Asal Usul Julukan Singa Atlas.
Fes berada di selatan Chefchouen sejauh 197km. Namun karena tidak ada jalan tol di antara keduanya diperlukan waktu sekitar 3jam 30 menit untuk menembus pegunungan Atlas yang terlihat angker dan tandus. Di pegunungan inilah konon hidup kawanan singa dengan ukuran di atas rata-rata yaitu 270 kilogram. Singa Atlas atau dikenal dengan Singa Berber atau Singa Nubia adalah subspesies dari singa yang telah punah di alam liar sejak abad ke-20.
Akan tetapi pada tahun 1992 singa ini sempat terekam di alam bebas pegunungan Atlas. Kini singa Berber yang tersisa hanya dapat dijumpai di tempat sirkus dan kebun binatang, salah satunya di Rabat Zoo. Di kebun binatang ibu kota Maroko itu hidup sekitar 200 singa Atlas.
Spesies langka inilah yang kemudian menjadi julukan Maroko dan juga tim sepakbola Maroko yang berhasil mencapai prestasi terbaiknya pada Piala Dunia 2022 di Qatar, yaitu babak semifinal. Tak salah bila kemudian FIFA menunjuk Maroko bersama Spanyol dan Portugal menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2030.
Selain Singa Atlas Maroko juga mempunyai julukan Maghribi yaitu tempat matahari terbenam karena letak Maroko yang di ujung paling barat Afrika berbatasan dengan samudra luas hingga tidak ada kota/negara setelahnya. Arti maghrib sendiri dalam bahasa Arab adalah Barat.
Cikal bakal Maroko.
Cikal bakal Maroko adalah dinasti Idrisiyah. Dinasti ini didirikan pada abad 8 oleh Idris bin Abdullah yang merupakan cicit Rasulullah Muhammad saw dari jalur Hasan bin Thalib ra. Paska tragedy memilukan Karbala di Irak, yaitu dibunuhnya khalifah ke 4 Ali bin Abu Thalib, disusul pemenggalan kepala Husein bin Ali, keturunan Ali termasuk Idris bin Abdullah, menyelamatkan diri dari kejaran para musuh. Ketika itu kekhalifahan Ummayah telah jatuh dan digantikan oleh kekhaifahan Abbasiyah.
Tujuannya adalah Maroko utara, yaitu ke Walīla. Walila/Volubilis adalah sebuah kota tua Romawi yang kini telah menjadi reruntuhan akibat gempa pada pertengahan abad 18 dan dijadikan situs budaya yang dilindungi Unesco. Idris bertemu dengan suku-suku Berber yang menghuni wilayah ini. Kedatangan Idris yang diketahui sebagai keturunan Rasulullah, disambut hangat oleh masyarakat setempat yang ketika itu telah mengenal Islam. Sang sayyid berhasil mempersatukan suku-suku Berber yang sebelumnya sering berselisih. Sayyid Idris bahkan mampu menaklukkan sebagian besar wilayah utara Maroko. Selanjutnya ia membangun kota baru bernama Moulay Idris di atas bukit tidak jauh dari Walila dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan.
Namun para penguasa Abbasiyah menyadari bahwa kekuatan politik yang tumbuh di Maghrib, dipimpin oleh seorang keturunan Nabi pula, dapat menggoyahkan kekuatan mereka di kawasan tersebut. Oleh sebab itu mereka mengutus seorang mata-mata yang menyamar sebagai tabib. Suatu hari dalam suatu pertemuan, mata-mata tersebut berhasil meracuni Idris hingga akhirnya meninggal dunia.
Selanjutnya ia digantikan oleh putranya, yaitu Idris II yang dengan dukungan rakyatnya bisa tetap mempertahankan kelangsungan kekuasaan Idrissiyah. Idris II kemudian mendirikan kota Fes yang menjadi kota suci tempat tinggal Shorfa (keturunan Nabi dari Husain bin Ali bin Abi Thalib) sekaligus sebagai kota pusat perdagangan yang selanjutnya menjadi ibu kota kerajaan Idrisiyyah. Kota ini berkembang dengan sangat pesat dalam segala bidang kehidupan, termasuk ilmu dan pengetahuan.
Saat ini Maroko yang berbentuk kerajaan menjadikan Rabat sebagai ibu kota, pusat pemerintahan. Negri ini memberi julukan kota-kotanya sesuai kekhususannya. Diantaranya yaitu Cassablanca sebagai kota bisnis, Marrakesh kota pariwisata dan Fes disebut sebagai kota pendidikan.
Yang menarik hampir semua kota besar Maroko mempunyai old medina alias kota lama/tua yang tetap digunakan dan dirawat dengan baik hingga hari ini. Padahal kota-kota tua tersebut usianya telah ratusan tahun. Didalam kota inilah dulu seluruh kegiatan penduduk di lakukan. Oleh sebab itu didalam old medina atau biasa disebut medina saja, selalu memiliki setidaknya 4 hal yaitu masjid agung, fontain atau kolam air untuk berwudhu, hamam alias pemandian umum dan toko roti.
Empat hal ini menunjukkan betapa tinggi tingkat spiritual penduduknya, bahwa kehidupan akhirat senantiasa menjadi prioritas. Kota tua ditandai dengan adanya benteng alias tembok besar yang mengelilingi kota dengan pintu utama/gapura dan beberapa pintu gerbang lainnya. Begitulah yang disampaikan Hassan, pemandu kami di Fes, seorang asli Berber yang sangat menguasai sejarah kota Fes.
Fes, Kota Ilmu dan Pendidikan.
Kami memulai penjelajahan Fes dari sebuah bukit di luar kota tersebut. Dari atas bukit inilah kota Fes terlihat jelas. Fes dibagi menjadi 3 bagian yaitu kota tua (Fes el-medina), kota baru dan Mellah ( distrik Yahudi). Kota baru didirikan pada masa kolonial Prancis yang pernah menguasai Maroko selama 44 tahun yaitu sejak tahun 1912 hingga tahun 1956.
Sedangkan Mellah sejak lama telah ditinggalkan penduduknya yang makin lama makin sedikit dan sisanya yang tersisa sangat sedikit itu kini lebih memilih tinggal di kota lain. Yang terbanyak di Tetuoan yang terletak sekitar 60 km tenggara Tangier.
Fes el-medina , dengan lebih dari 150 ribu penduduk, masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO dan dianggap sebagai kawasan bebas mobil, kawasan pejalan kaki terluas dan tertua di dunia. Kota dengan 9.000 lorong dan jalan-jalan sempit ini dikelilingi benteng/tembok tebal sepanjang 14 km. Di kota inilah berdiri universitas universitas Qarawiyyin. Universitas ini didirikan oleh Fathimah Al-Fihria pada tahun 859 M, menjadikannya universitas tertua di dunia. ( Al-Azhar tahun 972 M, Oxford tahun 1096 M, Sorbonne tahun 1257 M).
Fathimah Al-Fihria adalah seorang perempuan alim kelahiran Qarowiyyin yang sekarang merupakan bagian dari Tunisia. Ia berasal dari keluarga pedagang kaya raya, awalnya membangunnya sebagai masjid kecil. Namun lama kelamaan berkembang menjadi tempat pendidikan berbagai macam ilmu pengetahuan, tidak hanya ilmu agama, melainkan juga matematika, sains dan kedokteran.
Tak heran bangunan bermenara putih tersebut akhirnya ikut mengalami perluasan dan terus mempercantik diri. Hingga akhirnya menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang didatangi banyak mahasiswa dari manca negara. Di universitas inilah lahir ilmuwan-ilmuwan Muslim kenamaan seperti Averroes, Al-Idrisi, Ibn Khaldun dll.




