdis (Palestina) ke Baitul Haram (Makkah) dll.

Di luar tempat-tempat tersebut di atas yang harus ditempuh dengan kendaraan, ada beberapa tempat bersejarah yang dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki. Diantaranya yaitu masjid Awan Al-Ghomamah. Masjid yang dibangun pada masa khalifah Ustman bin Affan ini hanya berjarak beberapa puluh meter dari Masjid Nabawi. Masjid ini berada di depan bangunan hotel-hotel baru yang dibangun belakangan. Di tempat yang di masa Rasulullah hanya berupa tanah lapang ini Rasulullah pernah memimpin kaum Muslimin melakukan shalat Istisqa, yaitu shalat memohon hujan. Setelah shalat yang sangat lama, Allah swt kemudian berkenan mengirimkan awan (ghomamah) lalu hujan lebatpun turun. 

Tak jauh dari masjid Al-Ghomamah berdiri pula masjid Abu Bakar as Siddiq yang tadinya merupakan rumah sahabat terdekat nabi ini. Di sekitar tempat tersebut sebenarnya terdapat pula masjid Ali bin Abi Thalib dan masjid Umar bin Khattab yang pada awalnya juga adalah rumah tempat tinggal mereka. Sayangnya keduanya tidak dapat dilihat karena tertutup oleh suatu pembatas. Masjid Ali bin Abi Thalib masih terlihat atap dan menaranya sedangkan masjid Umar bin Khattab sama sekali tidak terlihat. Kabarnya ke dua masjid bersejarah tersebut akan dirobohkan guna perluasan Masjid Nabawi yang masuk dalam program Saudi Vision 2030. Beruntung kami masih berkesempatan mengunjunginya  meski hanya dari luar. Karena selama ini tampaknya terlupakan oleh sebagian besar travel haji dan umrah yang ada. Museum Sirah Muhammad The Messenger of Allah Exhibition yang terletak di salah satu sisi masjid Nabawi adalah bagian dari mega proyek tersebut. Museum ini diresmikan pada Februari 2021.

Sementara di Mekah bangunan peninggalan bersejarah hanya tersisa sedikit sekali.  Berdasarkan estimasi Gulf Institute 95 persen bangunan yang rata-rata berumur 1,000 tahun tersebut telah dihancurkan dalam 20 tahun terakhir. Diantaranya adalah rumah dimana Rasulullah dilahirkan yang kini menjadi perpustakaan, rumah Khadijah ra di posisi toilet umum sekarang berada dan rumah Abu Bakar Siddiq yang skemudian dijadikan masjid hingga kini namun posisinya telah berada di suatu lantai hotel mewah di samping masjidil Haram.  

https://nu.or.id/internasional/95-persen-situs-berusia-1000-tahun-telah-dihancurkan-LKpZm

Sedangkan masjid Jin yang terletak tidak jauh dari pemakaman umum Ma’la adalah termasuk yang luput dari penggusuran. Masjid ini dinamakan masjid Jin karena ketika Rasulullah membacakan surat Al-Jin di tempat tersebut, para jin berdatangan lalu mengimani Allah dan kerasulan Muhammad SAW.

Akhir kata semoga dengan adanya mega proyek Saudi Vision 2030 yang tinggal beberapa tahun ini, denyut dan gemerlap cahaya Mekkah dan Madinah berkat tamu-tamunya yang datang untuk beribadah demi mengagungkannya akan terus bertambah. Bukan malah sebaliknya seperti NewYork dengan segala macam pusat hiburan dan wisatanya, yang berpotensi mengurangi kwalitas ibadah para tamu-tamu-Nya,  naudzu’billah min dzalik …..

Meski sebenarnya umrah dan haji tidak harus melulu ibadah namun juga memerlukan istirahat, makan bahkan juga bisa jadi belanja ( atau juga berjualan) baik untuk keperluan diri sendiri maupun oleh-oleh yang tak dapat dipungkiri memiliki nilai keindahan tersendiri. Dalam kesempatan ini pula kita bisa menemukan berbagai barang khas buatan negara lain yang dibawa oleh para jamaah berbagai negara, seperti boneka kayu khas Rusa dll. Di sini pula kita melihat dan mengenal wajah, bahasa dan kebiasaan saudara-saudara kita sesama Muslim dari belahan dunia lain. Masya Allah ….

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( Terjemah QS. Al-Hujurat(49):13)

Namun demikian kegiatan tersebut diisi untuk sambil menunggu waktu shalat bukan sebailknya seperti yang biasa dilakukan banyak orang ketika sedang tidak berumrah/haji. Itu sebabnya restoran dan toko di Mekkah dan Madinah segera tutup begitu adzan berkumandang … Allahu Akbar ….

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku“.( Terjemah QS. Adz-Dzariyat(51):56).

Mega proyek Saudi Vision 2030 yang merupakan ide putra mahkota Mohammad bin Salman demi memodernisasi negaranya tak dapat disangkal memang mengundang pro dan kontra,  bukan saja oleh rakyatnya tapi juga umat Islam di seluruh dunia. Maklum sejatinya Mekkah dan Madinah adalah milik umat Islam bukan milik bangsa Arab semata.

Wallahu ‘alam bi shawwab.

Jakarta, 6 Februari 2023.

Vien AM.     

Siapa bilang Islam anti terhadap tradisi lokal? Dalam banyak kasus, bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw, agama samawi ini cenderung akomodatif pada tradisi setempat. Selama tidak bertentangan dengan syariat, Islam sangat terbuka dengan lingkungan di mana ia dilabuhkan.

