Paris 7 januari 2015, terjadi penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris 15. Dikabarkan 12 orang tewas dalam aksi rentetan serangan brutal di tengah hari bolong itu. Yang membuat orang lebih tersentak lagi, penyerangnya adalah 2 orang kakak beradik beragama Islam. Kabarnya keduanya mengklaim sebagai wakil dari Alqaeda Yaman.
Tragedi berdarah ini langsung mengingatkan saya pada peristiwa 14 tahun silam ketika kami berada di Paris, yaitu serangan 9/11. Ada kesamaan dalam peristiwa tersebut, yaitu Islamlah yang dituduh biang keroknya. Paling tidak itulah yang dipublikasikan begitu tragedi terjadi, padahal pelakunya saja belum tertangkap.
Maka tak ayal, masjidpun sontak dijadikan sasaran balas dendam. Juga kaum Muslimah yang mudah dikenali karena jilbabnya. Sebaliknya, sinagog dan sekolah-sekolah Yahudi yang ada di seluruh penjuru Perancis langsung mendapat perlindungan ketat ! Apa hubungannya??? Yang lebih mengerikan lagi adalah pernyataan George W Bush, presiden AS ketika itu, yaitu : “Either you are with us or you are with the terrorists!”. Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat berbahaya, seolah di dunia ini hanya 2 kubu, pendukung Bush sebagai orang baik, di lain pihak, yang tidak pro Bush, adalah teroris. Dan itu adalah Islam, sang teroris. Sejak itu, Islamphobia, ketakutan terhadap Islampun berkembang cepat di Barat.
Namun anehnya, justru sejak itu pula peminat Islam di Barat malah meningkat pesat. Ini benar-benar di luar dugaan siapapun. Ternyata rasa penasaran terhadap ajaran Islam, sebuah agama di luar sana, yang sebelumnya tidak pernah mereka dengar, membuat mata mereka terbuka lebar. Harap maklum, rata-rata sekolah di Barat tidak mengajarkan dan memperkenalkan Islam sebagai salah satu agama besar di dunia. Tak heran bila tak lama kemudian merekapun bersyahadat. Allahuakbar …
Saat ini, saat terjadinya tragedi berdarah minggu lalu, Muslim di Perancis tercatat telah mencapai 5 juta orang atau sekitar 8 % total penduduk negri ini. Sebagian besar adalah warga Perancis keturunan Maroko, Aljazair dan Tunisia yang merupakan Negara bekas jajahan Perancis. Ini tentu saja tidak terlepas dari kerja keras dan susah payah pada dai dan ulama setempat untuk memperkenalkan Islam, untuk membuang kesan dan bayangan Barat terhadap Islamophia, sekaligus memberi pencerahan bagi yang bersungguh-sungguh dan penasaran mengenal Islam.
Maka tak heran bila merekalah pihak yang paling kecewa terhadap tindakan brutal kakak beradik Kouachi. Itu pula sebabnya Tariq Ramadhan, tokoh Muslim Perancis/Swiss, cucu tokoh kenamaan Mesir Hasan Al-Banna, menyatakan bahwa tindakan keduanya adalah bentuk pengkhianatan mereka terhadap Islam.
Pertanyaannya, ada apa dengan Charlie Hebdo ( Hebdo adalah singkatan dari hebdomadaire yang artinya mingguan), mengapa tabloid mingguan ini yang menjadi sasaran kebiadaban Kouachi bersaudara.
Bagi sebagian Muslim sepak terjang tabloid ini mungkin tidak asing. Tabloid yang mengkhususkan diri sebagai tabloid satir ini sering menerbitkan kartun Rasulullah dengan berbagai gaya. Tapi yang paling sering adalah yang merendahkan dan melecehkan. Tentu saja ini amat sangat menyakitkan hati kaum Muslimin. Jangankan kartun yang buruk bahkan yang baik saja pasti beresiko mendatangkan penentangan. Karena Islam memang melarang penggambaran nabi.
Alasan utama pelarangan tersebut adalah kekhawatiran timbulnya penyembahan/penuhanan seperti yang terjadi pada nabi Isa as. Patut diingat, patung-patung nabi Isa as dan ibunda Maryam binti Imran yang banyak ditemui di gereja di seluruh pelosok dunia diawali dengan adanya penggambaran beliau.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, sebagian isteri beliau menyebut-nyebut sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah yang disebut dengan Maria. Ummu Salamah dan Ummu Habibah radhiyallahu‘anhuma pernah mendatangi negeri Habasyah, mereka menyebutkan tentang kebagusannya dan gambar-gambar yang ada di dalamnya. Maka beliau pun mengangkat kepalanya, lalu bersabda: “Itulah orang-orang yang bila ada orang sholih di antara mereka yang mati, mereka membangun masjid ( rumah ibadah) di atas kuburannya kemudian membuat gambar-gambarnya. Itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” [HR. Ahmad dan Al-Bukhari]
Berikut alasan mengapa Islam melarang penggambaran sosok Rasulullah.
