Sembilan setengah bulan sudah Gaza tercabik-cabik. Lebih dari 38.000 orang syahid ( bahkan sumber lain melaporkan lebih dari 180.000) mayoritas perempuan dan anak–anak, puluhan ribu bangunan hancur lebur termasuk sekolah, rumah sakit, masjid dan rumah penduduk.
Netanyahu PM Israel dengan sesumbar menyatakan tidak akan berhenti menggempur Gaza meski dunia memprotesnya, hingga HAMAS dapat dilumpuhkan. Zionis Israel sejak lama memang sangat geram kepada HAMAS yang pantang menyerah dan terus melawan penjajahan Israel.
Seperti kita ketahui pada 1948, Israel nekad memproklamirkan diri. Ini tak lepas dari keputusan PBB pada 1947 yang mengeluarkan resolusi yang sama sekali tidak adil, yaitu memberikan 55% tanah Palestina dimana di dalamnya berdiri kota-kota dan pelabuhan penting kepada Israel. Padahal ketika itu kaum Yahudi di tanah tersebut hanya sepertiga dari total populasi dan tanah kurang dari enam persen.
Palestina tentu saja menolak dan mengadakan perlawanan hingga pecah perang 6 hari antara Negara-negara Arab dan Israel. Sayangnya paska perang, Israel justru berhasil merebut wilayah Palestina hingga menjadi 70 %! Akibatnya rakyat Palestina terpaksa meninggalkan rumah dan tanah air mereka tercinta. Peristiwa yang mengakibatkan sekitar 13.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 750.000 terusir dan menjadi pengungsi tersebut dikemudian hari diperingati sebagai peristiwa Nakba yang artinya bencana.
Hari demi hari berlalu penuh penderitaan. Penjajah Israel memperlakukan rakyat Palestina dengan semena-mena. Perampasan rumah, tanah, kebun terus saja terjadi. Rakyat Palestina tidak diberi berbagai hak seperti pekerjaan, kebebasan berkumpul dan bersuara. Tentara penjajah seenaknya menangkapi, memenjarakan bahkan menembak mati siapapun yang dianggap melawan.
Hingga pada tahun 1950 berdirilah gerakan Fatah, yang artinya Gerakan Nasional Pembebasan Palestina. Gerakan sekuler ini didirikan di Kuwait oleh pendiri PLO ( Organisasi Pembebasan Palestina) mendiang Yasser Arafat dan kawan-kawan, dengan tujuan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, secara militer, pada awalnya.
Selanjutnya pada tahun 1987 kekecewaan dan kemarahan rakyat Palestina memuncak karena sikap penjajah yang makin semena-mena. Dengan hanya bermodalkan senjata batu dan kerikil, sebagaimana burung Ababil yang menyerang pasukan Abrahah yang berkendaraan gajah, para pemuda Palestina nekad melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel. Perlawanan ini dinamakan gerakan Intifada.
Tak lama kemudian dibawah pimpinan Syeikh Ahmad Yassin dan teman-teman, lahir gerakan berideologi Islam bernama HAMAS. Kelompok yang bertekad merebut kemerdekaan secara bersenjata ini didukung rakyat Palestina. HAMAS adalah singkatan bahasa Arab yang artinya adalah Gerakan Perlawanan Islam.
Sementara itu untuk meredam kekecewaan rakyat, pada 1988, Fatah dibawah bendera PLO, memproklamirkan kemerdekaan negara Palestina dengan Yasser Arafat sebagai presiden. Sayangnya pada 1990-an, Fatah secara resmi menanggalkan perlawanan bersenjatanya. Organisasai ini memilih jalan damai dengan mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan untuk membangun negara Palestina sesuai perjanjian perbatasan tahun 1967 (Tepi Barat dan Gaza sebagai milik Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai ibukota) berdampingan dengan Israel. Sesuatu yang tidak diinginkan rakyat. Selain itu rakyat juga melihat banyak keboborokan dalam tubuh Fatah. Diantaranya adalah korupsi yang semakin merajela.
Maka tak heran ketika pada 2006 diadakan pemilu, Hamas berhasil mengalahkan Fatah. Barat dibawah Amerika Serikat yang memang selalu mendukung Israelpun berang. Mereka tidak mengakui hasil pemilu bahkan memberikan cap Hamas sebagai kelompok teroris. Akhirnya Hamas hanya meguasai Gaza. Sementara Fatah tetap berkuasa di Tepi Barat.
