Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2025

Hafshah adalah putri ‘Umar Abu Hafsh, Amirul Mukminin. Nama lengkap dengan nasabnya adalah Hafshah Hafshah binti ‘Umar bin Al-Khatthab bin Nufail bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza bin Rabah bin ‘Abdillah bin Qurth bin Razah bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lui bin Ghalib Al-Qurasyi Al-‘Adawi.

Ibunya adalah Zainab binti Mazh’un bin Hubaib bin Wahb bin Hudzafah bin Juma’.

Hafshah lahir lima tahun sebelum nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi nabi dan dibangun Ka’bah. Sebelumnya ia telah menikah dengan Khunais bin Hudzafah bin Qais. Keduanya sempat berhijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan agamanya dari serangan orang-orang Quraisy. Lalu mereka kembali untuk selanjutnya hijrah menuju Madinah.

Pada usia Hafshah yang ke 18 tahun, Khunais bin Hudzafah mengikuti perang Badar dan meninggal dunia setelah perang Badar dikarenakan luka parah yang ia alami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolatkannya dan memakamkannya di pekuburan Baqi’ di samping sahabat yang agung, Utsman bin Mazh’un, saudara ibu Hafshah.

Umar radhiyallahu ‘anhu sungguh terpukul menerima nasib putrinya  yang harus menjadi janda dalam usia sangat muda. Untuk itu ia menawarkan putri tercintanya tersebut kepada Abu Bakar maupun Utsman bin ‘Affan untuk dinikahi. Namun keduanya enggan karena tahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan melamarnya.

Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah pada tahun 3 H (sebelum perang Uhud) dengan mahar sebesar 400 dirham. Saat itu pula, Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum setelah meninggalnya Ruqayyah, putri rasulullah, yang menjadi istri Utsman sebelumnya.

Setelah Umar menikahkan Hafshah, Abu Bakar menemuinya dan menyampaikan alasannya mengapa ia menolak Hafshah, َ“Jangan kesal kepadaku, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebut nama Hafshah. Aku tidak mau mengungkapkan rahasia beliau. Dan seandainya beliau meninggalkannya, niscaya aku menikahinya.” (HR. Bukhari, no. 5122).

Keutamaan Hafshah binti ‘Umar.

Pertama: Ia sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Buktinya adalah Hafshah selalu mencari ridha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjalankan apa yang ia inginkan, juga menjauhi apa yang beliau benci. Hafshah tidak pernah surut dalam upaya membahagiakan dan menggembirakan beliau. Setiap saat yang ia lalui disamping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu ia manfaatkan untuk semakin mendekat dan mendekat lagi kepada Allah. Ia mempelajari semua bentuk ketaatan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendekatkannya kepada Allah.

Seperti itulah kehidupan suami istri yang mewujudkan kebahagiaan yang selalu menyeruak di rumah mereka. Apa yang dijalankan Hafshah ingin merealisasikan hadits berikut ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasa’i, no. 3231dan Ahmad, 2:251. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Kedua: Hafshah dikenal sangat cerdas karena ia diajarkan khusus oleh Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam, sampai ia mahir dalam kitabah (penulisan) karena diajarkan oleh Asy-Syifa’ binti ‘Abdillah.

Di antara bukti kecerdasan Hafshah pula dapat dilihat dari peristiwa berikut. Hafshah pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Aku berharap tidak ada seorang pun yang masuk neraka dengan kehendak Allah bagi yang menghadiri perang Badar dan menghadiri Hudaibiyah.” Kalimat tersebut terasa aneh oleh Hafshah karena seolah-olah bertentangan dengan ayat, “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Terjemah QS.Maryam(19):71). [Di antara tafsiran ayat ini adalah orang beriman akan melewati shirath pada hari kiamat]. Hafshah membacakan ayat ini pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat kepada Hafshah, “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”(Terjemah QS. Maryam(19):72).

Akhirnya Hafshah memahami apa yang dimaksud dengan ayat tersebut. (HR. Ibnu Majah, no.3473. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ketiga: Hafshah jadi sebab turunnya ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Tahrim: 1).

