Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Lain-lain.’ Category

Pulang (2).

Suatu hari putri kami satu-satunya bercerita bahwa ia mendapat rekomendasi novel bagus dari temannya di kantor. “ Pulang”, judulnya. Tanpa begitu memperhatikan novel tersebut saya langsung berkomentar “ Kalo di Islam pulang itu yaa ke syurga, atau neraka”. Putri kami hanya manggut-manggut seperti biasa kalau ibunya sudah mulai “berceramah”.

https://vienmuhadi.com/2009/02/04/pulang/

Beberapa hari kemudian saya melihat novel tersebut tergeletak di atas meja ruang keluarga, dan secara tak sengaja saya melihat nama Leila S Chudori sebagai penulisnya. Tiba-tiba sayapun teringat  nama yang di masa mudanya pernah sangat terkenal itu. Segera saya mengambil dan membaca resensi yang ada di sampul belakang novel tersebut.

20190228_231127-1Jantung saya langsung berdegup kencang begitu disebut sebuah restoran Indonesia di suatu sudut di kota Paris. Saya tahu persis bahwa restoran tersebut adalah milik keluarga ex tapol PKI, dedengkotnya bahkan. Dengan menahan nafas saya melanjutkan  membaca resensi novel tersebut. Dugaan saya benar. Novel tersebut mengisahkan duka cita keluarga tersebut. Sang penulis yang tak lain adalah wartawati senior majalah Tempo tersebut dengan gaya bahasa yang menarik tak diragukan pasti bakal berhasil menarik simpatik siapapun yang membacanya. Apalagi yang tidak mempunyai pengetahuan dan latar belakang tragedy mengerikan G30S/PKI.

Saya hanya dapat menghela nafas panjang dan ber-istighfar. Pantas isu komunis hari ini tidak ditanggapi serius seperti dulu-dulu. Padahal keberadaan mereka dari hari ke hari makin terlhat nyata. Mereka terus melakukan pertemuan-pertemuan konsolidasi, bahkan berani menuntut pemerintah agar meminta maaf kepada mereka. Terbitnya buku “ Aku bangga menjadi anak PKI” adalah salah satu bukti rasa percaya diri yang besar bahwa pemerintah akan menerima mereka.

Lebih parah lagi, langkah TNI yang menyita ratusan buku yang menyinggung komunisme dan PKI ditanggapi sinis oleh sejumlah anggota PDI-P, juga PSI, partai baru yang mensyaratkan 45 tahun sebagai usia maksimal anggotanya. Ditambah lagi presenter andalan Metro-TV Najwa Shihab  yang tak lain adalah putri ulama kenamaan Quraish Shihab yang dikenal sangat toleoran terhadap JIL ( Jaringan Islam Liberal).

“Pelarangan buku adalah kemubaziran akut. Di tengah rendahnya minat baca, pelarangan buku adalah kemunduran luar biasa. Indonesia bisa semakin tertinggal dari bangsa-bangsa lain yang selalu terbuka kepada ide-ide baru dan pengetahuan-pengetahuan baru,” ujarnya.

Tak dapat dipungkiri arus globalisasi yang melanda dunia sejak beberapa tahun belakangan ini telah membuat segalanya menjadi terbuka lebar. Segala macam info dari berbagai belahan dunia, yang benar maupun yang salah, yang pantas maupun tidak pantas, yang baik maupun buruk, yang semula tabu maupun tidak semua dapat diakses oleh siapapun, dari anak kecil hingga orang-tua. Yang dengan demikian menjadikan dunia seakan hanya seluas daun kelor,  yang dapat dijelajahi hanya dengan duduk manis di depan robot yang namanya komputer atau bahkan hp super canggih yang harganya selangit itu.

Namun apa daya gemerlap, hiruk pikuk dan kenikmatan dunia yang begitu terbuka lebar justru telah memperdaya cara dan gaya hidup anak-nak muda zaman sekarang, zaman “Now”, istilah kerennya. Diantaranya adalah Hedonisme yang mengutamakan kesenangan hidup di dunia dan cenderung melupakan kehidupan akhirat. Agama dan tata krama dianggap hanya mempersulit hidup. Mereka hidup dalam dunianya sendiri, tak acuh terhadap kehidupan sekitarnya.

Sudah bukan rahasia lagi, di negri tercinta kita Indonesia yang dulu dikenal memiliki budaya timur yang santun, hari ini guru dibully, orang-tua dilawan, ulama dilecekan, pemimpin tidak dihormati. Jelas sudah kita saat ini sudah kehilangan tokoh panutan, tokoh yang pantas untuk dijadikan keteladanan. Arus informasi dengan segala macam bentuknya telah mengubah cara berpikir sebagian anak-anak muda kita yang merupakan generasi penerus bangsa. Tak sedikit diantara mereka ini yang menjadikan tokoh berhaluan kiri seperti Nietzche yang dikenal dengan seruan “Tuhan Telah Mati” atau Karl Marx dengan ujaran “Agama adalah candu”, sebagai idola mereka.

https://news.detik.com/berita/d-3034636/eks-wapres-try-sutrisno-ingatkan-bahaya-gerakan-komunis-gaya-baru

Dalam keadaan seperti ini tak heran bila dengan mudah komunis yang notabene anti agama diam-diam menyelinap ke republik tercinta ini. Demikian pula pandangan dan cara hidup homoseksual yang jelas-jelas dilaknat agama. Prinsip “Tubuhku adalah milikku”, membuat mereka bersiteguh bahwa tidak ada yang berhak mengatur hidup mereka. Yang penting tidak mengganggu orang lain, kilah mereka.

Ini masih ditambah dengan berita-berita hoax alias palsu yang makin hari makin merajalela. Berita yang saling bertentangan, nyaris dalam hal apapun bisa kita temukan via internet. Anehnya masing-masing kelompok merasa benar. Lalu kebenaran mana yang harus kita pilih??  Kalau sudah begini siapa yang patut disalahkan dan dimintai pertangggung-jawaban? Relakah kelak kita melihat anak-cucu kita harus menanggung dosa yang mungkin tidak mereka sadari melakukannya??

“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya)”. (Terjemah QS. Ar-Raad(13):1).

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. ( Terjemah QS. Ibrahim(14):1).

