Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Catatan Perjalanan’ Category

Pada bulan Juli 2025 yang baru lalu kami mendapat kesempatan mengunjungi penjara Nusa Kambangan. Ini bukanlah hal yang mudah mengingat penjara tersebut adalah penjara paling mencekam di Indonesia. Perlu izin khusus untuk memasukinya. Kebetulan ada teman penduduk asli Cilacap yang mengurusnya, Alhamdulillah …

Penjara ini sering disejajarkan dengan penjara Alcatraz di Amerika Serikat. Ini disebabkan selain karena sama-sama berada di sebuah pulau juga merupakan penjara bagi penjahat kelas kakap dengan hukuman maha berat seperti  hukuman seumur hidup atau bahkan tembak mati. Oleh sebab itu penjara yang didirikan pada tahun 1908 tersebut mendapat julukan Pulau Kematian.

Penjara dengan tingkat keamanan extra maksimum di Indonesia ini terletak di pulau Nusa Kambangan, sekitar 15 menit menyeberang dengan ferry dari Cilacap di perbatasan selatan antara Jawa Barat dan  Jawa Tengah. Wilayah selatan pulau ini menghadap langsung ke Samudra Hindia dengan pantai karang dan ombaknya yang besar. Itu sebabnya tidak mudah bagi narapidana untuk melarikan diri dari pulau penjara ini. Apalagi dengan adanya berbagai binatang buas seperti  buaya, macan tutul, ular kobra, biawak dll. Meski kabarnya ada sejumlah napi berhasil kabur. Contohnya adalah Johny Indo, napi Iran dll.

Namun menurut petugas yang mendampingi kami tak satupun napi berhasil kabur. Petugas yang ramah jauh dari kesan garang tersebut, menceritakan beberapa kejadian aneh yang pernah terjadi di penjara tersebut. Diantaranya adalah kisah pelaku bom  Bali yang di eksekusi tembak mati tapi tidak mati ketika ditembak, napi koruptor kelas kakap yang mengalami stress berat karena tidak mampu menjalani kehidupan di penjara hingga akhirya dipindahkan ke penjara lain yang lebih “ramah” alias bisa trima suap.

Sudah bukan rahasia lagi bahwasanya banyak penjara seperti itu. Napi membayar dalam jumlah uang sangat besar agar dapat menjalani kehidupan nyaman di dalam penjara, bisa keluar masuk penjara sesukanya dll. Napi dan penjaganya sama-sama melanggar hukum tapi anehnya tidak terkena hukum. Itulah penjara dunia yang terdapat jual beli didalamnya. Tidak seperti penjara akhirat.

Para malaikat penjaga neraka tidak mengenal kompromi Meraka menjalankan tugas yang diberikan Allah swt dengan amat sangat sempurna. Hukuman di neraka berkali-kali lebih mengerikan daripada hukuman di penjara dunia.

Sesungguhnya azab yang paling rendah dari penduduk neraka adalah seseorang memakai kedua sandalnya dari neraka. Otaknya pun melepuh karena panasnya kedua sandalnya.” (HR. Muslim).

Itu sebabnya penghuni neraka sangat amat ingin keluar dari tempat mengerikan tersebut. Untuk itu mereka rela tidak saja membayar harga tinggi namun juga menggadaikan orang-orang yang mereka sangat cintai sebagaimana surat Al-Ma’rij ayat 11 berikut,  

“ … … Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya”.

Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, ‘Mohonkanlah kepada Rabbmu supaya Dia meringankan azab dari kami sehari saja.’ Penjaga Jahanam berkata, ‘Apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?’ Mereka menjawab, ‘Benar, sudah datang.’ Penjaga-penjaga Jahanam berkata, ‘Berdoalah kamu.’ Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.” (Terjemah QS. Ghafir(40):49-50).

Para penghuni neraka memohon agar diringankan adzabnya barang 1 hari, padahal 1 hari akhirat setara dengan seribu tahun dunia, sebagaimana ayat 47 surat Al-Hajj, “… … Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu“.

Namun demikian berkat kasih sayangNya, Ia akan mengampuni orang-orang yang ketika di dunia mau bertobat dan memperbaiki kesalahan. Allah swt mengampuni segala kesalahan dan dosa kecuali dosa syirik ( menyekutukanNya).  

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Terjemah QS.An Nisa’(4): 48).

Jadi sungguh beruntung orang beriman karena meski kesalahan dan dosa bertumpuk pada akhirnya akan keluar dari neraka dan masuk surga, meski sebelumnya ia harus menjalani hukuman di neraka sesuai kesalahannya ketika di dunia.

Demikian pula orang yang masuk penjara dunia karena kesalahannya kemudian ia rela menjalaninya dan bertaubat, mereka juga termasuk orang yang beruntung bila ia bertaubat dengan sungguh2.

Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. ( Terjemah QS A-Furqon(25):71).

Johny Indo, seorang napi di tahun 1970an yang mendapat julukan Raja Perampok Emas dan hasil jarahannya dibagikan kepada masyarat miskin layaknya Robin Hood. Ia merampok sejumlah toko emas dan beberapa rumah para pejabat sebagai bentuk protes atas ketimpangan yang terjadi di negeri ini. Polisi berhasil menangkap dan kemudian memenjarakannya di Nusa Kambangan. Namun 3 tahun setelah menjalani hukuman, bersama puluhan napi ia berusaha melarikan diri.

Akan tetapi setelah 12 hari berusaha keluar dari penjara tersebut, akhirnya ia menyerah dan kembali masuk penjara. Setelah dibebaskan dari penjara, ia tobat lalu memeluk Islam dan menjadi dai. Kisah legendaris tersebut pernah difilmkan dengan dirinya sendiri sebagai tokohnya. Tidak sedikit napi yang keluar dari penjara lalu bertobat dan menjadi dai, selebritis Angelina Sondakh adalah diantaranya.