Dalam Shahihain dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum madu di tempat Zainab binti Jahsy dan tinggal bersamanya. Aku membuat kesepakatan dengan Hafshah bahwa siapa pun dari kami yang ditemui beliau hendaknya ia menanyakan kepada beliau, apakah engkau makan maghafir? Aku mencium bau maghafir darimu. Beliau pun mengatakan, “Tidak, akan tetapi aku minum madu di tempat Zainab binti Jahsy. Aku tidak akan mengulangi lagi. Aku pun sudah bersumpah. Jangan diberitahukan itu kepada siapa pun.” (HR. Bukhari, no. 4912 dan Muslim, no. 1474).

Kemudian Allah pun menurunkan ayat (yang artinya), “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.At-Tahrim: 1).

Keempat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mentalak Hafshah lalu rujuk lagi dan Hafshah diberikan kabar gembira menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga.

Kelima: Hafshah dikenal rajin beribadah, rajin shalat malam dan rajin berpuasa di siang harinya. Dalam hadits dari Anas bin Malik dan Qais bin Zaid, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Jibril berkata kepadaku, ‘Kembalilah (rujuklah) kepada Hafshah karena ia adalah wanita yang rajin berpuasa, rajin shalat malam, dan ia akan jadi istrimu di surga.’” (Diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 6061.Hadits ini shahih)

Keenam: Sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihiwa sallam, Hafshah tetap dikenal rajin dalam ibadah termasuk juga rajin bersedekah pada fakir miskin yang membutuhkan. Ia juga sering jadi tempat bertanya para sahabat lainnya.

Al-Qur’an yang telah dikumpulkan berawal dari masa Abu Bakr, lalu berpindah pada Umar. Lalu setelah bapaknya wafat, Al-Qur’an tersebut berpindah pada Hafshah.

Wafatnya.

Hafshah meninggal dunia tahun 45 Hijriyah pada khilafah Mu’awiyah. Yang menyolatkannya ketika meninggal dunia adalah Marwan bin Al-Hakam yang menjabat di Madinah ketika itu.

Yang menurunkan jenazahnya dalam kubur ketika itu adalah dua saudaranya ‘Abdullah bin ‘Umar dan ‘Ashim bin ‘Umar, juga putra-putra dari Ibnu ‘Umar yaitu Salim, ‘Abdullah, dan Hamzah.

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Vien AM.

Jakarta, 26 September 2025.

Referensi:

Read Full Post »

Barat sering menuduh Islam disebarkan dengan pedang, atau dengan kata lain dengan perang (kekerasan dan kekuatan). Benarkah demikian??

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. ( Terjemah QS An-Nuur(24:55).

Ayat di atas adalah janji Allah swt bahwa jika orang-orang beriman mengerjakan amal perbuatan baik maka :

1. Allah akan menjadikan mereka penguasa di muka bumi. 2. Allah tegakkan Islam, 3. Aman dan sentausa, 4. Tidak menyekutukan Allah swt dengan apapun.

Itulah yang terjadi pada era terakhir kehidupan Rasulullah, sahabat khualarrasyidin, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in, selama kurang lebih 8 abad hingga jatuhnya Turki Ustmani pada 1924. Zaman kejayaan Islam yang daerah kekuasaannya membentang dari Andalusia di Spanyol, sepanjang Afrika Utara ( Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia dan Mesir), seluruh semenanjung Arab ( Arab Saudi, Kuwait, UEA, Bahrain, Qatar, Yaman, Oman), Asia Tengah (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan),  Asia Kecil (Turki, Suriah, Palestina, Yordania dan Lebanon), Asia Barat ( Irak dan Iran), Eropa Timur ( Bulgaria, Yunani, Albania, Makedonia dan Yunani) hingga perbatasan barat negri China.

Dalam buku berjudul “Bonaparte et L’Islam” yang ditulis oleh Christian Cherfils, Napoleon Bonaparte (Napoleon I), pendiri Empirium Perancis (1769-1821 M) berkata,

“Musa telah menerangkan adanya Tuhan kepada bangsanya, Yesus kepada dunia Romawi dan Muhammad kepada seluruh dunia…Enam abad sepeninggal Yesus bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, yaitu ketika Muhammad memperkenalkan penyembahan kepada Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ismail, Musa dan Isa. … Muhammad seorang bangsawan, ia mempersatukan semua patriot. Dalam beberapa tahun kaum Muslimin dapat menguasai separoh bola bumi. … Muhammad memang seorang manusia besar”.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. ( Terjemah QS. Al-Ahzab(33):21).