Yaa, tidak ada jalan lain selain kembali ke Al-Quranul Karim. Inilah kebenaran yang hakiki, kebenaran dari Sang Pencipta Allah Azza wa Jala. Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Yahudi dan Nasrani sebelum kitab tersebut diselewengkan juga benar. Para nabi adalah para utusan Allah yang membawa misi yang sama yaitu menyembah hanya kepada Tuhan Yang Satu, Yang Tidak Beranak dan Tidak Diperanakan.

Ntah Tuhan dan agama apa yang dimaksud Nietzche sudah mati atau Karl Marx bagai candu. Yang pasti ajaran komunis bertentangan dengan agama apapun. Tak heran Uni Sovyet di masa lalu pernah melarang semua agama, menghancuran rumah-rumah ibadah dan memenjarakan pemeluknya. Begitu pula RRC ( Republik Rakyat Cina) yang hingga detik ini bersikap diskriminatif terhadap umat Islam di Uighur. Komunis dimanapun dan sampai kapanpun akan selalu memusuhi umat beragama.

Kembali kepada novel karya Leila S Chudori yang justru diapresiasi kalangan sastrawan.  Siapapun memang berhak menulis sesuai pengetahuan dan pengalamannya, baik yang diceritakan orang lain atau pengalaman sendiri, baik benar ataupun salah. Namun bila ia mau mendengar pengalaman keluarga korban keganasan PKI tentu akan berbeda 180 derajat. Belum lagi menyoal tragedy Mei 1998 yang juga menjadi latar belakang novel, yang hingga saat ini masih simpang siur ceritanya.

Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zen, menceritakan bahwa PKI dan sekelompok jendral yang tidak menyukai Suharto menunggangi gerakan Mei 1998 yang dipimpin tokoh reformasi Amien Rais.  Mantan purnawirawan itu berbicara dalam acara “ Para Tokoh 98 Bicara” yang diprakasai uztad Haikal Hassan, pada Senin 25 Februari 2019 di gedung AD Premier Jakarta Selatan. PKI memang jelas sangat berkepentingan untuk menjatuhkan presiden ketika itu yaitu Suharto. Karena Suhartolah yang memerangi mereka secara serius.

Untuk diingat PKI dibawah pemerintahan Soekarno merupakan partai komunis terbesar ke 3 di dunia setelah Uni Sovyet dan RRC. Yaitu pada tahun 1959-1965 ketika ideologi negara adalah Nasakom ( Nasionalis Agamis Komunis). Dibawah Orde Baru pimpinan Suharto, PKI dan segala antek-anteknya diberantas dan gerak gerik mereka diawasi.

Tidak seperti dibawah rezim sekarang ini dimana semua yang berani berbicara mengenai komunis harus siap menghadapi resiko didzalimi dengan berbagai alasan.  Jendral Kivlan pernah dituduh makar. Habib Rizak Syihab dengan FPInya yang selalu berbicara keras terhadap bahaya komunis bersama keluarga terpaksa hengkang dari tanah air tercinta atas tuduhan keji dan mengada-ada. Ustad Alfian Tanjung yang dikenal sebagai ustad spesialis komunis harus mendekam di penjara hingga detik ini padahal ia selalu berbicara dengan bukti.

Tak salah mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyadari ancaman bangkitnya komunis suatu hari memerintahkan generasi muda agar menonton film “Pengkhianatan G30S PKI” yang sejak beberapa tahun belakangan nyaris dilupakan. Dengan tujuan agar bangsa ini tidak lengah dan mengulangi kejadian pahit di masa lalu.

Namun demikian sebagai agama yang rahmatan lilamiin, Islam yang merupakan agama mayoritas bangsa Indonesia, tidak mengenal apa yang namanya balas dendam. Tengok apa yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw pada peristiwa Penaklukan Mekah.  Nyaris tidak ada hukuman bagi penduduk Quraisy Mekah yang sebelumnya telah memerangi Islam dengan sangat kecuali segelintir yang benar-benar berbuat keterlaluan, tetap melawan dan tidak mau betobat. Dengan cara itu mereka justru masuk Islam secara sukarela bahkan tidak sedikit yang di kemudian hari berjuang habis-habisan demi tegaknya Islam.

Semoga kita bisa mengambil hikmah atas segala kejadian yang telah berlalu, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 28 Februari 2019.

Vien AM.

Read Full Post »

Curahan Hati Imam Besar Untuk Para Pemimpin Ummat Ini

Di Tengah Gentingnya Negeri Ini

=============================

Oleh: Dr. Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Lc.MA, DPMSS

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kepada saudara-saudaraku hamba-hamba Allah yang saya muliakan…

Aku sungguh merasa sangat bahagia jika musuh-musuh Islam menghina dan menghujatku…

Aku juga sangat bangga jika musuh-musuh Islam menistaku, memenjarakanku bahkan membunuhku…

Tapi jujur aku sangat sedih melihat saudaraku seaqidah yang masih banyak membenciku hanya karena masalah perbedaan pandangan yang hanya bersifat FURUIYAH (hanya perbedaan masalah cabang dalam agama / bukan perbedaan hal pokok dalam agama)…

Sadarilah wahai para pemimpin ormas Islam…

Wahai para ulama HTI…

Wahai para ulama PERSIS…

Wahai para ulama SALAFI…

Wahai para ulama JAMAAH TABLIGH…

Yang semuanya dimuliakan Allah SWT…

Sadarilah …!!!

Sadarilah…!!!

Bahwa masalah furuiyah sampai kapanpun akan tetap berbeda dan tidak akan mungkin bisa sama…

Maka kita semua sebagai muslim yang bertaqwa harus bisa menerima bahwasanya perbedaan yang bersifat furuiyah adalah BAGIAN DARI ISLAM…

Dalam hal furuiyah satu organisasi Islam dengan organisasi Islam lainnya pasti akan selalu ada perbedaan…

Maka kita sebagai pemimpin-pemimpin umat harus bisa bijak menyikapi masalah perbedaan furuiyah ini…

Jika kita sebagai pemimpin-pemimpin umat kita tidak bijak dalam menyikapi perbedaan yang bersifat FURUIYAH maka tentu hal itu akan menjadi masalah besar karena akan jadi sumber utama pemecah belah persatuan umat, sehingga akhirnya akan menghancurkan hal-hal yang bersifat USHULIYAH (hal-hal pokok dalam agama)

Dan tentunya kita semua sepakat bahwasanya UKHUWAH ISLAMIYAH adalah masalah pokok dalam agama yang harus kita junjung tinggi dan kita jaga selama-lamanya…

Untuk itu kuingatkan kepada semua para pemimpin ormas islam…!!!