Jadi sungguh tepat mengapa sejak tahun 1970an pemerintah mengganti istilah penjara dengan kata lapas ( lembaga pemasyarakatan) atau LP. Karena tujuan lapas bukan hanya untuk menghukum dan membuat jera napi, tapi juga membina dan memberdayakan agar ex napi dapat dibina menjadi warga binaan yang dapat kembali bergabung ke dalam masyarakat luas dengan kesempatan baru yang lebih baik.

Sejujurnya kesan mengerikan memasuki penjara Nusa Kambangan seperti yang sering diberitakan tidak begitu kami rasakan. Setelah menyebrangi ferry dengan mobil ala satpol PP kami dibawa ke suatu tempat terbuka dimana sebuah pendopo menanti. Pendopo tersebut terletak di tepi sawah hijau nan subur.

Dari sana tampak ladang berbagai tanaman dimana napi yang sudah mendapat remisi dan akan segera dibebaskan mendapat pelatihan. Di tempat ini pulalah kami ditrima petugas yang dengan ramah menceritakan kehidupan di tempat tersebut. Kami juga diberikan kesempatan menyerahkan bingkisan berisi makanan langsung kepada napi yang akan dibebaskan tersebut. Wajah mereka tampak sumringah tidak mencerminkan penderitaan di penjara.      

Setelah itu dengan mengendarai kendaraan milik lapas kami diantar berkeliling pulau melewati beberapa penjara yang ada di pula tersebut. Menurut petugas lapas Nusa Kambangan memiliki 13 lapas dengan 3 tingkatan hukuman, yaitu  super berat, berat dan medium.    

Selama perjalanan kami tidak melihat hal-hal mengerikan. Pulau terlihat tenang bahkan cenderung sepi, teduh dan subur. Kami sempat melewati kompleks perumahan petugas yang masih baru, belum ditempati. Belakangan baru kami tahu ternyata pulau penjara tersebut akan diubah menjadi proyek percontohan pusat latihan bagi warga binaan alias ex napi yang telah bertobat.      

https://kemenimipas.go.id/berita-utama/transformasi-pulau-penjara-nusakambangan-menjadi-percontohan-pusat-latihan-bagi-warga-binaan

https://www.antaranews.com/berita/4717277/mengenal-penjara-lp-nusakambangan-dan-seluk-beluknya

Dengan kata lain, penjara dunia dan penjara akhirat sama sekali tidak dapat dibandingkan. Penjara akhirat bukan tempat untuk bertobat melainkan akhir perjalanan. Bila seorang manusia begitu takutnya masuk penjara dunia, apalagi penjara akhirat alias neraka. Karena jalan keluar dari penjara akhirat hanya berlaku bagi orang beriman, sementara pembuktian keimanan hanya ada ketika seseorang masih berada di dunia bukan setelah meninggal dunia. Sedangkan bagi orang tidak beriman alias kafir, kekal mereka di dalamnya, na’uzubillah min dzalik …

Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. ( Terjemah QS At-Taghabun(64):10).

“Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? Mereka adalah orang-orang yang mendustakan Kitab (Al-Qur’an) dan wahyu yang dengannya para rasul Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai (dipasang) di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas. Mereka kemudian dibakar ke dalam api.” (Terjemah QS.Al-Mu’min: 69-72).

Sebagai penutup perjalanan sarat hikmah tersebut, kami diantarkan petugas menuju pantai Komando yang sangat indah dan bersih. Menurut petugas tersebut, pantai yang langsung berhadapan dengan pulau milik Australia yaitu pulau Natal di samudra Hindia, sering digunakan untuk pelatihan sekaligus pelantikan Kopasus. Pantai tersebut bersih karena memang tidak dibuka untuk umum. Alangkah beruntungnya kami, terima-kasih yaa Allah, Alhamdulillah ..  

Akhir kata, semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin ya robbal ‘aalamiin …

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Jakarta, 11 Agustus 2025/18 Safar 1447 H.

Vien AM.

Read Full Post »

Selain masjid Koutubiya, di bekas ibu kota kekaisaran ini berdiri banyak tempat bersejarah seperti istana Bahia, masjid dan madrasah Ben Youssef, makam Sa’adian, Kasbah dan reruntuhan istana El-Badi, Majorelle Garden, Secret Garden dan juga museum yang tidak sedikit jumlahnya.  

Istana Bahia dibangun antara tahun 1894 dan 1900 sebagai persembahan bagi ratu Bahia, satu-satunya istri (dari 4 istri raja) yang melahirkan anak pertama laki-laki. Istana yang memiliki 160 kamar ini dibangun dengan gaya Andalusia dimana bagian tengah bangunan istana terhampar halaman terbuka dengan fontaine/kolam air pancur dan sejumlah pohon jeruk seperti yang banyak dijumpai di Andalusia. Lantai, langit-langit dan dindingnya dihiasi mosaik dan ukiran kayu yang rumit.

Sedangkan madrasah Ben Youssef yang berada di kota tua berhimpitan dengan souk/pasar dimana nafas kehidupan berhembus,  adalah merupakan sekolah tinggi Islam terbesar di Maroko. Namanya diambil dari nama sultan Ali ibn Yusuf yang berjasa dalam pembangunan dan perluasan kota Marrakech. Madrasah ini didirikan pada abad ke-14 oleh Sultan Abu al-Hasan dengan mengikuti gaya arsitektur Hispano-Moresque.

Bangunan bertingkat 2 ini dilengkapi dengan asrama berisi 130 kamar, dimana tiap 10 kamar memiliki halaman sendiri.  Sebuah masjid dengan nama yang sama berdiri tak jauh dari madrasah ini. Sistem air madrasah Ben Youssef merupakan contoh menarik tentang bagaimana orang-orang zaman dahulu merancang solusi cerdik untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Madrasah ini dibangun pada saat akses terhadap air masih sulit.

