“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan, sesungguhnya, pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Terjemah QS. Ali Imran(3):185).
Tidak sedikit ayat suci A-Quranul Karim yang menerangkan bahwa semua orang pasti akan mati. Hanya saja kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan meninggal. Keyakinan ini tidak saja dimiliki oleh orang beriman semata tapi juga orang kafir. Bahkan orang yang tidak percaya akan adanya Tuhanpun meyakini hal tersebut.
Namun bagi orang beriman kematian tidak dapat dianggap sepele. Karena kematian sejatinya adalah awal kehidupan yang sesungguhnya. Kematian adalah gerbang kehidupan akhirat yang jauh lebih kekal dibanding kehidupan dunia.
“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no 2868).
Sayangnya, kehidupan akhirat hanya ada 1 pilihan, yaitu surga atau neraka. Padahal neraka adalah tempat kembali yang sangat mengerikan dan panas tak terhingga, Penghuni neraka akan disiksa dengan siksa sangat pedih. Bahkan penjaganyapun sangat menakutkan.
“Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”. (Terjemah QS.Az-Zumar( 39):72).
Sedangkan surga adalah tempat kembali yang benar-benar indah dan menyenangkan sebagaimana hadist Qudsi, “Kami sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu, yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terlintas oleh hati manusia…”
“ … … Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya“.(Terjemah QS. AZ-Zumar (39:73).
Maka sebagai seorang yang beriman sudah sewajarnya masuk surga adalah cita-cita tertinggi dalam hidup. Meninggal dalam keadaan terbaiknya yaitu husnul khotimah. Untuk itu wajib kita mengetahui caranya, yaitu dengan mempelajari Al-Quranul Karim, As-Sunnah dan tentu saja mengamalnya.
Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda: “Setiap orang akan dibangkitkan sesuai kematiannya.” (HR. Muslim).
Para ulama sepakat yang dimaksud hadist diatas adalah wafat sesuai dengan kebiasaannya dan dibangkitkan sesuai kebiasaan tersebut. Artinya agar wafat dalam keadaan husnul khotimah wajib hukumnya agar kita membiasakan diri dengan hal-hal yang baik, baik sesuai pandangan Allah swt tentunya.
Kita semua juga tahu bahwasanya kematian datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Tidak peduli dengan kondisi apakah seorang hamba dalam keadaan ketaatan kepada Allah atau sedang bermaksiat. Apakah dalam keadaan sakit atau sehat. Apakah masih muda atau sudah tua.
“Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan“. (Terjemah QS.Al-Munafiqun(63):11).
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh“.(Terjemah QS.An-Nisa(4):78).
Kemungkinan orang meninggal sesuai kebiasaan atau hobbynya memang sangat tinggi. Betapa seringnya kita mendengar kabar seorang pawang singa atau ular wafat diterkam binatang piaraannya. Pembalap meninggal dalam kecelakaan balap mobil/motor. Artis, penyanyi, penari, pembawa acara meninggal ketika sedang melakukan profesi atau hobbynya tersebut.
Namun yang paling mengerikan adalah ketika seorang pezina dimatikan ketika dalam keadaan sedang berzina. Na’udzu billah min dzalik … Sebaliknya tidak sedikit orang yang terbiasa menjaga wudhu, shalat, sujud, membaca Al-Quran Allah wafatkan dalam keadaan yang ia sukai itu. Masya Allah alangkah indahnya …
Itu sebabnya kita harus pintar-pintar dalam memilih kebiasaan, hobby bahkan profesi/pekerjaan. Karena, kita akan dimatikan dalam kebiasaan tersebut. Orang yang terbiasa dalam ketaatan insya Allah akan diwafatkan dalam ketaatannya, husnul khotimah.
Untuk itulah pentingnya peran orang-tua. Perkenalkan anak pada kebiasaan dan hobby yang baik sejak dini. Seperti membaca Al-Quran, lisan yang selalu berdzikir dll. Jangan sampai hobby menari, menyanyi, bermain piano, bermain bola dll membuat anak lupa dari mengingat kepada Sang Khalik. Apalagi setelah lebih besar nanti, anak akan lebih banyak lagi tantangan dalam hidupnya.
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hal lain yang tak kalah pentingnya, adalah hadist berikut :
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Hadist di atas mengingatkan kita untuk senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan selalu memohon kepada Allah swt agar istiqomah beramal ibadah hingga akhir hayat dan wafat dalam keadaan husnul khotimah. Karena tidak sedikit orang yang banyak beramal sholeh namun Allah matikan justru ketika sedang berbuat maksiat hingga ia mengalami kematian yang buruk (su’ul khotimah).
Sebaliknya ada juga ahli maksiat yang menjelang ajalnya bertobat dan segera beramal ibadah. Lalu Allah wafatkan ia dalam keadaan demikian hingga iapun mengalami husnul khotimah. Orang seperti ini sangatlah beruntung karena sebenarnya ia tidak pernah tahu kapan ia akan dimatikan. Sungguh beruntung Allah swt memberinya kesempatan bertobat.
Sebagai catatan, beramal ibadah maksudnya adalah bersyahadat, shalat, puasa dan amal kebaikan lain. Sedang berbuat maksiat adalah murtad, kafir ataupun tidak menjaga pendengaran, lisan, pandangan, hati yang penuh dengan beragam penyakit hati, malas dan meninggalkan ibadah, lisannya jauh dari berdzikir dan mengingat Allah.
Masuk surga atau neraka adalah hak prerogative Allah Azza wa Jala, bukan semata karena amal ibadah kita. Melainkan berkat rahmat-Nya. Karena seumur hidup beramal ibadahpun tidak akan mampu membalas segala kebaikan-Nya. Untuk itu doa sepanjang waktu sangat diperlukan.
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“. ( Terjemah QS. Ghofir(40):60).
Doa memohon kepada Allah swt agar kita istiqomah beramal ibadah hingga akhir hayat, dimatikan dalam keadaan terbaik kita, menutupnya dengan kalimat tauhid “Laa ilaha illa Allah”, dan husnul khotimah. Jangan sampai kita lalai, lelah beramal ibadah lalu tiba-tiba Allah mencabut nyawa kita dalam keadaan maksiat. Na’udzubillah min dzalik …
Dalam kitab Shahih Tirmidzi disebutkan dalam hadis Shahihnya, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi).
Diterangkan dalam Risalah Majmu’ Fatawa, Ibnu Utsaimin berkata bahwa hendaknya manusia banyak merenung karena sebenarnya setiap orang senantiasa dalam bahaya disebabkan kematian selalu mengintai dan tidak ada batas waktu yang diketahui.
Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan kesempatan umur sebaik-baiknya, yaitu dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Sudah seharusnya manusia selalu merasa dirinya banyak melakukan kesalahan hingga harus bertaubat dan memperbaiki kesalahan. Terus membiasakan diri dalam kebaikan hingga ajal tiba dalam sebaik-baik keadaan. Sesungguhnya seseorang akan dicabut nyawanya berdasarkan kehidupan yang biasa ia jalani.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 22 Juni 2024.
Vien AM.
Leave a comment