Musuh kita sangat banyak bukan hanya komunis saja tapi ada syiah, ahmadiyah, kristenisasi, aliran sesat & juga kaum Islam munafik (umat Islam yang berpihak kepada kaum kufar) mereka semua  bersatu ingin melenyapkan kita…

Sementara kita masih tidak mau bersatu hanya karena perbedaan yang bersifat FURUIYAH..

Sadarilah saudaraku…

Jika masalah perbedaan furuiyah masih kita tonjolkan, maka hal itu akan membuat musuh-musuh kita bergembira karena hal itu adalah senjata utama mereka untuk memecah belah dan mengadu domba UMAT ISLAM…

Maka jangan terlambat segera sadarilah saudara-saudaraku …!!!

Jangan tunggu ulama-ulama kita habis dibantai…

Jangan tunggu masjid kosong karena orang-orang khawatir datang ke masjid…

Jangan tunggu muadzin berhenti mengumandang adzan karena takut disiksa dan dianiaya…

Aku sungguh sangat ingin membela umat ini, tapi akupun manusia biasa yang pasti tidak akan berdaya tanpa dukungan dari semua umat islam…

Sekarang semuanya terserah pada kalian para pemimpin organisasi islam ….

Apakah kalian akan bersatu merapatkan barisan bersamaku untuk melawan ancaman musuh-musuh islam, komunis, syiah, kristenisasi, aliran sesat dll…?

Ataukah kalian malah tetap akan ikut memojokanku, menghujatku, menyalahkanku hanya karena adanya perbedaan pandangan dalam masalah yang hanya bersifat FURUIYAH ???

Jika syarat untuk kita bisa bersatu mengharuskan kita untuk bisa sama dalam masalah FURUIYAH !!!

Maka jangan pernah bermimpi untuk bisa bersatu melawan begitu banyaknya musuh-musuh islam yang sudah siap menghabisi umat islam…

BERMIMPILAH untuk perpecahan umat, bermimpilah untuk kehancuran umat dan siaplah menyongsong kebinasaan umat islam…

Pikirkanlah nasib aqidah generasi  penerus kita yaitu aqidah anak-anak kita dan cucu-cucu kita nanti…

Mari jadikan momentum penyerangan dan pembunuhan para ulama ini menjadi momentum untuk kita menerima perbedaan yang hanya bersifat furuiyah…

Mulailah tanamkan dalam diri anak cucu kita bahwasanya perbedaan pandangan yang bersifat furuiyah adalah bagian dari islam yang harus diterima dan HARAM HUKUMNYA jika sampai merusak hal yang bersifat USHULIYAH…

UKHUWAH ISLAMIYAH adalah masalah paling pokok dalam agama, karena itulah sebenarnya sejatinya yang dinamakan dengan :

 “PERSATUAN ISLAM”

Akhirul kalam, saya mohon maaf jika banyak kata yang terlontar yang sudah menyakiti saudara seislamku…

Mohon maafku terhadap :

Saudaraku JAMAAH TABLIGH…

Saudaraku SALAFI…

Saudaraku HTI…

Saudaraku PERSIS…

Saudaraku MUHAMMADIYAH…

Mari kita bersama selamatkan umat ini dari ancaman kaum kuffar…

Jika nanti kita dipenjara, dihina, difitnah, dicaci dimaki, disakiti bahkan dibunuh maka berbahagialah…

Karena itu bukti pengorbanan kita yang insyaa Allah akan menjadi syafaat bagi kita di hari akhirat nanti…

Sejarah mencatat hampir semua ulama yang menegakkan nahi munkar mereka semua merasakan dingin & laparnya hidup di dalam jeruji penjara…

Mohon sebarkan pesanku ini kepada semua umat islam, insyaa Allah antum akan mendapat keberkahan karena antum sudah ikut berupaya berjuang menyatukan umat dan ikut berupaya untuk membela melindungi para ulama…

SALAM SEMANGAT 212

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Catatan:

Dr. Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Lc.MA. DPMSS atau yg lebih dikenal dengan  Habib Rizieq Syihab (HRS) adalah :

  • Pemimpin Tertinggi ormas Front Pembela Islam (FPI) dengan gelar Imam Besar FPI.
  • Belakangan sering di sebut dengan julukan : *Imam Besar Ummat Islam Indonesia*
  • Mufti Besar Kerajaan Sulu / The Grand Mufti of Sulu dengan gelar : Datuk Paduka Maulana Syar’i Sulu (DPMSS)

Read Full Post »

2014 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2014 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The Louvre Museum has 8.5 million visitors per year. This blog was viewed about 150,000 times in 2014. If it were an exhibit at the Louvre Museum, it would take about 6 days for that many people to see it.

Click here to see the complete report.

Read Full Post »

Pemilu 2014 tahap 1 yaitu pemilihan calon legislatif telah berlalu, dengan hasil yang diluar perkiraan. PDIP yang dipimpin putri mantan presiden pertama kita Soekarno, yaitu Megawati memang tetap bisa keluar sebagai pemenang. Namun partai yang di luar kebiasaan mengusung capres di luar keluarga Soekarno, yaitu Jokowi, dengan tujuan agar bisa mencapai target mendekati 30 %, ternyata tidak sampai 20%. Sementara partai Islam yang jumlahnya ada 5 itu, yang belakangan ini dianggap bakal collapse ternyata secara total dapat mengumpulkan lebih dari 30 %. Subhanallah …

Dengan adanya peraturan bahwa sebuah partai baru boleh mencalonkan presiden bila pemilu caleg mencapai 25 %, maka dalam pemilu kali ini tak satupun partai bisa melakukan hal tersebut. Artinya diperlukan koalisi. Demikian pula PDIP sebagai partai pemenang. Tampaknya ini saat yang tepat bagi ke 5 partai Islam untuk berkoalisi. Sebuah mimpi besar bagi umat Islam yang mendambakan munculnya kepemimpinan Islam tentunya. Mungkinkah ini bisa menjadi kenyataan ?? Pertanyaan besar lain yang juga menjadi hambatan, kalaupun ini terjadi maukah rakyat Indonesia memilih capres dari koalisi tersebut?