Namun dengan makin berkembangnya kota, diantara rumah penduduk yang makin padat, pasar dengan segala kebutuhan hidup dan masjid yang tak terhitung jumlahnya, Qarawiyyinpun tidak lagi mampu menampung mahasiswa yang terus berdatangan. Akhirnya universitaspun dipindahkan ke luar tembok kota Fes dengan tetap mempertahankan metode pembelajaran klasik. Sementara di tempat yang lama hanya menerima murid jurusan agama selain sebagai fungsinya sebagai masjid.
Selanjutnya pada tahun 1947 universitas ini direorganisasi menjadi universitas modern layaknya lembaga pendidikan saat ini dengan dikeluarkannya gelar akademik pada mahasiswanya. Kemudian pada tahun 1975 universitas berubah nama menjadi universitas Sidi Muhamad Ben Abdullah yang saat ini masih menempati rangking pertama di Maroko.
Alhamdulillah kami berdua sempat mendirikan shalat Zuhur jamaah di masjid Qarawiyyin bersama penduduk sekitar begitu adzan berkumandang. Jamaah perempuan yang jumlahnya cukup banyak mendapat tempat shalat di selasar persis di samping kanan riadnya yang cantik itu.
Oya riad adalah bagian terbuka semacam patio yang terletak di tengah rumah khas Maroko. Riad biasanya dilengkapi dengan kolam air mancur dan pepohonan, bagian bagian atap terbuka hingga udara segar bebas mengalir. Disinilah anggota keluarga biasanya berkumpul sambil menikmati teh mint ditemani camilan khas Maroko yang mampu membangkitkan selera, sayang terlalu manis untuk saya pribadi.
Rumah Maroko biasanya berbentuk persegi dengan aksen lengkung pada pintu, jendela dan lorongnya. Arsitektur Maroko yang eksotis, banyak dipengaruhi kebudayaan Mediterania, Afrika, Persia, dan Islam tentunya. Pola geometri dan bunga/tumbuhan dengan warna-warna cerah biasanya dimunculkan pada keramik mozaik baik di lantai maupun dindingnya. Jendela balkon rumah Maroko yang disebut mashrabiya juga menarik.
Mashrabiya adalah ukiran yang dibuat pada partisi kayu besar dengan pola geometris yang rumit. Fungsinya sebagai pembatas/penutup untuk menyembunyikan wajah penghuni perempuan dari pandangan pria di luar rumah. Selain itu harumnya wewangian rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, jahe yang dihangatkan juga memperkaya keunikan rumah Maroko.
Rumah-rumah yang lazim disebut dengan riad tersebut banyak dijumpai di dalam kota tua. Belakangan rumah-rumah tersebut banyak yang disewakan untuk turis dengan pelayanan akrab ala rumahan. Menurut Hassan selain riad ada lagi apa yang dinamakan dar. Bedanya dar dengan riad, dar lebih sederhana, tidak ada riad alias bagian terbuka ditengahnya, kalaupun ada tanpa kolam air mancur. Pemilik riad biasanya orang kaya. Namun dari luar perbedaan tersebut tidak terlihat. Baik riad maupun dar yang berada di lorong-lorong sempit tersebut yang tampak hanya gerbang pintu kayu berukiran khas Maroko.






