Genjatan senjata antara Hamas dan Israel yang kembali memanas sejak serangan 7 Oktober 2023 akhirnya disepakati kedua belah pihak. Kesepakatan yang diusulkan oleh Donald Trump presiden Amerika Serikat, disaksikan oleh Qatar, Mesir dan Turki, serta dihadiri delegasi Israel dan Hamas ini berlangsung di Mesir. Dan berlaku sejak Jumat 10 Oktober 2025.
Genjatan senjata tersebut terlaksana setelah munculnya desakan banyak pihak dan Negara yang tampaknya telah muak menyaksikan kebrutalan tentara penjajah Israel yang secara terbuka tanpa malu melakukan genosida terhadap penduduk Gaza. Puncaknya yaitu pengakuan Palestina sebagai Negara pada sidang Sidang Umum PBB Senin, 22 September 2025. 153 dari 193 anggota PBB secara resmi memberikan pengakuan berdirinya Palestina. Termasuk negara-negara mitra Israel seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal. Juga Irlandia, Spanyol dan Norwegia. Namun lagi-lagi Amerika Serikat memveto hasil sidang tersebut.
Oleh sebab itu sungguh janggal bila kemudian justru Amerika Serikat yang memediasi genjatan senjata tersebut. Tentu kita tidak lupa bagaimana Donald Trump, presiden Negara adi daya tersebut membuat rencana gila menyulap Jalur Gaza menjadi pusat wisata. Dalam proposal “Gaza Reconstitution, Economic Acceleration and Transformation Trust”, atau GREAT Trust, tertulis bahwa AS akan mengelola Gaza selama setidaknya 10 tahun, membangunnya kembali menjadi resor wisata dan pusat manufaktur.
Dalam proposal setebal 38 halaman tersebut disebutkan bahwa warga Gaza akan ditawarkan iming-iming US$5.000 ( setara Rp82 juta ) untuk keluar dari Gaza secara sukarela dan akan dirancang agar terlihat seperti “sukarela.”
Sejumlah pengamat juga mengatakan sebagai imbalan, Israel bakal mendapatkan sebagian Tepi Barat dimana berdiri di dalamnya Masjidil Aqsho, masjid ke 3 tersuci umat Islam. Ini terbukti dengan penyerbuan tentara Israel ke banyak kota di Tepi Barat yang terus meningkat.
Dan seperti yang sudah diduga banyak pihak, seperti biasa pihak Israel melanggar kesepakatan genjatan senjata bahkan hanya beberapa jam setelah penanda-tanganan terjadi. Dengan berbagai alasan mereka memborbardir sejumlah wilayah Gaza hingga saat ini. Otoritas Kesehatan Gaza menyebut, jumlah korban tewas tercatat sebanyak 68.234 orang yang berarti sama dengan 11% penduduk Gaza. Belum lagi jumlah korban yang masih terkubur dibawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan brutal tentara Israel.
Namun dibalik tragedy memilukan ini ada hikmah besar yang dapat kita ambil, yaitu pengakuan Palestina sebagai Negara. Ini adalah adalah sebuah jalan kemenangan yang amat patut dihargai, meski mungkin jalan masih panjang, mengingatkan Perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada masa Rasulullah.
Suatu hari di bulan Dzulqa’idah tahun ke 6 H, Rasulullah mengumumkan keinginan beliau untuk menunaikan ibadah umrah. Pengumuman ini langsung disambut antusias oleh sekitar 1400 sahabat Anshar dan Muhajirin. Singkat cerita berangkatlah rombongan besar tersebut.
Namun di suatu lembah bernama Hudaibiyyah, Al-Qudwah, unta Rasulullh mogok alias tidak mau berjalan. Para sahabat panik namun dengan tenang Rasulullah bersabda unta tersebut mogok atas perintah Alah swt sebagaimana gajah-gajah pasukan Abrahah yang diperintahkan menyerang Ka’bah tapi menolak.
Ternyata benar. Di lembah tersebut terjadilah peristiwa bersejarah yang menjadi pembuka kemenangan Islam, yaitu perjanjian Hudaibiyyah. Di tempat itulah terjadi penanda-tanganan genjatan senjata antara Islam ( Rasulullah saw) dan perwakilan Quraisy yang ketika sangat memusuhi Islam. Inilah pengakuan pertama kehadiran Islam dibawah pimpinan Muhammad bin Abdullah. Kaum Quraisy ketika masih belum mau mengakui Muhammad sebagai utusan Allah swt.
Di tempat ini utusan Quraisy mendapati betapa para sahabat menghormati sang pimpinan, Rasulullah Muhammad saw. “ Wahai kaum. Demi Allah, aku pernah menjadi tamu para raja, kaisar, kisra dan najasi. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimana penghormatan yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad. Sesungguhnya, dia telah menawarkan suatu langkah yang baik buat kalian. Karena itu, terimalah!”, demikian ucap Urwah, melaporkan hasil pertemuannya dengan Rasulullah kepada para pembesar Quraisy.
Langkah selanjutnya, para pemuka Quraisy memutuskan mengutus Suhail bin Amr sebagai wakil mereka untuk membuat perjanjian dengan kaum Muslimin. Sementara Rasulullah menunjuk Ali bin Abu Thalib ra sebagai juri tulis perjanjian yang di kemudian hari dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah ini.