Tampaknya tidaklah terlalu mudah. Meski mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, ternyata hanya sebagian rakyatnya yang sudi memilih partai berlandaskan Islam. Ini terbukti dengan hasil pemilu yang baru saja berlalu. Partai Islam paling tinggi hanya menduduki urutan ke 5. Mungkin ini tugas dari para pimpinan partai yang selama ini tidak mampu memperlihatkan wajah indah Islam yang sesungguhnya.

Jargon « Islam Yes Partai Islam No” yang dimunculkan cak Nur, panggilan akrab Nurkholis Majid, di tahun 70 an, tampaknya masih sangat memberikan dampaknya. Jargon berbau sekuler ini jelas ingin memisahkan umat Islam dari dunia perpolitikan yang identik dengan kepemimpinan. Padahal Islam sejatinya tidak memisah-misahkan perkara dunia dan akhirat. Dunia adalah ladang menuju nikmatnya akhirat. Artinya umat Islam wajib mempunyai pemimpin yang juga tahu persis apa itu Islam. Bahkan tidak hanya tahu tapi juga mengamalkannya. Jadi bekal ilmu duniawi saja tidaklah cukup.

Sebaliknya, orang non Muslim juga seharusnya tidak perlu khawatir hak-hak mereka tidak terpenuhi bila sang presiden mengamalkan ajarannya dengan baik. Rasulullah ketika memimpin negara Madinah, Negara pertama berbasis Islam, telah membuktikan hal tersebut. Undang-undang Islam yang menjadi dasar undang-undang pertama di dunia yang memuat pasal toleransi itu, menyebutkan bahwa non Muslim sebagai minoritas, berhak dilindungi bahkan untuk menjalankan ajaran agamanya, asal benar-benar sesuai dengan kitabnya. Meski dengan catatan, selama mereka tidak mengganggu umat Islam. Itulah ketegasan ajaran Islam.

Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan lain-lain, yang bersumberdari al-Barra’ bin ‘Azib. Bahwa di depan Rasulullah saw., berlalulah orang-orang Yahudi membawa seorang terhukum yang dijemur dan dipukuli. Rasulullah saw. memanggil mereka dan bertanya:

Apakah demikian hukuman terhadap orang berzina yang kalian dapati di dalam kitab kalian?”

Mereka menjawab: “Ya.”

Kemudian Rasulullah memanggil seorang ulama mereka dan bersabda: “Aku bersumpah atas Nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, apakah demikian kamu dapati hukuman bagi orang yang berzina di dalam kitabmu?

Ia menjawab: “Tidak. Demi Allah, jika engkau tidak bersumpah lebih dulu, tidak akan kuterangkan. Sesungguhnya hukuman bagi orang yang berzina di dalam kitab kami adalah dirajam. Akan tetapi karena banyak pembesar-pembesar kami yang melakukan zina, maka kami mengabaikannya. Namun apabila seorang hina berzina, kami tegakkan hukum sesuai dengan kitab. Kemudian kami berkumpul dan mengubah hukuman tersebut dengan menetapkan hukuman yang ringan dilaksanakan, baik bagi orang hina dan pembesar, yaitu menjemur dan memukuliya.”

Bersabdalah Rasulullah saw.: “Ya Allah, sesungguhnya saya yang pertama menghidupkan perintah-Mu setelah dihapus oleh mereka.”

Kemudian Rasulullah menetapkan hukum rajam, kemudian dirajamlah Yahudi pezina itu. Maka turunlah ayat ini (al-Maa-idah: 41).

Saat ini, 3 bulan setelah pemilu legistatif, pesta rakyat dalam rangka memilih presiden dan waklinya akan segera digelar. Syukur Alhamdulillah, dengan izin Allah, akhirnya 4 dari 5 partai islam yang ada bersedia untuk berkoalisi. Meski harus berkoalisi dengan partai sekuler karena tetap tidak dapat memenuhi target minimum.

Partai tersebut adalah partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subiyanto, yang sekaligus juga dicalonkan sebagai presidennya. Maka jadilah mantan danjen Kopassus itu bertarung melawan gubernur DKI non aktif Jokowi yang didukung partai PDIP sebagai partai pendukung utamanya, disamping partai Nasdem pimpinan Surya Paloh, Hanura pimpinan Wiranto dan PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar.

Menjadi pertanyaan menarik, mengapa koalisi partai Islam ini memilh bergabung dengan Gerindra , bukan PDIP dengan Jokowinya. Tentu mereka punya alasan kuat. Yang pasti, mereka tidak mungkin mau mendukung Jokowi , karena bila Jokowi terpilih sebagai R1, otomatis Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan wakil Jokowi akan naik menggantikan posisi Jokowi. Padahal semiua orang juga tahu bahwa Ahok adalah non Muslim.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS.Al-Maidah(5):51).

Hal lain, tidak mungkin menyatukan kebijaksanaan PDIP dengan kebijaksanaan partai Islam. Partai berlambang kepala banteng ini kerap menolak gagasan ruu yang diajukan ke DPR bila bernafas Islami. Mereka memilih walk out ketika usulan tentang uu bank syariah, uu pornografi pornoaksi, uu jaminan halal diajukan.

Maklum partai ini memang dipenuhi anggota yang non Muslim. Kalaupun Muslim kebanyakan dari golongan Syiah dan orang-orang JIL ( jaringan Islam Liberal). Mereka adalah orang-orang berilmu, jika ditilik dari profesi mereka, yaitu staf pengajar di universitas-universitas yang notabene Islam, seperti UIN dan Paramadina pimpinan alm Nurcholis Majid, namun sangat liberal. Mereka seenaknya saja menafsirkan ayat-ayat Al-Quran menurut akalnya, tanpa peduli bagaimana dulu Rasulullah dan para sahabat menyikapi sebuah ayat suci. Lupa apa artinya akal dan kepintaran manusia dibanding kepintaran-Nya.