Jauh sebelum Islam menjejakkan kaki di kota Makkah, masyarakat jahiliah setempat sudah memiliki tradisi yang cukup mapan. Kendati mereka belum tersentuh ajaran wahyu dari Rasulullah, bangsa Arab sudah memiliki budaya dan tradisi moral yang luhur. Jadi, jangan sampai begitu kita mendengar kata ‘jahiliah’, kemudian berpikir bahwa nilai-nilai moral pada saat itu sangat bobrok sama sekali dan sangat jauh dari semangat moral ajaran Islam.

Bangsa Arab jahiliah dengan segala dinamikanya tetap memiliki budaya yang luhur, bahkan beberapa semangat tradisi saat itu masih dilestarikan Islam sampai hari ini. Bulan-bulan yang dimuliakan Salah satu budaya lokal bangsa Arab jahiliah adalah menghormati bulan-bulan haram (asyhurul ḫurum) yang ada empat, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharam, dan Sya’ban. Dinamakan ‘haram’ karena pada bulan tersebut dilarang untuk melakukan peperangan dan perbuatan keji.

Sejarawan Jawad Ali menjelaskan dalam kitabnya, al-Mufasshal fi Tarîkhil ‘Arab Qablal Islâm, bangsa Arab jahiliah membagi bulan menjadi dua. Pertama sebagai bulan biasa (i’tiyâdiyah) yang jumlahnya ada delapan, yaitu Safar, Rabiul awal, Rabiul Akhir, Jumadil ula, Jumadil akhir, Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal. 

Sementara yang kedua adalah bulan-bulan suci/mulia yang jumlahnya ada empat, yaitu Muharam. Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijah. Untuk menjaga kemuliaannya, pada bulan-bulan tersebut masyarakat dilarang untuk melakukan peperangan dan perbuatan keji.   Berbeda dengan ke delapan bulan lainnya, aktivitas peperangan masih diperbolehkan. Bahkan seorang laki-laki tidak boleh menyerang atau membalas seorang yang membunuh ayah atau saudaranya sendiri pada bulan mulia tersebut.

Asal mula tradisi penghormatan ini tidak lepas dari tabiat bangsa Arab Badui (pedalaman). Nasib hidup yang serba kekurangan membuat mereka menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup, termasuk jika harus menghunuskan pedang. Akibatnya, peperangan dan pertikaian berkepanjangan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka, termasuk tidak segan untuk merampok dan memerangi rombongan dagang yang melintas untuk dirampas hartanya.

Hidup dalam kondisi sosial yang penuh ketegangan, tentu membuat Arab Badui tidak nyaman. Mereka membutuhkan waktu sebagai jeda untuk menyelesaikan hal-hal yang tidak bisa tersentuh dalam kondisi masyarakat yang tidak stabil. Sebab itulah mereka menentukan waktu jeda yang kemudian ditetapkan empat bulan tersebut.

Selanjutnya kondusifitas waktu ini juga diteruskan oleh bangsa Arab secara umum, bukan hanya dari kalangan Badui. (Jawad Ali, Al-Mufasshal fi Tarîkhil ‘Arab Qablal Islâm, [Maktabah Syamilah Online], juz 16, h. 105) Tradisi penghormatan tersebut masih tetap eksis dalam ajaran Islam sampai hari ini.

Jika pada masa jahiliah bentuk penghormatannya dengan larangan perang dan perbuatan keji, maka pada masa Islam dengan berbagai keistimewaan yang dijanjikan pada bulan tersebut. Seperti pelipatgandaan pahala amal shaleh, anjuran berpuasa, penekanan untuk menghindari dosa, dan banyak lainnya.

Allah swt dalam surat At-Taubah ayat 36) berfirman yang artinya sebaga berikut:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Berkaitan ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatihul Ghaib menjelaskan, para ulama sepakat bahwa Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharam merupakan bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam.Maksud kata al-ḫurum pada ayat tersebut adalah perbuatan maksiat pada bulan-bulan tersebut akan mendapat balasan siksa lebib berat di banding bulan lain. Demikian pula perbuatan baik akan mendapat pahala lebih besar. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, juz XVI, h. 52).

Selain disinggung dalam nash Al-Qur’an, penegasan ini juga disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabda yang artinya: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam tradisi Islam, mengistimewakan amal shaleh berdasarkan waktu dan tempat tertentu memang banyak ditemui. Seperti mengistimewakan kota suci Makkah dibanding kota atau negara lainnya, hari Jumat dibanding hari-hari pada umumnya, hari ‘Arafah dibanding hari yang lain, bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lain, malam lailatul qadar dibanding malam-malam lain, dan sebagainya. (Fakhruddin ar-Razi, juz XVI, h. 52).

Keistimewaan empat bulan itu banyak dijelaskan banyak hadits Nabi. Bahkan tidak sedikit ulama yang menulis kitab dengan pembahasan secara khusus tentang keutamaan-keutamaannya. Seperti Ibnu Hajar al-Atsqalani menulis kitab berjudul Tabyînul ‘Ajab bi Mâ Warada fî Fadhli Rajab yang menghimpun hadits-hadits seputar amalan pada bulan Rajab dan keutamaannya.

Penulis : Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta.

Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/tradisi-pra-dan-pasca-islam-memuliakan-bulan-bulan-haram-G9u9d#

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 3 Februari 2023.

Vien AM.