Selanjutnya masjid Kasbah, salah satu masjid tertua di Maroko, dibangun pada tahun 1557. Masjid ini berada dalam satu kompleks makam keluarga kerajaan Sa’adian yang berkuasa di Marrakech pada abad 16. Makam dengan arsitektur Hispanik Moresque ini baru ditemukan pada tahun 1917 dalam keadaan masih sangat baik, bahkan sebagian besar dekorasi aslinya masih utuh. Di dalam kompleks ini pula berdiri istana kuno El-Badi milik keluarga kerajaan yang sebagian besar sudah menjadi reruntuhan, dan juga istana raja Muhammad VI, raja saat ini, yang digunakan ketika raja sedang berkunjung ke Marrakech.

Sebagai kota pariwisata pantas Marrakech menjadi penyelenggara berbagai festival. Diantaranya adalah dengan adanya Marathon des Sables ( Lomba lari marathon lintas gurun ) dan Marrakech International Film Festival yang diadakan setiap tahun dan diikuti banyak Negara.  

Tak sengaja ketika kami berjalan-jalan di sekitar hotel yang terletak di Gueliz, pusat kota baru Marrakech, kami melihat keramaian di sepanjang avenue Muhammad VI dimana berdiri gedung Palais des Congres, tempat diselenggarakannya festival tahunan film tersebut. Di Gueliz inilah berdiri gedung teater Opera yang bersebrangan dengan mall dimana stasiun kereta api Marrakech berada serta Menara Mall yang merupakan mall terbaru di Marrakech. Mall ini berada persis di hadapan hotel Meridien. Dan rupanya hari tersebut adalah hari penutupannya.

Dari kota ini pula gerbang Sahara tampak di depan mata.  Banyak sekali wisata alam yang bisa dilakukan di sekitar kota ini. Melalui pemesanan online kita bisa memilih berbagai tour yang ditawarkan dengan guide orang asli Maroko. Kami sepakat memilih Ait ben Haddou , sebuah perkampungan suku Berber di Ouarzazate, pegunungan High Atlas.

Dengan menaiki mini van kapasitas 16 full penumpang, kami menempuh perjalanan sekitar 193 km dari Marrakech selama kurang lebih 4 jam melalui jalan pegunungan dengan  beberapa pemberhentian. Salah satunya adalah pemberhentian Tizi n’Tichka dimana pemandangan indah pegunungan dan jalanannya yang berkelak-kelok tampak jelas. Disinilah kabarnya singa Berber terakhir menampakkan diri, yaitu pada tahun 1992.

Di kejauhan terlihat Jabal Toubkal (4167 meter) dengan puncak saljunya. Gunung tertinggi pegunungan High Atlas sekaligus di Afrika Utara ini merupakan tujuan wisata manca Negara untuk bermain ski. Temperatur menunjukkan angka 8 drajat Celcius saat kami berada di tempat tersebut. “Dalam sepekan wilayah ini akan dipenuhi salju”, jelas guide kami.  Pegunungan ini memang unik meski sebagian besar gersang tapi ada tempat-tempat tertentu yang terlihat lumayan subur.  

Pemberhentian berikutnya adalah tempat pemrosesan minyak Argan yang merupakan produk andalan Maroko yang di import ke luar negri, termasuk Indonesia, dengan harga tinggi. Keunikan proses minyak ini adalah karena bijinya yang dimakan terlebih dahulu oleh kambing yang kemudian mengeluarkan kotoran berupa biji yang nantinya akan diolah menjadi minyak. Prinsip yang sama dengan prinsip kopi Luwak Indonesia. Uniknya lagi kambing-kambing yang tergiur dengan bau manis buah Argan tersebut ramai-ramai memanjat pohon Argan.

Setelah itu tibalah kami di tujuan utama yaitu Ait Ben Haddou. Perkampungan ini berada di dalam kasbah/benteng yang umurnya telah ratusan tahun namun tetap dipertahankan dalam keadaannya seperti di masa lampau. Saking antiknya perkampungan di atas bukit ini sejak lama sering dijadikan lokasi shuting film berbagai Negara. Diantaranya Benhur, Cleopatra, Gladiator dll.

Dari Ait ben Haddou kami mampir ke Atlas Studio, studio terbesar di Maroko yang digadang-gadang sebagai Hollywoodnya Maroko. Guide studio tersebut dengan jenaka tidak saja menerangkan dan memperagakan bagaimana sebuah fim diproses, namun juga mengajak para tamu berlagak seolah sedang terlibat dalam pembuatan film.

Tiga hari lamanya kami menikmati Marrakech sebelum akhirnya dengan menumpang kereta api kembali ke Casablanca. 

Casablanca, kota perdagangan.

Nama asli kota ini adalah Anfa yang artinya dalam bahasa Berber adalah bukit. Kota ini didirikan oleh orang-orang Berber pada abad 10 SM. Namun daya tarik kota pelabuhan yang sejak dahulu sudah ramai tersebut, membuat kerajaan Romawi Barat yang beribu-kota di Roma Italia, mencaplok dan mengubah nama kota tersebut menjadi Anfus. Anfus berada di bawah kekuasaan kerajaan tersebut hingga jatuhnya pada tahun 476 M.

Anfus mendapatkan kembali nama aslinya yaitu Anfa, dibawah Islam pada abad 7 di masa Khulafaur Rasyidin melebarkan syiarnya ke Afrika Utara. Hingga pada abad 15 ketika kota ini direbut bangsa Portugis dan mengganti namanya menjadi Casa Blanca. Casablanca sesuai dengan artinya dalam bahasa Portugis/Spanyol yaitu rumah putih, memang di dominasi warna putih. Casablanca kembali menjadi milik Islam dibawah dinasti Saadi setelah selama kurang lebih 100 tahun berada dibawah kekuasaan Portugis.