Sementara ganjaran bagi orang yang menghina Rasulllah juga jelas yaitu hukuman mati. Ini tercermin dari kisah seorang buta yang hidup di zaman Rasulullah. Orang buta ini mempunyai budak perempuan yang setiap hari selalu mengolok-olok nabi. Si orang buta berkali-kali memperingatkan agar ia menjaga mulutnya tapi ia tidak mau mendengarkannya. Hingga akhirnya habislah kesabaran si orang buta, lalu menyuruh putranya agar membunuhnya. Dan ketika akhirnya kasus ini dilaporkan kepada Rasulullah, beliau hanya berujar ““Saksikanlah bahwa darah wanita itu hadar / sia-sia” .
Hukuman berat ini bukannya tanpa dasar yang kuat. Karena sejatinya fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Seperti kita ketahui, akibat fitnah bisa merusak anak keturunan. Apalagi fitnah terhadap Rasulullah yang merupakan pemimpin bahkan panutan umat Islam. Ini bisa merusak rasa hormat dan kecintaan tidak hanya kepada Rasulullah namun juga kepada ajaran yang dibawa beliau, yaitu Islam. Itu sebabnya Al-Quran secara jelas memerintahkan kita agar menghormati, mentaati dan mencintai beliau, lebih dari kepada kedua orang-tua bahkan diri kita sendiri.
“ Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”.(QS. At-Taubah(9):24).
Dari Anas bin Malik Rasulullah bersabda “Seseorang tidak dapat dianggap beriman sampai rasa cintanya kepadaku melebihi rasa citanya kepada anaknya, kepada orang tuanya, dan kepada semua manusia”.(HR. Bukhari Muslim).
Namun hukum ini hanya berlaku dimana hukum Islam dijalankan, itupun aparat negara yang menjalankannya, bukan perorangan. Jadi apa yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Apalagi bila hal tersebut malah membahayakan komunitas Islam di tempat tersebut, dengan kata lain lebih banyak mudharat daripada manfaatnya.
Ironisnya inilah yang dimanfaatkan musuh-musuh Islam. Dengan dalih kebebasan berekspresi mereka mencemooh Rasulullah. Ini bukan kali pertama tabloid Barat memunculkan karikatur bernada melecehkan dan menghina nabi saw. Memang bukan hanya nabi Muhammad saw saja yang menjadi target pelecehan, nabi Isapun tak luput dari perbuatan konyol tersebut.
Bahkan tak sampai seminggu setelah tragedi berdarah di Paris, tabloid ini kembali nekad menerbitkan karikatur nabi sedang menangisi tragedi yang baru berlalu itu sebagai sampulnya. Tak tanggung-tanggung mereka mencetak berkali lipat banyaknya, yaitu 5 juta eksemplar padahal biasanya hanya 60 ribu. itupun kabarnya masih juga kekurangan, karena rakyat Perancis menyerbu dan rela mengantri panjang untuk mendapatkannya.
Presiden Perancis, Francois Hollande, dalam pidatonya menyatakan bahwa tak ada satupun pihak yang dapat menekan kebijakan negaranya dalam kebebasan berekspresi. Sungguh ironis, Perancis yang katanya negara maju dan beradab, ternyata tidak mau menghormati dan menghargai perasaan kelompok lain. Pidato tersebut diucapkan pada acara long march yang diadakan pemerintah di Place de la Republique di Paris dan dihadiri oleh sekitar 40 wakil pemimpin Negara dunia. Long march ini diadakan beberapa hari setelah tragedi, untuk menunjukkan perang terhadap terorisme.
Lucunya Benyamin Netanyahu juga hadir di antara mereka. Tentu saja ini mengundang kecaman banyak orang termasuk presiden Turki , Recep Tayyip Erdogan. Sungguh tak tahu malu, Israel yang telah membantai ribuan rakyat Palestina, Gaza khususnya, berani-beraninya datang menghadiri acara ini, begitu antara lain bunyi kecaman Erdogon lantang.