Bahkan dedengkot Syiah, Jalaludin Rahmat berada di nomor urut 1. Kabarnya ia telah diusulkan sebagai mentri agama bila Jokowi menang ! Tengoklah Suriah, dimana perang saudara selama 3 tahun ini terus berperang. Ketika Syiah berkuasa maka rakyat yang Sunni pasti akan tertindas. Jangan lupa, mayoritas rakyat Indonesia adalah Sunni. Maukah kita mengalami ini ??

Belum lagi Musdah Mulia, seorang feminis dosen di UIN Syarif Hidayatullah. Perempuan bergelar professor yang pernah menerima penghargaan Yap Thiam Hien 2008 ini kerap melontarkan gagasan yang kontrovesial. Diantaranya bahwa Islam tidak pernah melarang perkawinan antar sesama jenis alias homoseksual dan lesbianisme !

Apalagi belakangan ini tim sukses Jokowi terang-terangan mengatakan tidak akan mengizinkan lagi lahirnya propinsi dengan syariat Islam seperti DI Aceh, menghapuskan syarat minimum pendirian rumah ibadah ( khususnya gereja ) dll bila ia terpilih sebagai presiden nanti. Belum lagi rumor tentang bakal dihapuskannya kolom agama di KTP. Juga ucapannya mengenai keberpihakannya kepada kaum minoritas yang ’terzalimi’, seperti Syiah dan Ahmadiyah.

(Baca : http://www.islampos.com/fuui-pdip-larang-perda-syariah-umat-haram-pilih-jokowi-jk-114107/).

Ini masih ditambah dengan slogannya tentang prularisme yang spanduknya banyak dipasang dimana-mana. Mengingatkan pada Sepilis singkatan Sekuler, Pluralis dan Liberalis. Sebuah paham yang lahir pada tahun 2005 dan telah diharamkan oleh MUI.

( Baca http://felixsiauw.com/home/bahaya-sekulerisme-pluralisme-dan-liberalisme/).

Sebaliknya, dukungan koalisi partai Islam kepada Prabowo juga bukannya tanpa alasan yang tidak jelas. Meski tidak ada laporan khusus tentang kesolehan dan kealiman Prabowo, namun kepeduliannya kepada dunia Islam sangatlah tinggi. Dalam salah satu manifestonya, tercantum bahwa partai ini menolak penistaan dan penodaan agama.

Patut menjadi catatan, Amerika Serikatpun yang meng-klaim diri sebagai negara yang menjunjung tinggi demokrasi dan toleransi nyatanya menolak aliran Kristen Klux Klux Klan dan Children of God yang kontroversial itu. Jadi harusnya Indonesia tidak perlu ragu menyatakan kesesatan Syiah, Ahmadiyah dll bila memang MUI menyatakan hal tersebut.

Mengenai Palestina, Hidayat Nur Wahid dari PKS mengatakan bahwa Prabowo pernah menyumbangkan uangnya sebesar 500 juta rupiah untuk rakyat Palestina. Ini bukan dalam rangka pencitraan, karena terjadinya sudah tahun lalu. Dan bukan karena laporan Gerindra, tapi ucapan langsung dubes Palestina kepada Nurwahid.

Selain itu Prabowo juga pernah melatih pasukan Yordania dalam perang melawan Israel, dan juga pasukan Afganistan dalam melawan pasukan Amerika.

Pelanggaran HAM yang kerap dialamatkan kepada Prabowo, ternyata juga bernafaskan isu Islam. Banyak sumber yang memberitakan bahwa mantan danjen Kopassus ini ketika itu justru menyelamatkan NKRI dari rongrongan atasannya, jendral Benny Moerdani yang non Muslim, dan sangat membenci Islam itu. Lihat bagaimana ia merekrut sebagian besar bawahannya yang juga non Muslim. Atau sekalipun Muslim yang dianggapnya tidak fanatik.

(Baca:

 http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/06/30/30575/innalillah-jenderaljenderal-dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi/#sthash.rBlKS1h6.8simunl3.dpbs

Itu sebabnya Barat begitu bernafsu mendiskreditkan Prabowo. Tampak bahwa Barat begitu takut dan khawatir bila Prabowo memenangkan pesta demokrasi ini. Demikian juga para mantan atasannya di TNI. Mereka tentu merasa sangat terancam bila Prabowo yang pernah mereka kambing-hitamkan itu berhasil menjadi orang nomor satu di republik ini.

Fitnah terhadap Prabowo telah terjadi selama bertahun-tahun, dan dengat sangat terorganisir. Citra Prabowo sebagai danjen Kopassus yang suka menculik, yang jahat, ganas dan tidak berperikemanusiaan begitu meresap di sebagian besar hati rakyat Indonesia. Perceraian dengan sang istri, yang merupakan putri mantan presiden Suharto, di tahun 1998 dan tidak pernah ter-expose, sering dijadikan alasan betapa mengurus keluarga saja tidak mampu.

Namun dalam debat capres cawapres yang beberapa kali ditayangkan televisi itu sifat brutal tersebut sama sekali tidak muncul. Yang tampak justru kebalikannya, yaitu santun, sabar dan cenderung tidak suka memojokkan lawan. Malah mantan istri dan putranya juga hadir, tanpa terlihat ada masalah di dalamnya.

Kelembutan hati sang mantan danjen Kopassus ini juga tercermin dari dibinanya 8000 anak asuh di Papua, membebaskan seorang TKW yang terancam hukuman mati di Malaysia, menyediakan sekitar 400 ambulans gratis di seluruh Indonesia. Hebatnya, kesemuanya itu tidak pernah diliput berita koran apalagi tv. Jelas ini bukan sekedar  ‘jaim’ alias jaga image, kata anak muda zaman sekarang.

Anehnya lagi, isu HAM yang ditudingkan kepada Prabowo tersebut hanya muncul pada saat-saat pilpres seperti hari ini. Di luar itu tidak pernah ditindak-lanjuti secara serius. Bahkan pada pilpres sebelum ini ketika Prabowo berpasangan dengan Megawati, ketua umum PDIP ini terlihat melindunginya. Juga ketika putri mantan presiden pertama ini menjadi presiden, ia tidak pernah berusaha mentuntaskan kasus yang sering diklaim bahwa PDIP adalah pihak yang terzalimi. Aneh bukan??