Sebuah pertanyaan menggelitik, mengapa di Jakarta ada jalan bernama Kasablanka, apakah ada hubungannya dengan Casablanca di Maroko?? Ternyata ada. Ini adalah bagian dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Maroko yaitu sebagai sister city/kota kembaran. Di Casablancapun kabarnya ada jalan dengan nama “Rue Jakarta”, “Rue Bandoeng” dan Avenue Soekarno”. Sayang kami tidak sempat menemukannya meski di hari terakhir kami memanfaatkannya untuk menjelajahi kota tua Casablanca dengan menjajal tram.  Tebakan kami, mungkin bukan berada di kota tuanya.

Tram di Casablanca dan juga di ibu kota Rabat, dibangun pada 2007 dan dibuka untuk umum pada sekitar tahun 2011-2012, dengan menggunakan sistem dan standar tram Prancis. Harga tiketnya tergolong murah yaitu sekitar 6 dirham atau 9000 rupiah, dan dapat dibeli di semua mesin tiket yang ada di semua stasiunnya.

Kami naik tram dari depan stasiun kereta api Casablanca Voyageur dan turun di stasiun Place des Nations Unies, sebuah pelataran luas yang berada persis di depan gerbang benteng kota tua. Selanjutnya kami berjalan menyusuri jalan-jalan kecil di dalam kota yang dikelilingi benteng tersebut, melihat anak-anak Maroko bermain bola di taman, melewati masjid legendaris yang masih terawat, melewati bagian depan pelabuhan dimana restoran bergengsi La Scala dan Ricks’café berada, hingga masjid Hassan II yang telah kami tandangi di hari pertama.   

Yang juga cukup mengagetkan adalah sering kalinya kami melihat orang-orang yang shalat di trotoar, di taman, di parkiran dan tempat umum lainnya. Ternyata adalah dampak dari masjid yang hanya buka tepat waktu shalat wajib.  Dan ini tampaknya berlaku di semua kota di Maroko.

Demikianlah kami mengakhiri perjalanan 12 hari di negri Singa Atlas yang penuh kenangan dan sarat sejarah Islam, Alhamdulillah …  

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 28 Januari 2025.

Vien AM.

Catatan.

Di tengah keprihatinan dan duka nestapa Gaza yang hancur lebur akibat bombardir Israel selama 15 bulan tanpa henti ternyata pemerintah negri Islam Maroko tetap menjalin kerja-sama yang baik dengan Israel. Terbukti dengan adanya pembelian jet tempur Amerika Serikat yang hanya bisa terjadi bila suatu Negara mengakui kedaulatan Israel. Dan yang lebih menyedihkan adalah dalih demi mengimbangi Aljazair, tetangganya sesama Negara Islam,  karena sengketa Sahara Barat. Betapa menyedihkannya …

Hanya bisa berharap semoga kebakaran besar yang melahap California tak lama setelah ucapan sesumbar Donald Trump, presiden Amerika Serikat bahwa Gaza akan ia “nerakakan”, mampu membuat para pemimpin dunia Islam yang selama ini tidak berani melawan hegemoni Amerika dan Israel, untuk segera bertobat dan memperbaiki kesalahan mereka.

Dari Nu’man bin Basyir dia berkata: Rasulullah saw. Bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).’ (HR. Bukhari dan Muslim).

Read Full Post »

Asal Usul Julukan Singa Atlas.

Fes berada di selatan Chefchouen sejauh 197km. Namun karena tidak ada jalan tol di antara keduanya diperlukan waktu sekitar 3jam 30 menit untuk menembus pegunungan Atlas yang terlihat angker dan tandus. Di pegunungan inilah konon hidup kawanan singa dengan ukuran di atas rata-rata yaitu 270 kilogram.  Singa Atlas atau dikenal dengan Singa Berber atau Singa Nubia adalah subspesies dari singa yang telah punah di alam liar sejak abad ke-20.

Akan tetapi pada tahun 1992 singa ini sempat terekam di alam bebas pegunungan Atlas. Kini singa Berber yang tersisa hanya dapat dijumpai di tempat sirkus dan kebun binatang, salah satunya di Rabat Zoo. Di kebun binatang ibu kota Maroko itu hidup sekitar 200 singa Atlas.

Spesies langka inilah yang kemudian menjadi julukan Maroko dan juga tim sepakbola Maroko yang berhasil mencapai prestasi terbaiknya pada Piala Dunia 2022 di Qatar, yaitu  babak semifinal. Tak salah bila kemudian FIFA menunjuk Maroko bersama Spanyol dan Portugal menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2030.

Selain Singa Atlas Maroko juga mempunyai julukan Maghribi yaitu tempat matahari terbenam karena letak Maroko yang di ujung paling barat Afrika berbatasan dengan samudra luas hingga tidak ada kota/negara setelahnya. Arti maghrib sendiri dalam bahasa Arab adalah Barat.

Cikal bakal Maroko.

Cikal bakal Maroko adalah dinasti Idrisiyah. Dinasti ini didirikan pada abad 8 oleh Idris bin Abdullah yang merupakan cicit Rasulullah Muhammad saw dari jalur Hasan bin Thalib ra. Paska tragedy memilukan Karbala di Irak, yaitu dibunuhnya khalifah ke 4 Ali bin Abu Thalib, disusul pemenggalan kepala Husein bin Ali, keturunan Ali termasuk Idris bin Abdullah, menyelamatkan diri dari kejaran para musuh. Ketika itu kekhalifahan Ummayah telah jatuh dan digantikan oleh kekhaifahan Abbasiyah.

