Disebutkan oleh Abu Sa‘id al-Khudri, pada suatu hari, Rasulullah saw masuk ke masjid. Ternyata di sana sudah ada seorang laki-laki Anshar yang bernama Abu Umamah. Beliau kemudian menyapanya: “Hai Abu Umamah, ada apa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?”. Abu Umamah menjawab : “Kebingungan dan hutang-hutangku yang membuatku (begini), ya Rasul”.
Rasulullah kembali bertanya: “Maukah kamu jika aku ajarkan suatu bacaan yang jika kamu membacanya, Allah akan menghapuskan kebingunganmu dan memberi kemampuan melunasi hutang?”
Umamah menjawab : “Tentu, ya Rasul”. Nabi pun menyatakan: “Jika memasuki waktu pagi dan sore hari, maka bacalah:
Allâhumma innî a‘ûdzu bika minal hammi wal hazan. Wa a‘ûdzu bika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a‘ûdzu bika minal jubni wal bukhl. Wa a‘ûdzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijâl “
Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.
Abu Umamah lalu menuturkan: “Setelah aku mengamalkan doa itu, Allah benar-benar menghilangkan kebingunganku dan memberi kemampuan melunasi hutangku”.
Bingung, sedih, lemah, malas, takut, kikir, lilitan hutang dan tekanan manusia lain adalah 8 perkara tidak menyenangkan tapi sering dialami manusia. Namun demikian bagi seorang Muslim yang baik, tidak sepatutnya perasaan dan sikap yang seperti itu dipelihara. Muslim yang baik harus kuat, tabah dan sabar menghadapi segala cobaan.
Karenanya tak heran bila kemudian Rasulullah mengajarkan doa yang tidak khusus hanya untuk Abu Umamah namun juga berlaku untuk semua umatnya. Doa sejatinya adalah senjata kaum Muslimin yang paling ampuh dalam menghadapi segala masalah. Allah swt memasukkan orang yang tidak mau memohon doa padaNya sebagai orang yang sombong dan tempatnya adalah neraka Jahanam.
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Terjemah QS. Ghafir (40):60).
Hidup adalah cobaan, ujian dari Sang Pencipta sebagaimana ayat 155 surat Al-Baqarah “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”.
Allah swt menguji manusia untuk mengetahui mana hamba-Nya yang sabar dan takwa mana yang tidak. Ialah yang menganugerahkan hidayah, rezeki, jodoh, keturunan dll kepada siapa yang Ia kehendaki. Namun manusia wajib berusaha untuk menggapainya. Al-Quran secara tegas memerintahkan manusia untuk aktif dan produktif dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut guna menghindari waktu luang yang umumnya kerap diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Menghidari waktu luang bukan berarti menghilangkan porsi istirahat setelah mengisi hari dengan ibadah, bekerja, belajar, dan kegiatan lainnya.
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (Terjemah QS. Al-Insyirah (94):7).
Buya Hamka melalui Tafsir Al-Azhar, beliau menjelaskan bahwa Allah mengingatkan pada Rasulullah saw dan umatnya untuk tidak cepat berpuas hati dengan hasil usahanya. Oleh karenanya, apabila seseorang telah selesai suatu urusan (urusan dunia serta kesibukannya) maka segera mengerjakan urusan yang lain. Inilah yang akan menjadikan orang menjadi kuat, tidak lemah dan tidak mudah mengeluh.
Allah swt sangat membenci orang malas hingga bisa jadi rezekinyapun Ia batasi. Akibatnya orang bersangkutan susah hidupnya sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Maka dalam keadaan galau, sedih, takut dan kikir karena memang tidak memiliki apapun, ia terjebak dalam hutang.
Dan ketika akhirnya hutang melilitnya apapun terpaksa dilakukan. Tergadai sudah nyawanya. Hilanglah kemerdekaan dirinya padahal kemerdekaan adalah hal terpenting dalam hidup. Inilah yang dimaksud “min qahrir rijâl” ( dari tekanan orang) pada akhir doa yang diajarkan Rasulullah di atas, yaitu orang yang memberinya hutang dengan tujuan memeras.
Ini pula salah satu penyebab penderitaan berkepanjangan rakyat Palestina, Gaza khususnya, hingga detik ini. Negara-negara Timur Tengah tetangga Palestina seperti Yordania, Mesir, Arab Saudi dll, tak mampu berbuat banyak untuk menolong saudaranya yang terdzalimi, adalah akibat tersandera hutang dan kepentingan politik Israel dan Amerika Serikat.
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Tangan diatas maksudnya adalah memberi, sedangkan tangan dibawah adalah meminta.
Selanjutnya pada ayat 8 surat Al-Insyirah “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” menunjukkan bahwa manusia hanya bisa berusaha sedangkan hasilnya adalah milik Allah swt.
Artinya, bila setelah berusaha maksimal hasilnya tidak sesuai keinginan tidak sepatutnya seorang Muslim menjadi kecewa, galau, sedih berkepanjangan apalagi sampai putus asa dan bunuh diri.
“Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi harta karena Allah, menahan harta karena Allah, maka telah sempurna imannya”. (HR. Abu Daud no.4681, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril alaihi salam seraya berseru: “Hai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah ia!”’
Rasulullah bersabda: “Akhirnya orang tersebut pun dicintai Jibril. Setelah itu, Jibril berseru di atas langit; “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah ia! Kemudian para penghuni langit pun mulai mencintainya pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setelah itu para penghuni bumi juga mencintainya”.
Sebaliknya, apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril dan berseru kepadanya: “Sesungguhnya Aku membenci si fulan. Oleh karena itu, bencilah ia”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Lalu malaikat Jibril berseru di langit; “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci si fulan. OIeh karena bencilah ia!“. Kemudian para penghuni langit membencinya. Setelah itu para penghuni dan penduduk bumi juga membencinya.
Dua hadist diatas menunjukkan betapa cinta dan benci Allah swt kepada seorang hamba akan sangat mempengaruhi cinta dan benci manusia kepada kita. Oleh sebab itu jangan pernah berharap pada manusia, berharap pada imbalannya. Lakukan semua perintahNya, jauhi segala laranganNya sesuai apa yang dicontohkan Rasulullah saw, maka kebahagiaan dunia dan akhiratpun kita raih.
“Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat“. ( Terjemah QS. Ali Imran(3):132).
Sekecil apapun amal kebaikan kita Allah swt pasti akan melihat dan membalasnya sebagaimana ayat 7 dan 8 surat Al-Zalzalah, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(Terjemah QS.Al.Qashash (28):77).
Wallahu’alam bi shawwab. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin.
Jakarta, 24 Agustus 2025, 29 Rabi’ul Awal 1446 H.
Vien AM.