Pada saat itu orang-orang beriman benar-benar menjalankan seluruh isi Al-Quran sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah saw, tidak memilih dan hanya mengamalkan ayat-ayat yang mereka sukai saja.        

Yang dimaksud penguasa di muka bumi pada ayat di atas adalah pemerintah dibawah pimpinan tertinggi baik itu presiden atau raja/sultan, yang taat pada Tuhannya. Itulah tahta. Sedangkan harta yang dimaksud pada judul di atas adalah harta yang didapat para pengusaha dengan cara yang halal dan menggunakannya sesuai syariat.

Jadi makna tahta dan harta adalah perisai pada judul tulisan ini yaitu bahwa penguasa dan pengusaha yang takwa adalah jaminan tegak dan teguhnya agama tanpa sedikitpun adanya kesyirikan. Yang dengan demikian rakyat akan dapat menjalankan kehidupan yang baik sesuai syariat. Hingga Allah swt pun ridho memberikan perlindungan dan menjadikan tanahnya aman sentausa, rakyatnya sejahtera.

Karena tak dapat dipungkiri untuk menjalankan syariat Islam dibutuhkan perlindungan yang kuat, yaitu penguasa. Sementara pengusaha sangat dibutuhkan tidak saja agar rakyat tidak kelaparan namun juga agar dapat menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan dan sains.

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. ( Terjemah QS. At-Taubah(9):122).  

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):190-191).

Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu” ( HR. Ahmad).

Artinya pendapat Barat bahwa  Islam disebarkan dengan pedang atau perisai tidaklah benar. Yang benar dan tepat, penguasa ( tahta) dan pengusaha (harta) adalah perisai berdirinya ajaran Islam.  Perang-perang  yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat adalah pertahanan/defensive demi tersebarnya kalimat Allah agar bumi ini damai dibawah lindungan Allah swt.   

Itu sebabnya mengapa Rasulullah saw bersusah-payah mendatangi Thaif, kota sejuk 95 km sebelah timur Mekah, tempat para petinggi Quraysi menghabiskan waktu senggangnya. Rasulullah berusaha mendapatkan dukungan penguasa agar risalah Islam yang diembannya dapat ditrima dan berkembang dengan baik. Meski ternyata penduduk Thaif menolak bahkan mengusir beliau.

Begitu juga paska penaklukan Mekah, Rasulullah memperlakukan petinggi Mekah, Abu Sufyan yang ketika itu belum memeluk Islam, dengan sangat istimewa, “Siapa saja yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman, siapa saja yang menutup pintu rumahnya, maka ia aman. Dan siapa saja yang memasuki Masjid al-Haram, maka ia aman”.

Demikian pula pernikahan Rasulullah dengan Shafiyyah binti Huyay, putri penguasa Yahudi Khaibar yang dikalahkan pasukan Islam. Sebagai bentuk penghargaan Rasulullah memberikan Shafiyyah 2 pilihan yaitu menikah dengan Rasulullah dan masuk Islam atau dikembalikan kepada keluarganya. Ternyata putri penguasa Yahudi tersebut memilih menikah dengan Rasulullah dan memeluk Islam. Namun selain itu Rasulullah sangat berharap agar pernikahan tersebut dapat melunakkan hati orang-orang Yahudi untuk mau menerima Islam.   

Para sahabat utama seperti Abu Bakar ra, Ustman bin Affan ra dan Abdurrahman bin Auf ra yang keislamannya tidak diragukan lagi, sejatinya adalah pengusaha sukses di zamannya. Ketiganya dikenal sebagai orang-orang yang sangat dermawan. Namun ketiganya memiliki cara masing-masing dalam menginfakkan harta mereka.