Tujuannya adalah Maroko utara, yaitu ke Walīla. Walila/Volubilis adalah sebuah kota tua Romawi yang kini telah menjadi reruntuhan akibat gempa pada pertengahan abad 18 dan dijadikan situs budaya yang dilindungi Unesco. Idris bertemu dengan suku-suku Berber yang menghuni wilayah ini. Kedatangan Idris  yang diketahui sebagai keturunan Rasulullah, disambut hangat oleh masyarakat setempat yang ketika itu telah mengenal Islam. Sang sayyid berhasil mempersatukan suku-suku Berber yang sebelumnya sering berselisih. Sayyid Idris bahkan mampu menaklukkan sebagian besar wilayah utara Maroko. Selanjutnya ia membangun kota baru bernama Moulay Idris di atas bukit tidak jauh dari Walila dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan.

Namun para penguasa Abbasiyah menyadari bahwa kekuatan politik yang tumbuh di Maghrib, dipimpin oleh seorang keturunan Nabi pula, dapat menggoyahkan kekuatan mereka di kawasan tersebut.   Oleh sebab itu mereka mengutus seorang mata-mata yang menyamar sebagai tabib. Suatu hari dalam suatu pertemuan, mata-mata tersebut berhasil meracuni Idris hingga akhirnya meninggal dunia.  

Selanjutnya ia digantikan oleh putranya, yaitu Idris II yang dengan dukungan rakyatnya bisa tetap mempertahankan kelangsungan kekuasaan Idrissiyah. Idris II kemudian mendirikan kota Fes yang menjadi kota suci tempat tinggal Shorfa (keturunan Nabi dari Husain bin Ali bin Abi Thalib) sekaligus sebagai kota pusat perdagangan yang selanjutnya menjadi ibu kota kerajaan Idrisiyyah. Kota ini berkembang dengan sangat pesat dalam segala bidang kehidupan, termasuk ilmu dan pengetahuan.

Saat ini Maroko yang berbentuk kerajaan menjadikan Rabat sebagai ibu kota, pusat pemerintahan. Negri ini memberi julukan kota-kotanya sesuai kekhususannya. Diantaranya yaitu Cassablanca sebagai kota bisnis, Marrakesh  kota pariwisata dan Fes disebut sebagai kota pendidikan.

Yang menarik hampir semua kota besar Maroko mempunyai old medina alias kota lama/tua yang tetap digunakan dan dirawat dengan baik hingga hari ini. Padahal kota-kota tua tersebut usianya telah ratusan tahun. Didalam kota inilah dulu seluruh kegiatan penduduk di lakukan. Oleh sebab itu didalam old medina atau biasa disebut medina saja, selalu memiliki setidaknya 4 hal yaitu masjid agung, fontain atau kolam air untuk berwudhu, hamam alias pemandian umum dan toko roti.

Empat hal ini menunjukkan betapa tinggi tingkat spiritual penduduknya, bahwa kehidupan akhirat senantiasa menjadi prioritas. Kota tua ditandai dengan adanya benteng alias tembok besar yang mengelilingi kota dengan pintu utama/gapura dan beberapa pintu gerbang lainnya. Begitulah yang disampaikan Hassan, pemandu kami di Fes, seorang asli Berber yang sangat menguasai sejarah kota Fes. 

Fes, Kota Ilmu dan Pendidikan.

Kami memulai penjelajahan Fes dari sebuah bukit di luar kota tersebut. Dari atas bukit inilah kota Fes terlihat jelas. Fes dibagi menjadi 3 bagian yaitu kota tua (Fes el-medina), kota baru dan Mellah ( distrik Yahudi). Kota baru didirikan pada masa kolonial Prancis yang pernah menguasai Maroko selama 44 tahun yaitu sejak tahun 1912 hingga tahun 1956.

Sedangkan Mellah sejak lama telah ditinggalkan penduduknya yang makin lama makin sedikit dan sisanya yang tersisa sangat sedikit itu kini lebih memilih tinggal di kota lain. Yang terbanyak di Tetuoan yang terletak sekitar 60 km tenggara Tangier.

Fes el-medina , dengan lebih dari 150 ribu penduduk, masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO dan dianggap sebagai kawasan bebas mobil, kawasan pejalan kaki terluas dan tertua di dunia. Kota dengan 9.000 lorong dan jalan-jalan sempit ini dikelilingi benteng/tembok tebal sepanjang 14 km. Di kota inilah berdiri universitas universitas Qarawiyyin. Universitas ini didirikan oleh Fathimah Al-Fihria pada tahun 859 M, menjadikannya universitas tertua di dunia. ( Al-Azhar tahun 972 M, Oxford tahun 1096 M, Sorbonne tahun 1257 M).

Fathimah Al-Fihria adalah seorang perempuan alim kelahiran Qarowiyyin yang sekarang merupakan bagian dari Tunisia. Ia berasal dari keluarga pedagang kaya raya, awalnya membangunnya sebagai masjid kecil. Namun lama kelamaan berkembang menjadi tempat pendidikan berbagai macam ilmu pengetahuan, tidak hanya ilmu agama, melainkan juga matematika, sains dan kedokteran.

Tak heran bangunan bermenara putih tersebut akhirnya ikut mengalami perluasan dan terus mempercantik diri. Hingga akhirnya menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang didatangi banyak mahasiswa dari manca negara. Di universitas inilah lahir ilmuwan-ilmuwan Muslim kenamaan seperti Averroes, Al-Idrisi, Ibn Khaldun dll.

Namun dengan makin berkembangnya kota, diantara rumah penduduk yang makin padat, pasar dengan segala kebutuhan hidup dan masjid yang tak terhitung jumlahnya, Qarawiyyinpun tidak lagi mampu menampung mahasiswa yang terus berdatangan. Akhirnya universitaspun dipindahkan ke luar tembok kota Fes dengan tetap mempertahankan metode pembelajaran klasik. Sementara di tempat yang lama hanya menerima murid jurusan agama selain sebagai fungsinya sebagai masjid.