Parahnya lagi, paska tragedi tersebut lahir slogan baru “Je suis Charlie” ( “Saya Charlie”) sebagai penghormatan dan simpati mereka kepada para korban. Apakah mereka tidak sadar bahwa sebagian besar korban tersebut adalah para kartunis yang telah memprovokasi kemarahan umat Islam dan dengan begitu mereka telah menempatkan diri sebagai provokator juga ?? Meski pembantaian tersebut sama sekali menyalahi ajaran Islam dan patut dikutuk.
Bersyukur tidak semua orang Perancis bersikap seperti itu. Charles Phillippe, seorang bangsawan Perancis dari Orleans menyatakan, dari dulu ia tidak pernah merasa simpatik kepada Charlie Hebdo. Tabloid ini kasar, dengan berlindung dibawah slogan kebebasan berekspresi mereka mengadu domba pemeluk antar agama serta menjadikannya lelucon yang sama sekali tidak lucu. Menurutnya tabloid ini adalah gambaran masyarakat atheis Eropa haluan kiri yang tidak menghormati persaudaraan Perancis. Oleh karenanya saya nyatakan “ Je ne suis pas Charlie” ( Saya bukan Charlie). Saya ikut berduka kepada para korban tapi tidak untuk Charlie Hebdo, lanjutnya.
Kabar gembira juga datang dari seorang sineas Perancis bernama Isabelle Matic. Perempuan ini bersyahadat tak lama setelah tragedi berdarah tersebut terjadi. Yang menarik, di akun FB nya ia berpesan agar umat Islam tidak usah menanggapi ulah para kartunis tersebut. Karena sebenarnya yang mereka olok-olok itu bukan nabi kita tercinta Muhammad saw, tapi seseorang yang mereka ciptakan dan bayangkan sendiri. “Keheningan akan membungkam kekurang-ajaran mereka”, tulisnya.
Namun demikian ada hal penting lain yang sebaiknya kita renungkan, yaitu, pantaskah kita umat Islam yang harus menanggung kesalahan kedua Kouachi bersaudara, hanya karena mereka beragama Islam? Hingga masjid-masjid dan kaum Muslimah di seluruh Perancis harus was-was menerima pembalasan ?? Adakah terbukti bahwa mereka bersikap demikian karena tuntutan agama? Yang pasti kita akan pernah tahu jawabannya karena keduanya telah tewas ditembak, dan dari kesaksian orang yang mengenal mereka, mereka bukan termasuk orang-orang yang taat pada agama dan ajarannya, mereka bahkan dikenal sebagai peminum, pecandu narkotika dan main perempuan ! Jadi jelas mereka tidak mewakili Islam.
Hal lain, ada beberapa kejanggalan pada tragedi ini, diantaranya ditemukannya kartu identitas pelaku di dalam mobil sewaan yang mereka gunakan untuk pembantaian. Ini ternyata tak luput dari perhatian Jean-Marie Le Pen, politikus Perancis yang dikenal amat sangat anti Islam. Dalam wawancaranya dengan majalah Rusia, Komsomolskaïa Pravda, ia berkata bahwa peristiwa penembakan tersebut merupakan sebuah konspirasi tingkat tinggi. Bukan oleh pemerintah Perancis namun pemerintah merestuinya. Meski ketika dimintai konfirmasi oleh BFMTV, Marine Le Pen, putri Le Pen sekaligus presiden partai mereka, meminta agar tidak terlalui mempercayai koran Rusia tersebut.
Yang pasti, Helric Fredou, seorang deputi direktur jendral polisi yang diserahi tanggung jawab menanyai salah satu keluarga korban, telah bunuh diri dan batal menyerahkan laporan mengenai penyelidikannya tersebut. Memang belum ada laporan resmi apakah perbuatan nekadnya itu berkaitan dengan kasus yang sedang ditanganinya.
Yang juga menarik, pada tahun 2009, Maurice Sinet, 86, seorang kartunis yang bekerja di Charlie Hebdo dipecat dari kantor tempatnya bekerja. Ia dipecat karena mengolok-olok putra Sarkozy presiden Perancis waktu itu, yang menikahi seorang putri konglomerat Yahudi. Ia membuat karikatur seolah-olah putra mantan presiden itu berpindah agama mengikuti istrinya karena uang. Selanjutnya Sinet diminta untuk minta maaf dengan tuduhan telah melakukan perbuatan Anti-Semit, yaitu perbuatan mengolok-olok Yahudi, namun ia menolak. Akhirnya iapun dipecat. Pertanyaannya, dimana kebebasan berekspresi diletakkan ???
( Baca : http://www.suaranews.com/2015/01/tahukah-anda-kemunafikan-charlie-hebdo.html ).