Masih menurut Hassan, zaman dulu pintu-pintu tersebut mempunyai 2 bukaan, yang 1 tinggi besar dan 1 lagi sedang, dengan alat ketukan pintu masing-masing. Yang tinggi besar khusus untuk tuan rumah dan kudanya yang tanpa harus turun dari kuda dapat mengetuk pintu. Sedangkan yang lebih kecil untuk tamu tanpa kuda. Biasanya kuda diikat di depan rumah di balik gerbang.
Di dalam kota tua ini pula terdapat mausoleum/makam raksasa pendiri Maroko yaitu Mulay Idris 2. Makam megah dengan dekorasi mozaik dan kaligrafi menakjubkan ini menyatu dengan pasar yang menjual aneka kebutuhan hidup. Sama halnya dengan masjid Qarawiyyin maupun madrasah Bou Inania yang usianya telah ratusan tahun.


Namun pasar atau souk dalam bahasa Arab ini jangan dibayangkan seperti di Indonesia. Pasar yang menyatu dengan rumah penduduk, masjid, maousolem, hamam yang sudah berubah fungsi tempat spa massage dll ini tertata rapi dan bersih, dipisahkan antara bagian sayuran, daging dll dengan bagian sepatu, pakaian sehari-hari, pakaian pernikahan dan pernak-perniknya, bahkan bagian perhiasan emas.
Di dalam pasar kota lama ini kami juga sempat diajak melihat proses pembuatan minyak Argan yang merupakan andalan Maroko. Juga mengunjungi tempat penyamakan kulit Nejjar tertua di Maroko yang masih menggunakan alat-alat tradisional seperti ratusan tahun lalu. Bahkan keledai sebagai pengangkut kulit binatang masih digunakan hingga saat ini, dan melewati lorong sempit kota Fes ini. Kami bagaikan dibawa ke kehidupan di masa lalu.
Esoknya kami meneruskan perjalanan ke Rabat dengan melalui Walila/Volubilis, reruntuhan kota romawi tujuan awal Idris dan keluarganya serta Meknes ibu kota Maroko pada masa Moulay Ismail (1672–1727) sebelum dipindahkan ke Marrakech. Dan tentu saja Moulay Idris yang terletak tidak jauh dari keduanya. Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan indah perbukitan Rif dengan danau dan pepohonan Zaitunnya.




Volubilis didirikan pada abad ke-3 SM. Kota ini meliputi wilayah seluas 40 hektare dengan tembok sepanjang 26 km yang membentengi nya. Sisa-sisa kemegahan kota tersebut masih terlihat, tampak dari adanya bangunan-bangunan khas eropa seperti Arc de Triomph di situs arkeologi tersebut. Kota baru menjadi reruntuhan seperti saat ini setelah gempa besar yang terjadi di abad 18.
Akan halnya Meknes, menurut Muhammad, sejak 3 tahun belakangan ini sedang menjalani renovasi besar-besaran. Jadi tidak banyak yang bisa kami saksikan. Bahkan gerbang utamanyapun masih dipenuhi stagger/tangga besi. Namun demikian sejumlah kereta kuda tampak sudah siap melayani para tamu untuk berkeliling melihat bekas ibu kota lama dan istananya.


Bersambung.
Jakarta, 18 Januari 2025.