Selanjutnya pada tahun 1947 universitas ini direorganisasi menjadi universitas modern layaknya lembaga pendidikan saat ini dengan dikeluarkannya gelar akademik pada mahasiswanya. Kemudian pada tahun 1975 universitas berubah nama menjadi universitas Sidi Muhamad Ben Abdullah yang saat ini masih menempati rangking pertama di Maroko.

Alhamdulillah kami berdua sempat mendirikan shalat Zuhur jamaah di masjid Qarawiyyin bersama penduduk sekitar begitu adzan berkumandang. Jamaah perempuan yang jumlahnya cukup banyak mendapat tempat shalat di selasar persis di samping kanan riadnya yang cantik itu.

Oya riad adalah bagian terbuka semacam patio yang terletak di tengah rumah khas Maroko. Riad biasanya dilengkapi dengan kolam air mancur dan pepohonan, bagian bagian atap terbuka hingga udara segar bebas mengalir. Disinilah anggota  keluarga biasanya berkumpul sambil menikmati teh mint ditemani camilan khas Maroko yang mampu membangkitkan selera, sayang terlalu manis untuk saya pribadi.

Rumah Maroko biasanya berbentuk persegi dengan aksen lengkung pada pintu, jendela dan lorongnya. Arsitektur Maroko yang eksotis, banyak dipengaruhi kebudayaan Mediterania, Afrika, Persia, dan Islam tentunya. Pola geometri dan bunga/tumbuhan dengan warna-warna cerah biasanya dimunculkan pada keramik mozaik baik di lantai maupun dindingnya. Jendela balkon rumah Maroko yang disebut  mashrabiya juga menarik. 

Mashrabiya adalah ukiran yang dibuat pada partisi kayu besar dengan pola geometris yang rumit. Fungsinya sebagai pembatas/penutup untuk menyembunyikan wajah penghuni perempuan dari pandangan pria di luar rumah. Selain itu harumnya wewangian rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, jahe yang dihangatkan juga memperkaya keunikan rumah Maroko. 

Rumah-rumah yang lazim disebut dengan riad tersebut banyak dijumpai di dalam kota tua. Belakangan rumah-rumah tersebut banyak yang disewakan untuk turis dengan pelayanan akrab ala rumahan. Menurut Hassan selain riad ada lagi apa yang dinamakan dar. Bedanya dar dengan riad, dar lebih sederhana, tidak ada riad alias bagian terbuka ditengahnya, kalaupun ada tanpa kolam air mancur. Pemilik riad biasanya orang kaya. Namun dari luar perbedaan tersebut tidak terlihat. Baik riad maupun dar yang berada di lorong-lorong sempit tersebut yang tampak hanya gerbang pintu kayu berukiran khas Maroko.  

Masih menurut Hassan, zaman dulu pintu-pintu tersebut mempunyai 2 bukaan, yang 1 tinggi besar dan 1 lagi sedang, dengan alat ketukan pintu masing-masing. Yang tinggi besar khusus untuk tuan rumah dan kudanya yang tanpa harus turun dari kuda dapat mengetuk pintu. Sedangkan yang lebih kecil untuk tamu tanpa kuda. Biasanya kuda diikat di depan rumah di balik gerbang. 

Di dalam kota tua ini pula terdapat mausoleum/makam raksasa pendiri Maroko yaitu Mulay Idris 2. Makam megah dengan dekorasi mozaik dan kaligrafi menakjubkan ini menyatu dengan pasar yang menjual aneka kebutuhan hidup. Sama halnya dengan masjid Qarawiyyin maupun madrasah Bou Inania yang usianya telah ratusan tahun.

Namun pasar atau souk dalam bahasa Arab ini jangan dibayangkan seperti di Indonesia. Pasar yang menyatu dengan rumah penduduk, masjid, maousolem, hamam yang sudah berubah fungsi tempat spa massage dll ini tertata rapi dan bersih, dipisahkan antara bagian sayuran, daging dll dengan bagian sepatu, pakaian sehari-hari, pakaian pernikahan dan pernak-perniknya, bahkan bagian perhiasan emas.

Di dalam pasar kota lama ini kami juga sempat diajak melihat proses pembuatan minyak Argan yang merupakan andalan Maroko. Juga  mengunjungi tempat penyamakan kulit Nejjar tertua di Maroko yang masih menggunakan alat-alat tradisional seperti ratusan tahun lalu. Bahkan keledai sebagai pengangkut kulit binatang masih digunakan hingga saat ini, dan melewati lorong sempit kota Fes ini. Kami bagaikan dibawa ke kehidupan di masa lalu.

Esoknya kami meneruskan perjalanan ke Rabat dengan melalui Walila/Volubilis, reruntuhan kota romawi tujuan awal Idris dan keluarganya serta Meknes ibu kota Maroko pada masa Moulay Ismail (1672–1727) sebelum dipindahkan ke Marrakech. Dan tentu saja Moulay Idris yang terletak tidak jauh dari keduanya. Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan indah perbukitan Rif dengan danau dan pepohonan Zaitunnya.

Volubilis didirikan pada abad ke-3 SM. Kota ini meliputi wilayah seluas 40 hektare dengan tembok sepanjang 26 km yang membentengi nya. Sisa-sisa kemegahan kota tersebut masih terlihat, tampak dari adanya bangunan-bangunan khas eropa seperti Arc de Triomph di situs arkeologi tersebut. Kota baru menjadi reruntuhan seperti saat ini setelah gempa besar yang terjadi di abad 18.