Ini pula yang terjadi pada pelawak Perancis Dieudonne. Ia ditangkap tak lama setelah pembantaian di Charlie Hebdo karena dianggap membela terorisme. Ia rupanya memasang pernyataan di media sosial yang mendukung para penyerang tersebut. Dieudonne dikenal karena sikapnya yang blak-blakan di masa lalu, terutama karena mempopulerkan sebuah gerakan lengan yang oleh sebagian orang dianggap anti-Semit karena menyerupai tanda salut Nazi. Sementara dari Denmark dikabarkan, seorang pemuda Muslim berusia 23 tahun ditangkap dan dipenjarakan gara-gara ucapan “Alhamdulillah” di media sosial berkenaan dengan peristiwa berdarah tersebut.
Sementara itu ketika umat Islam sedang was-was karena terpaksa menerima serangan balas dendam orang-orang tak dikenal, polisi dan tentara Perancis dikerahkan secara besar-besaran untuk melindungi sekolah-sekolahYahudi di seluruh pelosok Perancis. Ada apakah ini sebenarnya ???
Apapun alasannya, umat Islam harus menyadari peperangan akhir zaman yang telah diprekdisi Rasulullah 14 abad silam pasti akan terjadi. Dan peperangan itu antara kaum Muslimin vs Yahudi dengan Zionisnya dibawah Dajjal si mata satu. Sungguh ironis bila ternyata ada sebagian kaum Muslimin yang tidak mempercayai ramalan ini. Sementara orang-orang Yahudi telah mempersiapkan diri secara matang. Bukti paling mudah adalah pepohonan yang mereka tanam secara besar-besaran di tanah Palestina yang mereka duduki secara ilgal. Mereka bahkan menjualnya dengan imbalan sertifikat. Pohon apakah gerangan??
“Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi, lalu membunuh mereka, sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon berkata: Hai Muslim! Hai hamba Allah! Ini Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon ghorqod, maka itu adalah dari pohon-pohonnya orang Yahudi. ” (HR Muslim VII/188, Bukhari IV/51, Lu’lu’ wa al-Marjan III/308).
Pendudukan tanah Palestina oleh Zionis Israel juga bukannya tanpa alasan. Mereka meyakini disinilah nantinya perang akhir zaman ( Armagedon) itu bakal berlangsung. Berdirinya kembali Kuil Yahudi ke 3 diatas pelataran Haram As-Syarif ( Masjidil Aqsho dan Masjid As-Saqroh) adalah bagian dari menyambut peperangan tersebut. Lihatlah saat ini bagaimana mereka begitu bersemangat membuat fondasi di bawah rumah milik umat Islam tersebut, mengusir dan membantai rakyat Palestina yang bersikeras tidak mau meninggalkan tanah air mereka. Dimana mereka meletakkan HAM, juga negara-negara Barat yang selalu mengklaim HAM adalah milik segala bangsa .
Mereka terus menjelek-jelekkan Islam dengan berbagai cara, dengan tujuan agar keimanan kita runtuh, agar persatuan Islam goyah, agar jihad yang merupakan senjata terkuat umat Islam hilang. Isu kebebasan berekspresi yang kelihatannya hebat ternyata hanya milik Barat, tidak untuk umat Islam. Pelecehan nabi kita melalui karikatur memang sengaja untuk memancing emosi. Dan hasilnya, terpancing maupun tidak terpancing kita yang akan dirugikan. Ketika terpancing maka kita disebut sebagai teroris. Namun bila tidak, lama kelamaan kecintaan kita kepada Rasulullah bisa-bisa tergerus. Ini yang mereka harapkan.
Dengan demikian mereka tidak perlu lagi bersusah payah berperang secara fisik. Ini yang dinamakan Perang Pemikiran atau Gazwl Fikiri). Sayangnya, serangan tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam. JIL ( Jaringan Islam Liberal) adalah contohnya. Sungguh ironis, di Barat orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam setelah tahu apa itu Islam. Sebaliknya, di Indonesia, melalui JIL banyak orang-orang Islam yang merasa maju dan pintar malah murtad. Ini adalah akibat dari rasa kurang percaya diri sebagian Muslim yang sering diolok-olok Barat sebagai tidak toleran, tidak menghormati HAM, teroris dll. Inilah toleransi kebablasan yang dipaksakan.
Sungguh perang pemikiran melalui pena yang dilancarkan musuh-musuh Islam ternyata sangat efektif, kecuali bila kita tetap yakin dan senantiasa yakin Islam adalah agama terbaik, agama yang paling benar. Subhanallah …
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya(21):107).
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 20 Januari 2015.
Vien Muhadi.