Dan lagi, kita juga melihat kenyataan bahwa orang yang dulu pernah ’diculik’ sekarang ini berada di dalam tubuh Gerindra. Begitupun para mantan bawahan Prabowo di Kopassuspun tidak pernah menceritakan keganasan dan kesadisan atasannya. Di benak mereka yang ada hanyalah ketegasan dan kedisiplinan. Dua hal pokok yang harus ada di militer. Mereka justru mendukung Prabowo.

Tampak bahwa koalisi partai Islam memang benar-benar telah memikirkan hal ini. Mereka tampaknya tidak salah pilih. Apalagi dukungan juga datang dari para ulama yang tidak hanya senang berwacana. Aa Gym, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Bahtiar Nasir, Daud Rasyid, Adian Husaini dan juga uztad-uztad yang lain adalah contohnya. Sementara bila saat ini kita melihat sejumlah ulama dan tokoh Islam kenamaan berada di pihak lawan, silahkan diperhatikan dari sudut mana mereka memandang Islam.

Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Umatku akan menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya. Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya, “Yang mana yang selamat ?” Rasulullah Saw menjawab, “ Yang mengikutiku dan para sahabatku.” HR Imam Tirmizi.

Dari Tsauban ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan”.
Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit [sehingga bisa mengalami kondisi seperti itu]?”.
Rasulullah Saw menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari]. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.”
Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?
Beliau saw menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.

Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja, beramal dan berusaha sekuat tenaga. Namun hasil akhirnya adalah takdir, ketentuan Allah Azza wa Jalla yang tak dapat dihindarkan. Ini adalah hak prerogatif Sang Khalik. Akan tetapi usaha inilah yang mendapat nilai, yang akan diperhitungkan di hari pembalasan nanti.

Memilih pemimpin seperti presiden saat ini adalah bagian dari usaha kita dalam rangka menjalankan perintah-Nya. Ini adalah bagian dari ibadah yang tinggi nilainya. Itu sebabnya jangan golput, marilah kita berpikir, jauhkan buruk sangka, dan pilih mana yang terbaik nilainya disisi-Nya. Hasilnya, serahkan pada Allah swt. Karena Dialah sang pemilik ketetapan. Dan itulah potret rakyat kita.

Tidak perlu terlalu khawatir terhadap segala fitnah dan kecurangan yang terjadi. Biarkan mereka yang berbuat itu menerima akibat dan ganjarannya langsung dari Sang Khalik. Semoga Ia berkenan memberi keberkahan kepada negri kita tercinta ini, aamin YRA.

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya ».(QS. Ali Imran(3):54).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 7 Juli 2014.
Vien AM.

Read Full Post »

Isu SARA ( Suku, Agama dan Ras )adalah isu yang paling ditakuti bangsa ini. Ia bagaikan momok menakutkan yang pantang untuk dibicarakan.  Mereka yang tetap nekat membahasnya akan dikategorikan ke dalam tindak kejahatan subversi yang dapat ditangkap dan perlu diamankan. Menurut catatan, banyak kerusuhan diakibatkan hal ini.  Meski ada laporan bahwa kerusuhan dan konflik yang dimaksud tak pernah diusut secara tuntas,  apa substansinya,  hingga terkesan  bahwa konflik di masyarakat karena SARA sarat dengan kepentingan politik.

Istilah SARA pertama kali dipopulerkan oleh Laksamana Sudomo, Panglima Kopkamtib di masa Orde Baru, yang telah berakhir pada tahun 1998 lalu. Pada masa itulah benturan antara mayoritas dan minoritas bangsa ini, baik agama maupun suku dan ras, kerap terjadi. Padahal sejatinya, justru perbedaan sikap pemerintah yang mencolok terhadap kedua kelompok  inilah yang menjadi penyebab konflik. Bukan SARA yang tampaknya sengaja dikambing-hitamkan.

Yang menjadi pertanyaan, adakah hari ini, isu SARA yang maha heboh itu masih pantas untuk dipertahankan, sakral untuk dibahas dan dibicarakan. Terutama untuk unsur agamanya. Karena bagaimanapun agama tidak sama fungsi dan kedudukannya dengan suku ataupun ras.

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat49):13).

Suku dan ras adalah ketetapan, takdir yang tidak bisa dan tidak mungkin kita memilihnya. Ini benar-benar hak prerogative Sang Khalik, Allah swt sebagai pemilik. Ia yang memilihkan kita, siapa orangtua kita, dari suku dan ras mana kita dilahirkan. Sementara agama, bila ia mau, dengan akal dan hati nuraninya,  bisa memilih apa yang dianggapnya paling benar, baik dan sesuai dengan dirinya. Meski sepintar dan sepandai apapun, ilmu agama tidak sepenuhnya dapat dicerna oleh akal sehat manusia.

Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani).

Pada tahap-tahap  tertentu, manusia  bisa saja menggunakan akalnya untuk mengikuti ‘cara kerja’ Tuhannya.  Bagi orang pandai, dengan catatan hatinya bersih dari segala prasangka buruk, makin pandai dan tinggi ilmu pengetahuan dan sainsnya, ia akan makin menyadari betapa kecilnya manusia itu. Betapa makin digali, teori dan ilmunya itu ternyata akan ‘mentok’, terhalang oleh sesuatu yang tidak dilihatnya, sesuatu yang ghaib. Itu sebabnya, bahkan Einsteinpun menambahkan factor X didepan teori relativitasnya yang fenomenal itu.

Disadari atau tidak, agama adalah kebutuhan setiap manusia normal. Jadi sebenarnya adalah wajar bila manusia mencarinya. Namun dengan adanya isu SARA di negri ini, orang jadi sulit memenuhi kebutuhan tersebut.  Bagaimana orang dapat mencari kebenaran sebuah agama bila membicarakannya saja tabu bahkan dianggap melakukan subversi. Padahal sejatinya agama adalah pengetahuan dasar,  yang bisa dan boleh dibicarakan dimanapun kita berada. Tidak bisa dikekang, dikerangkeng hanya di dalam masjid.

Mayoritas rakyat negri kita adalah Muslim. Islam mengajarkan agama adalah nafas kehidupan. Itu sebabnya apapun kegiatan kita adalah karena-Nya dan untuk Nya, yang nilainya sama dengan ibadah. Islam bukan hanya kegiatan ritual seperti shalat dan puasa, tapi segala aspek kehidupan. Termasuk dalam hal memilih pemimpin.  Meskipun Negara kita bukan Negara syariat Islam tapi bukan juga Negara sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Ini adalah hak seluruh Muslim.