Akan halnya Meknes, menurut Muhammad, sejak 3 tahun belakangan ini sedang menjalani renovasi besar-besaran.  Jadi tidak banyak yang bisa kami saksikan. Bahkan gerbang utamanyapun masih dipenuhi stagger/tangga besi. Namun demikian sejumlah kereta kuda tampak sudah siap melayani para tamu untuk berkeliling melihat bekas ibu kota lama dan istananya.  

Bersambung. 

Jakarta, 18 Januari 2025.

Read Full Post »

Wisata ke Maroko? Mengapa tidak?? Bagi para pemburu sejarah dan budaya kejayaan Islam, Maroko tampaknya tidak boleh dilewatkan. Mengapa? Bukankah negri ini adalah pintu gerbang masuknya Islam ke Eropa, Spanyol atau tepatnya Andalusia? Siapa tak kenal Andalusia dibawah Islam yang pernah mengalami kejayaan selama beberapa abad. Inilah yang menjadi alasan utama kami berdua ( saya dan suami) untuk mengunjungi negri berjulukan Singa Atlas ini.

Kami memulai perjalanan wisata ke Maroko pada Kamis, 28 November 2024 dengan penerbangan Qatar Airways tujuan Casablanca, kota terbesar sekaligus pusat ekonomi dan bisnis di Maroko.  Setelah transit di Doha beberapa jam, menjelang Maghrib di hari yang sama, pesawat mendarat di bandara international Muhammad V, Casablanca. Dengan menumpang taxi yang dipesan dari tanah air, kami langsung menuju appart hotel. Sengaja kami memilih hotel yang terletak persis di sebelah masjid Hassan II, masjid terbesar di Maroko, agar besoknya dapat mendirikan shalat Jumat.

Masjid Hassan II, Casablanca.

Masjid Hassan II dibangun dibangun pada tahun 1980 selama 9 tahun pembangunan.  Masjid megah ini dibangun menjorok ke samudra Atlantik hingga  seakan mengapung. Dengan kapasitas 25.000 jamaah, ditambah 80 ribu di pelatarannya, menjadikan masjid ini salah satu masjid terbesar di dunia. Dan dengan menaranya yang menjulang setinggi 210 m, menjadikannya masjid bermenara tinggi no 2  di dunia.  

Setelah cek-in dan makan malam di sekitar hotel kami langsung menyambangi masjid  tersebut.  Sinar laser tampak menyinari menaranya yang setara 60 lantai itu. Sayang ternyata masjid hanya buka untuk jamaah shalat pada waktu jam shalat wajib. Di luar itu, pada jam-jam tertentu, masjid buka namun khusus untuk turis bukan untuk shalat, dan berbayar. Cukup mengejutkan … Yaah apa boleh buat, terpaksa kami harus puas mengaguminya dari luar toh insyaAllah besok kami bisa shalat Subuh dan Jumatan di masjid tersebut. Demikian kami menghibur hati …

Dan Alhamdulillah Allah swt mengabulkan keinginan kami. Tapi yaituuu … begitu usai shalat Subuh penjaga masjid langsung menjalankan tugasnya, yaitu meminta para jamaah yang jumlahnya tidak seberapa itu untuk segera meninggalkan masjid karena akan ditutup. Beruntung kami datang sebelum adzan dikumandangkan, jadi sempat mengambil gambar bagian dalam masjid megah berinterior sangat indah tersebut. Nada adzannya sendiri agak asing tidak seperti yang biasa kita dengar di tanah air. Dan ternyata sama dengan semua adzan di negri tersebut.

Masjid Hassan II dibangun menjorok di atas lautan Atlantik yang memang merupakan batas Maroko di sisi baratnya. Sebagian atap masjid ini dapat dibuka secara elektronik. Sedangkan di lantainya, ada bagian yang menggunakan kaca tebal hingga air laut yang menyapu bebatuan bagian bawah masjid dapat terlihat. Sekali lagi sayang kami tidak sempat menikmatinya. Pukul 15.00 sore itu kami sudah harus berada di stasiun kereta api untuk menuju Tangier. Itupun kami terburu-buru karena di luar dugaan persiapan shalat dan khutbah Jumat ternyata panjang.  Tapi kami puas sudah berkesempatan shalat Subuh dan shalat Jumat yang dihadiri jamaah perempuan yang cukup banyak serta memandang dari luar masjid megah ini dari beberapa sudut yang berbeda, Alhamdulillah …      

Maroko dan Andalusia.

Wilayah Afrika utara yang terdiri dari Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko telah ditalukkan sejak awal ke-Islam-an yaitu pada masa ke khulafaul Rasyidin di awal abad 7. Penduduk asli wilayah tersebut adalah bangsa Berber ( mereka lebih menyukai sebutan Amazigh yang berarti orang merdeka atau orang mulia). Sejumlah sejarawan berpendapat bahwa nenek moyang bangsa ini telah menempati wilayah sepanjang Pantai Mediterania tersebut sejak zama Paleolithikum. Tidak sedikit diantara suku bangsa tersebut yang memeluk agama Yahudi.

Namun sejak masuknya ajaran Islam ke wilayah tersebut banyak yang kemudian berpindah memeluk Islam. Tapi tidak sedikit juga yang tetap bertahan dalam agama mereka hingga kini, meski jumlahnya kian lama kian sedikit. Data terakhir ( 2021) menyebutkan jumlah pemeluk Islam di Maroko sekitar 98,7%.

Maroko agak berbeda dengan ke 4 negara tetangganya sesama Islam. Negara ini lebih kebarat-baratan. Percampuran budaya ini disebabkan penaklukkan semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang hanya terpisah 14 km oleh selat Gibraltar, oleh kaum Muslimin pada awal abad ke-8 M.