Selanjutnya ketegangan antara Hamas dan Israel terus terjadi hingga detik ini. Artinya genosida terhadap Gaza yang dilakukan Israel saat ini dengan alasan membalas serangan HAMAS pada Oktober 2023 sejatinya hanyalah mengada-ada. Buktinya Tepi Barat yang sejak lama selalu mengalami penindasan hari inipun tak luput dari sasaran kebengisan tentara Israel. Mereka juga menghancurkan situs-situs penting di Tepi Barat bahkan di Jerusalem.
Sungguh tidak masuk akal Netanyahu yang sesumbar tidak akan menghentikan perang melawan Hamas sampai Hamas lenyap. Hamas adalah pejuang Palestina bersenjata yang berjuang keras mendapatkan kemerdekaan negaranya lepas dari penjajahan Israel dalam bentuk apapun. Israel tahu persis hanya dengam mengenyahkan Hamas maka Palestina secara keseluruhan akan dapat direbutnya, termasuk kompleks Masjidil Aqsho di Jerusalem Timur, yang sejatinya memang adalah tujuan utama Israel menjajah tanah Palestina.
Beberapa waktu lalu Netanyahu dengan lugunya menyatakan bahwa ia dan kaumnya berjuang mendapatkan haknya sebagai pemilik tanah Palestina karena Tuhannya. Benarkah demikian??? Apakah ia yakin Tuhannya meridhoi cara mereka yang secara brutal membombardir dan membunuh warga Gaza seenaknya seolah binatang tak berharga??
Bagaimana dengan ayat 24 surat Al-Maidah yang secara terang benderang menerangkan penolakan orang-orang Yahudi atas perintah nabinya untuk memasuki Baitul Maqdis??
“Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” ( Terjemah QS.Al-Maidah(5):24).
Dan juga banyak ayat Al-Quran yang berisi kutukan Alah swt kepada Israil yang selalu melawan perintah Tuhannya. Jika nabi dan rasul saja berani mereka membunuhnya apatah penduduk Palestina. Sejarah juga mencatat berapa banyaknya orang di dunia ini yang tampaknya tidak menyukai orang Yahudi. Antisemit dan Nazi adalah contoh yang paling mudah. Di masa awal kedatangan Islam di Madinahpun orang-orang Yahudi selalu membuat kekacauan. Mereka juga berusaha membunuh Rasulullah Muhammad saw.
Tak heran bila saat ini tak satupun peringatan dunia agar segera menghentikan genosida mereka tak mau mendengarnya. Genjatan senjata selalu gagal. Demikian pula Amerika Serikat sekutu terdekat Israel yang selalu menggunakan vetonya untuk menggagalkan genjatan senjata. Juga negara-negara yang selama ini mengampanyekan keadilan, ketertiban dan juga bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa, hanya diam menyaksikan kekejian terjadi di depan mata. Bahkan ikut memasok senjata yang tidak jarang adalah senjata yang secara resmi dilarang digunakan, fosfor putih contohnya.
https://www.hrw.org/id/news/2023/10/17/israel-white-phosphorus-used-gaza-lebanon
Namun yang lebih parah lagi adalah prilaku Negara-negara Muslim dan Negara yang mayoritas berpenduduk Muslim, termasuk Negara kita tercinta Indonesia. Indonesia yang secara resmi mendukung kemerdekaan Palestina dan tidak mempunyai hubungan politik maupun dagang dengan Israel ternyata diam-diam melakukan berbagai hubungan seperti perdagangan dan pariwisata. Yang ironisnya bahkan meningkat tajam pada 2024 ini.
“Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kalian, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka”. Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?”. Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kalian banyak, tetapi kalian buih, seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kalian”. Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?”. Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut menghadapi kematian.” (HR. Abu Dawud no. 4297)
Kabar terakhir masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kabar tentang 5 orang tokoh NU, ormas islam terbesar di Indonesia, yang pergi ke Israel untuk menemui presiden Israel. Apa maksudnya?? Beruntung ketua PBNU segera meresponsnya dengan memberhentikan ke 5 tokoh tersebut. Namun belum rasa terkejut tersebut hilang muncul pula berita bahwa masjid Istiqlal akan menyelenggarakan seminar dengan pembicara direktur Muslim-Jewish Relation American Jewish Committee. Meski kemudian Nasaruddin Umar, imam besar Masjid Istiqlal, tidak mengakuinya.