“ Silahkan”, kata Suhail, “ Tuliskan suatu perjanjian antara kami dan kalian”.
“ Tulislah Bismilahir rahmanir rahim”, sabda Rasulullah kepada Ali.
“ Demi Allah, kami tidak tahu apa itu ‘ar-Rahman’. Tulislah Bismikallahumma », tukas Suhail.
« Demi Allah, kami tidak mau menulis kecuali Bismilahir rahmanir rahim”, kaum Muslimin berkata.
«Tulislah Bismikallahumma. Ini adalah perjanjian yang dibuat oleh Muhammad Rasul Allah », sabda Rasul lagi.
Mendengar ini Suhail sontak menolak, « Demi Allah, seandainya kami mengakui bahwa engkau adalah Rasul Allah, niscaya kami tidak menahanmu untuk datang ke Baitullah dan memerangimu. Tulislah Muhammad bin Abdullah ».
Rasul kembali mengalah, « Demi Allah, aku adalah Rasul Allah sekalipun kalian mendustakanku ! Tulislah Muhammad bin Abdullah ».
Di dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa nabi saw memerintahkan Ali agar menghapuskannya lalu Ali berkata, « Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya». Rasulullah lalu bersabda, « Tunjukkan kepadaku mana tempatnya ». Ali lalu menunjukkan dan Rasulullahpun menghapusnya sendiri.
Perjanjian ini berlaku untuk 10 tahun. Selama itu tidak boleh terjadi peperangan antara ke dua belah pihak. Sayangnya berdasarkan perjanjian tersebut rombongan besar dibawah pimpinan Rasul saat itu tidak dapat melakukan umroh hingga sebagian besar sahabat merasa kecewa terhadap isi perjanjian yang dianggap merendahkan umat Islam yang dirasa mulai menguat itu. Umar bin Khattab ra adalah satu diantaranya.
“Bukankah engkau Nabi Allah?” tanya Umar.
“Ya, benar”, jawab Rasul.
“Bukankah orang-orang kita yang terbunuh akan masuk surga dan orang-orang yang mereka bunuh akan masuk neraka?” tanya Umar lagi.
“Ya, benar”, jawab Rasul tenang.
«Lalu, mengapa kita menyetujui agama kita direndahkan ? », tanya Umar bertambah penasaran.
“Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Aku tidak akan menyalahi perintah-Nya dan Dia pasti akan membelaku”, jawab Rasul sabar.
«Bukankah engkau telah menjanjikan bahwa kita akan datang ke Baitullah untuk melakukan thawaf ? », cecar Umar.
«Ya, benar. Tetapi apakah aku mengatakan bahwa engkau akan datang ke sana tahun ini ? Engkau pasti akan datang dan thawaf di Baitullah », tegas Rasul.
Dengan menahan rasa kecewa Umar hanya tertunduk lesu. Namun tak lama kemudian Rasulullah memanggilnya kembali untuk mengabarkan bahwa Allah swt telah menurunkan surat Al-Fath sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni`mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)”.
Alangkah leganya Umar dan seluruh kaum Muslimin mendengar itu. Namun demikian kemenangan tersebut tidak serta merta datang. Fathu Mekkah yaitu penaklukkan Mekah baru terjadi 2 tahun kemudian, yaitu pada tahun 8H. Pemicunya adalah pelanggaran yang dilakukan Quraisy dan sekutunya yang mengakibatkan batalnya genjatan senjata.
Begitu pula dengan pengakuan Palestina di PBB baru-baru ini. Perjuangan belum selesai. Apalagi kita bisa melihat kasat mata bagaimana prilaku Israel yang berkali-kali telah melanggar genjata senjata tapi Amerika Serikat sebagai Negara adi daya sekaligus pemrakarsa genjatan tapi malah menutup mata bahkan ikut mengancam Hamas dan menuduhnya sebagai pihak yang melanggar perjanjinan.
Belum lagi ulah beberapa Negara Islam yang diam-diam mendukung penjajah Israel diantaranya dengan memberi izin Negara Zionis membangun pabrik senjata di negaranya. Maroko, UEA, Bahrain, Sudan dan Kazhastan adalah 5 negara Muslim yang tergabung dalam perjanjian Abraham (Abraham Accords). Sementara hanya 1 dari 8 negara yang secara resmi menyatakan bahwa Netanyahu dan puluhan pejabat Israel lain adalah penjahat perang akibat genosida Gaza, yaitu Turki. 7 negara lain adalah Slovenia, Lituania, Norwegia, Swiss, Irlandia, Italia dan Kanada.
Tapi jangan lupa, kaum Munafik yang sejatinya adalah musuh dalam selimut, memang selalu ada bahkan sejak zaman Rasulullah. Peristiwa desersi pasukan dibawah tokoh Munafikun sejati Abdullah bin Ubay bin Salul dari Madinah pada perang Uhud di tahun 3 H adalah contohnya. Namun tak perlu berkecil hati, pertolongan Allah swt pasti dating, bukankah Allah sebaik-baik pembalas tipu daya??
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. ( Terjemah QS. Ali Imron(3):54).
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berjama’ah (bersatu) adalah rahmat sedangkan berpecah-belah adalah adzab”. (HR. Ahmad (IV/278) dan Ibnu Abi ‘Ashim (no. 93).
Jakarta, 9 November 2025.
Vien AM.
Leave a comment