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS. An-Nisa(4):144).

Para pendiri Republik Indonesia tercinta sangat menyadari pentingnya agama dalam kehidupan. Tanpa ridho Tuhannya, mustahil Negara kita bisa maju dan berkembang.  Itu sebabnya sila pertama Pancasila adalah tentang ketuhanan, yaitu Ketuhanan yang Esa. Artinya, setiap warga wajib memiliki agama. Di dalam piagam Jakarta yang merupakan cikal bakal pembukaan UUD 45, sila pertama tersebut aslinya bahkan menyebut Islam sebagai agama resmi rakyatnya.

Yang patut diingat, Islam tidak pernah mengajarkan permusuhan kepada umat agama lain. Konsep negara Madinah, negara pertama islam dalam sejarah dunia, menjadi buktinya. Setiap umat wajib mematuhi hukum agamanya. Pengusiran terhadap umat Yahudi baru terjadi setelah terbukti mereka mengkhianati perjanjian yang ditanda-tangani Rasulullah saw sebagai kepala Negara, dengan perwakilan Yahudi. Itupun bertahap, tidak semua suku Yahudi, namun suku yang bersangkutan saja. Meski semua suku agama yang dibawa oleh nabi Yakub as dan keturunannya seperti nabi Yusuf as, nabi Musa as, nabi Daud as, nabi Sulaiman as dan nabi Isa as atau Yesus orang Kristen menyebutnya, pada akhirnya terpaksa harus hengkang dari Madinah dan Makah. Ini dikarenakan mereka sendiri yang berkomplot memusuhi Islam dan nabi Muhammad saw sebagai nabinya.

Bangsa Indonesia sebagai Negara mayoritas Muslim mustinya mencontoh hal ini. Muslim sebagai mayoritas harus dapat melindungi kaum minoritas. Sebaliknya kaum minoritas harus menghormati kaum mayoritas. Keadilan mustinya proposional sesuai jumlah pemeluk agama, hingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Patut diingat bahwa kaum minoritas mempunyai hak sebagai tetangga yang harus  dihormati dan diperhatikan.

Dakwah atau ajakan masuk Islam, yang merupakan kewajiban Muslim harus dilakukan dengan santun, tidak memaksa. Karena sejatinya kebaikannya untuk yang diajak bukan yang mengajak. Jadi dakwah harus dilandasi rasa kasih sayang agar saudara/saudari atau kenalan kita selamat dari azab dan kemurkaan Allah swt.

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”.(QS. Al-An’am(6):108).

Mungkin ada baiknya urusan tiap agama itu dibawah pengawasan direktorat agama masing-masing. Ini agar supaya kemurnian tiap agama dapat dijaga sebaik mungkin, agar kesesatannya dapat diantisipasi. Karena tidak dapat dipungkiri dalam setiap zaman, kesesatan dalam agama selalu saja muncul, apapun motivasinya.

Amerika Serikat, negara besar mayoritas Kristen yang mengklaim diri sebagai Negara demokrasi, jelas-jelas melarang aliran sesat Kluxklux clan dan Children of god.  Namun di Indonesia, pelarangan Syiah, Ahmadiyah, JIL dll dianggap melanggar demokrasi dan toleransi beragama. Padahal MUI sebagai lembaga pengawasan agama yang resmi diakui negara sudah mengeluarkan instruksi bahwa aliran-aliran tersebut sesat. Sama dengan mayoritas  negara2 islam seperti  Malaysia dll.

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, al-Hakim dan  ad-Darimi).

Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid‘ah. Dan setiap bid‘ah itu adalah sesat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud  dan at-Tirmidzi).

Perpecahan dalam tubuh Islam makin hari makin makin menjadi-jadi sebagaimana telah diprediksi Rasulullah. Sebagai contoh sederhana, penetapan Hari Raya Iedul Fitri saja belakangan ini kerap tidak bersamaan. Padahal teori yang digunakan dari dulu sama yaitu hilal dan hishab, tidak pernah berubah.   NU dan Muhammadiyah yang merupakan dua lembaga besar Islam yang memiliki pengaruh besar di mata rakyat Indonesia, dari dulu juga sudah ada. Lalu apa yang salah di negri ini??

Hukum di Indonesia sudah cukup banyak, rasanya tidak perlu ditambah lagi. Tinggal pelaksanaannya. Kita bisa melihat betapa pelanggaran hukum sering sekali terjadi tanpa ada hukumannya. Dari pelanggaran berat yang dilakukan pejabat sampai pelanggaran ringan yang dilakukan rakyat jelata secara masal pula. Contoh sederhananya yaitu para pengendara sepeda motor yang tanpa rasa bersalah sedikitpun menjalankan kendaraannya melawan arah dan melanggar lampu lalu lintas. Kuncinya jelas, tidak ada ketegasan dari penegak hukum!

Tampaknya inilah saat yang tepat untuk memilih pemimpin yang tegas, selain tentu saja yang bisa melindungi hak dan kewajiban kita sebagai Muslim. Yang dapat memimpin dan mengarahkan arah demokrasi yang benar,  bukan demokrasi kebablasan tanpa batas, yang dapat membuat para PSK merasa berhak menjalankan kegiatan prostitusi dll.  Naudzubillah min dzalik.

Ikuti apa kata mayoritas ulama yang jelas ke-shaleh-annya, ulama yang bukan hanya menjadikan Islam sebagai wacana dan perdebatan publik. Kalau perlu ulama yang bukan simpatisan partai bila kurang percaya kepada partai Islam. Biarkan mereka yang mempertanggung-jawabkan ajakan/pilihan mereka.

… …  Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. … … “.  (QS. Fathir(35):28).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 10 Juni 2014.

Vien AM.

Read Full Post »

Pemilu legislatif 2014 tinggal satu hari. Tapi hingga detik ini kelihatannya sebagian besar umat islam belum bisa menentukan pilihannya. Bisa dimaklumi, karena hingga saat ini, siapapun presiden dan partai yang memenangkan pemilu belum pernah berhasil membawa rakyat ke arah yang lebih baik. Tidak hanya partai sekuler, partai Islampun sami mawon. Korupsi dan tidak amanah seperti berlomba menjangkiti para anggotanya. Makin tahun bahkan makin menggurita. Sungguh menyedihkan. Ini yang menjadi penyebab makin banyaknya rakyat yang golput, alias tidak memilih.