Abu Bakar tercatat wafat dalam keadaan tidak memiliki harta sedikitpun. Khalifah pertama ini menginfakkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Islam. Sesuatu yang diizinkan Rasulullah khusus untuk Abu Bakar. Semasa hidupnya, ketika masih di Mekah, jauh sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar sering sekali membebaskan para budak Muslim dengan menebusnya dari tuannya. Tak kurang dari 70 budak ia bebaskan. Bilal adalah salah satu diantaranya.

Sementara Ustman bin Affan, khalifah khulafaur rasyidin ke tiga, tercatat sebagai orang kaya raya hingga akhir hayatnya. Ketika wafat, ia mewariskan harta peninggalan yang jika diakumulasikan totalnya mencapai lebih dari Rp 2,5 triliun.  Semasa hidupnya, Ustman banyak sekali membantu perjuangan Islam. Diantaranya yaitu pada perang Tabuk melawan Romawi. Ia menyumbangkan 300 ekor unta dan 1000 dinar dari kantong pribadinya untuk bekal perang.

Dengan hartanya yang berlimpah, Ustman bin Affan pernah membeli sumur air milik Yahudi dengan harga sangat tinggi. Itupun dengan syarat Ustman hanya boleh mengambil airnya 2 hari sekali, bergantian dengan si Yahudi yang menjual air tersebut kepada kaum Muslimin dengan harga tinggi.

Ustman tidak kehabisan akal, jatahnya ia berikan kepada kaum Muslimin secara cuma-cuma. Akibatnya Yahudi tersebut tidak mendapatkan apapun karena kaum Muslimin hanya mengambil air di hari-hari milik Ustman. Akhirnya iapun menjual seluruh sumur tersebut. Sumur yang dikenal dengan nama sumur Raumah tersebut hingga hari ini masih mengalir. Menjadikannya satu-satunya sumur pada zaman Rasulullah yang masih berfungsi, selain sumur zamzam tentunya.

Akan halnya Abdurrahman bin Auf, sahabat yang mempunyai julukan “ Sahabat bertangan Emas” dan merupakan sahabat terkaya diantara para sahabat tetap kaya hingga akhir hayatnya. Abdurrahman bin Auf sering memborong dagangan dari kota Syam untuk dibawa ke Madinah. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya.

Hingga suatu hari Abdurahman mendengar Rasulullah menerangkan tentang perbedaan waktu hisab antara orang kaya dan orang miskin. “Kelak dihari kiamat, orang kaya akan lebih lama menjalani perhitungan amal dibandingkan orang miskin. Dan aku ada berada di barisan orang-orang miskin”.

Sejak itu ia menjadi resah dan selalu merenung. Ia sering menangis setiap teringat apa yang dikatakan Rasulullah. “Aku tidak mau berlama-lama di Yaumul Hisab hanya karena kekayaan yang aku punya. Ya Allah, aku mohon miskinkanlah diriku dan masukkanlah aku ke dalam barisan orang-orang miskin bersama Rasulullah di hari akhir nanti”,rintihnya.

Berbagai cara ia lakukan agar hartanya habis, cara yang baik tentunya. Namun Allah swt telah takdirkan Abdurrahman menjadi orang kaya selama hidupnya. Itu adalah ketetapan Allah yang harus ia terima dan jalani.

Abu Bakar ra, Ustman bin Affan ra dan Abdurrahman bin Auf ra adalah sedikit contoh dari banyak sahabat yang notebene adalah orang-orang beriman dengan akidah kokoh yang mengerjakan amal-amal saleh sebagaimana ayat 55 surat An-Nuur di awal tulisan. Mereka adalah pejuang tangguh sekaligus pengusaha sukses yang Allah beri amanah memegang kekuasaan di muka bumi ini.

Sayangnya hari ini tidak sedikit kaum Muslimin yang tidak mau menteladani jejak Rasulullah saw dan para sahabat. Dan lebih sayangnya lagi banyak musuh-musuh Islam yang mengetahui hal tersebut. Contohnya adalah ucapan Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis yang terekam dalam buku tulisan Cherfils yang sama dengan di atas :

“Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum Muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum Muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran.” 

https://www.goriau.com/ragam/kaisar-prancis-napoleon-bonaparte-mualaf.html

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 13 September / 20 Rabi’ul Awal 1447H.

Vien AM.

Read Full Post »