Rakyat Palestina benar-benar hanya bergantung pada Tuhannya tidak peduli bahkan ketika seluruh isi dunia termasuk Negara-negara Islam tetangganya tidak mau membantu mereka. Juga ketika sebagian umat Islam shalat Subuh membaca Qunut tapi tidak mendoakan rakyat Palestina. Dan ternyata justru orang-orang Syiah seperti Iran dan Yaman yang berani melawan penjajah Israel, apapun alasannya. Dan kini malah Cina yang berhasil mempersatukan faksi-faksi Palestina yang selama ini sulit bersatu.
Perjuangan, pengorbanan dan penderitaan rakyat Palestina sungguh sangat berat. Ribuan orang disiksa di penjara-penjara Israel secara sadis seperti yang dialami para sahabat seperti Bilal dll di masa kenabian. Para pejuang terus berjuang mati-matian agar tanah Palestina dimana Masjidil Aqsho berdiri tetap berada dibawah penjagaan kaum Muslimin. Mereka adalah para mujahidin yang bisa dikatakan tidak kalah hebatnya dengan para mujahidin di zaman Rasulullah saw. Mereka inilah tampaknya yang dimaksud Rasulullah kaum yang beliau banggakan karena tidak pernah bertemu dan melihat beliau tapi tetap beriman dan membuktikan keimannya tersebut.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (Terjemah QS.Al-‘Ankabut(29):2).
“Manusia yang paling dasyat ujiannya adalah para Anbiya’ (Nabi dan Rasul) kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat kadar) agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi”, (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim).
Operasi Badai Al-Aqsa, perang Hamas – Israel yang terjadi sejak Oktober 2023 hingga saat ini masih berlangsung tampaknya bakal mengakibatkan hal positif, yaitu bersatunya Hamas yang berideologi Islam dan Fatah yang nasionalis sekuler. Semoga ini adalah jalan baik menuju kemerdekaan Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai ibukotanya. Dan semoga dengan demikian Allah swt pun meridoinya, amin yaa robba’ alamiin …
Kabar terakhir, Inggris sekutu dekat Israel setuju dengan genjatan senjata. Bahkan sejumlah Negara Barat seperti Irlandia, Spanyol dan Norwegia mulai mengakui Palestina sebagai Negara. Jerman setuju dengan pernyataan International Criminal Court (ICC) bahwa Netanyahu adalah penjahat perang dan harus diadili. Demikian pula kandidat calon presiden AS yang kabarnya akan menghentikan bantuan kepada Israel bila tidak segera melakukan genjatan senjata. Yaa Allah hanya kepadaMu kami berharap pertolongan …
Walahu’alam bi shawwab.
Jakarta, 29 Juli 2024.
Vien AM.
Note.
Dua hari setelah tulisan diatas, pimpinan tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, syahid di atas tempat tidurnya pada sekitar pukul 2.00 pagi di sebuah wisma tamu di Teheran. Haniyeh berada di ibu kota Iran tersebut untuk menghadiri acara pelantikan presiden baru Iran. Ia meninggal setelah sebuah bom yang diselipkan di kamarnya diledakkan dari jarak jauh. Haniyeh tercatat sebagai petinggi Hamas ke 3 yang dibunuh oleh penjajah Israel.
Seolah mengetahui ajalnya telah dekat, dalam pidatonya di depan presiden Iran, mengatakan, “Allah yang menghidupkan dan mematikan. Dan Allah Maha Mengetahui semua tindakan … Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan muncul'”. Ia menyusul 60 anggota keluarga besarnya yang dibunuh Zionis Israel termasuk 3 putra dan 4 cucunya yang masih kanak-kanak. “Darah anak-anak saya tidak lebih berharga daripada darah anak-anak rakyat Palestina. … Semua martir Palestina adalah anak-anak saya,” ujarnya tegar.
Semoga Allah swt mencatat kematian Haniyeh sebagai syahid sebagaimana syahidnya para pejuang Palestina lainnya. Dan semoga kematiannya menambah semangat rakyat dan para pejuang Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …
Leave a comment