Pertanyaannya, benarkah tindakan golput seperti itu? Apakah Islam mengizinkannya?

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Dalam kehidupan rumah tangga, diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya orang yang bertindak sebagai imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim, harus mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin perjalanan. Ini menunjukkan betapa pentingnya pemimpin dalam kacamata Islam, baik dalam skala kecil seperti dalam rumah tangga, apalagi dalam skala besar seperti dalam masyarakat suatu negara.

Malah sebenarnya kebutuhan akan kepemimpinan dan panutan tidak hanya monopoli Islam, namun juga umat agama lain. Orang Nasrani atau orang Hindu yang taat, pasti juga akan mengidolakan pemimpin yang satu kepercayaan dengan diri mereka. Karena setiap diri yang yakin akan keyakinannya, pasti akan lebih nyaman berada di lingkungan yang sama, yang kondusif, agar dapat menjalankan kepercayaannya tersebut.

Apalagi kita sebagai umat Islam, yang memiliki banyak sekali ritual yang membutuhkan pengayoman. Setiap Muslim yang baik, pasti tahu bahwa shalat 5 waktu bagi kaum lelaki, afdolnya adalah di Masjid. Shalat Jumat malah wajib di masjid, kecuali ada halangan. Sementara shalat Ied Fitri dan shalat Iedul Adha diperlukan lapangan yang luas, yang bila sewaktu-waktu hujan bisa masuk ke dalam masjid.

Belum lagi kewajiban memakai jilbab bagi kaum perempuannya. Ini masih ditambah lagi dengan berbagai hukum khas Islam mengenai riba’, waris, tata cara pernikahan, kematian, penguburan, sertifikasi halal dll. Semua itu memerlukan perangkat negara sebagai hukum tertinggi yang selalu mengacu kepada Al-Quran dan hadist. Artinya, wajib hukumnya orang Islam mempunyai pemimpin seiman dan memilihnya. Dan kita harus mempertanggung-jawabkan pilihan tersebut di hari akhirat nanti.

Ironisnya, banyak diantara kita yang mengaku Muslim namun ternyata tidak menyadari hal ini. Dengan bermacam alasan, seperti toleransi dan demokrasi, mereka memilih pemimpin yang dimata mereka baik, tanpa memperhatikan apa dan kwalitas agamanya, warna dan kebijakan partai yang mendukungnya.

Pemilu periode ini yang jatuh besok, Rabu, 9 April 2014, tampaknya semakin rawan saja. Bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim, kelihatannya sudah harus bersiap diri ’dijajah di negrinya sendiri.  Ini bisa terjadi karena ketika sebagian Muslim banyak yang masih ragu memilih partai Islam bahkan ingin golput, maka sebaliknya umat Nasrani telah berhasil diarahkan para pemimpin dan pendetanya agar berbondong-bondong mencoblos partai sekuler yang mempunyai caleg non Muslim terbesar. Ini disebabkan partai agama mereka tidak lolos seleksi. Jadi ya wajar saja.

Kebetulannya, capres yang diusung partai tersebut adalah seorang yang selama ini telah menjadi idola sebagian masyarakat, karena kejujuran, kesederhaan dan keluguan beliau. Hal yang amat sangat sulit dicari di zaman ini. Seorang yang seharusnya patut dijadikan panutan, karena beliau memang juga seorang Muslim. Tak heran, bila sebagian Muslim juga mencalonkan beliau.

Namun demikian, tampaknya ada hal penting yang lolos dari perhatian umat. Selama dua kali periode kepemimpinan beliau sebagai gubernur, Solo dan Jakarta, wakilnya adalah non Muslim. Dan keduanya ditinggalkannya sebelum habis masa jabatan. Artinya, sang wakilpun akhirnya naik jabatan menggantikan beliau sebagai pimpinan tertinggi. Sebagai Muslim, tidak sengaja atau tidak tahukah beliau ayat-ayat berikut ini ?

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS.Al-Maidah(5):51).

Kabarkanlah kepada orang-orang Munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”.(QS.An-Nisa(4):138-139).

Jangan sampai Allah swt sebagai kekuatan tertinggi di alam semesta ini memasukkan kita ke dalam golongan orang Munafik. Yang menyebabkan kita susah, di dunia apalagi di akhirat. Bila di dunia ini Sang Khalik memberi kesuksesan dan keberhasilan, sebagaimana majunya negara-negara barat yang notabene kafir, yakinlah bahwa itu hanya sementara, hanya cobaan untuk menjatuhkan kita ke dalam lembah yang lebih hina dina dan kejam tak terkira, di akhirat kelak, yaitu neraka jahanam.

Karena tolok ukur kesuksesan dan keberhasilan dalam Islam tidak hanya bersifat materialistis. Namun ridho-Nya. Ini yang bisa membuat negara dan rakyat tenang dan aman dibawah limpahan kasih sayang-Nya. Sebagai balasan karena rakyat dapat secara tenang mengabdi dan beramal ibadah, sesuai tuntunan Quran dan hadist.

Akhir kata, dalam rangka menunaikan kewajiban kita sebagai Muslim yang baik, berhati-hatilah memilih pemimpin. Pilihlah pemimpin yang kaffah, yang tidak setengah-setengah dalam ber-Islam, disamping kemampuannya memimpin tentunya. Yang gigih membela umat Islam dan  PD terhadap ke-Islam-annya. Pilih diantara yang ada, meski tidak sempurna dan mempunyai kekurangan. Minimal yang paling sedikit cacatnya. Biarlah mereka yang terpilih mempertanggung-jawabkan kepemimpinan mereka di depan rakyat dan Tuhannya, Allah Azza wa Jalla.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Tiada seorang ( pemimpin )yang diamanahkan oleh Allah memimpin rakyatnya, kemudian ketika ia mati didapati telah menipu rakyatnya (berlaku tidak adil ), maka Allah pasti akan mengharamkan baginya syurganya”. (HR. Bukhari Muslim).

( Bersambung ke

https://vienmuhadi.com/2014/07/07/memilih-pemimpin-dalam-islam-2/

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 8 April 2014.

Vien AM.

Read Full Post »

Older Posts »