Adalah Thariq bin Ziyad, seorang panglima perang dari Bani Ummayah, yang pada suatu hari di tahun 711 M (92 H) berlabuh di Gibraltar dengan tujuan menaklukkan Al-Andalusia. Gibraltar adalah sebuah gunung di daratan Spanyol selatan yang terletak persis di seberang Maroko yang dipisahkan oleh selatan Gibraltar. Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Thariq, yang artinya gunung Thariq, alias Thariq bin Ziyad,  sang penemu Gibraltar sekaligus penakluk Andalusia.

Thariq bin Ziyad menaklukkan Al-Andalusia atas perintah Musa bin Nusair gubernur Afrika Utara dibawah sultan Al-Walid I dari bani Umayyah. Ketika itu Musa dimintai pertolongan  Julian penguasa Ceuta, sebuah kota milik kerajaan Visigoth yang berada di Maroko utara. Penguasa tersebut marah besar karena raja Visigoth memperkosa putri tercintanya.

Kedatangan pasukan Islam didahului dengan pasukan kecil dibawah pimpinan Tarif bin Malik dengan tujuan untuk mempelajari medan. Dengan menyamar, pasukan ini berangkat dari Ceuta dengan menggunakan kapal Julian, dan berlabuh di sebuah kota pelabuhan paling selatan semenanjung Iberia yang di kemudian hari diberi nama Tarifa. Tak lama Tarif dan pasukanpun kembali untuk melaporkan keadaan.

Setelah itu barulah Thariq bin Ziyad dengan membawa pasukan besar berangkat menyeberangi selat Gibraltar menuju semenanjung Iberia. Pasukan ini berhasil menaklukkan kerajaan Visigoth dengan gemilang. Hampir seluruh kota-kota besar seperti Kordoba, Granada, Malaga berhasil ditaklukkan. Bahkan Toledo, ibu kota kerajaan yang berjarak tidak lebih dari 100 km dari Madrid, ibu kota Spanyol sekarang, telah kosong ditinggalkan penduduknya. Sementara Sevilla ditaklukkan panglima Thariq beberapa lama kemudian bersama gubernur Musa bin Nusayr yang datang menyusul.

Kemenangan besar itu disambut gembira oleh pemeluk Yahudi maupun Nasrani di Andalusia. Ini disebabkan kebijakan kerajaan Visigoth yang tidak adil terhadap kedua pemeluk agama tersebut. Selanjutnya, Thariq yang diangkat menjadi gubernur Al-Andalus, memberlakukan hukum Islam yang adil dan toleran terhadap ajaran Yahudi maupun Nasrani di seluruh penjuru Semenanjung Iberia.

Pada masa itu kekuasaan kekhalifahan bani Ummayah membentang dari sebagian wilayah Cina, sebagian bekas jajahan Rusia seperti Uzbekistan, Ajerbaijan, Tajikistan dll, Pakistan, sebagian wilayah India, Irak, Iran, Jordania, Palestina, seluruh jazirah Arab hingga Afrika Utara seperti Mesir, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko dan terakhir Andalusia di semenanjung Iberia dan sebagian wilayah Perancis Selatan.

Sayang kekhalifahan maha luas yang beribu-kota Damaskus di Suriah ini, runtuh pada tahun 750 M. Marokopun berpindah menjadi bagian dari kekhalifahan Abbasiyah yang menundukkan kekhalifahan Ummayah. Abbasiyah merebut seluruh wilayah kekuasaan Ummayah kecuali Andalusia.  

Baca lengkap tentang Andalusia, click link berikut:

https://vienmuhadi.com/2009/11/10/menilik-jejak-islam-di-eropa-2-andalusia/

Tangier, kota pelabuhan, gerbang menuju ke Eropa.  

Selama berabad-abad, Tangier yang terletak di ujung utara Maroko menjadi pintu gerbang antara Eropa dan Afrika. Dengan menyeberangi selat Gibraltar, menggunakan kapal feri dari Tangier di Maroko wisatawan dapat mencapai Spanyol di kota Tarifa.

Dengan menumpang kereta cepat/bullet train Al-Bouraq, kami berdua tiba di Tangier. Perjalanan Casablanca – Tangier ditempuh selama 2 jam 5 menit. Tangier adalah kota modern. Stasiun kereta apinya menyatu dengan  mall di pusat kota dimana gedung-gedung hotel dan perkantoran berada. Namun hebatnya bagian kota lama alias medina/old medina tetap dipertahankan bahkan dirawat dengan sangat baik.

Kota lama terletak di sisi barat kota modern tak jauh dari pelabuhan dimana ferry yang membawa wisatawan dari daratan Eropa berdatangan setiap waktu. Di kota ini pula 2 laut bertemu yaitu lautan Atlantik dan laut Mediterania. Bahkan ayat tentang bertemunya air yang asin dan yang tawar, banyak yang meyakininya yang dimaksud adalah pertemuan ke 2 laut tersebut.

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” ( Terjemah QS. Al-Furqon(25):53).

Old media Tangier dikelilingi tembok besar dimana berdiri di dalamnya kasbah/benteng dengan gapura-gapuranya, masjid agung, rumah penduduk dan cafe dengan pintu-pintunya yang unik, dan tak ketinggalan souk alias pasar yang menjual berbagai kebutuhan. Sungguh menarik  menelusuri jalan-jalan kecil berliku menanjak bagai labirin di dalam kota tua ini. Tak lama kamipun tiba di plaza Kasbah yang terletak di tempat tertinggi Tangier. Dari tempat ini kita dapat menikmati pemandangan indah lautan Atlantik yang biru nan luas dan pelabuhan Tangier dengan kapal-kapalnya.

Karena letaknya yang strategis tak heran jika sejarah kota ini dipengaruhi berbagai peradaban dan budaya yang silih berganti menguasainya sejak sebelum abad 10  SM. Tangier baru masuk ke dalam wilayah kekuasaan Umayyah pada abad 8 dengan jatuhnya kerajaan Visigoth di Spanyol. Itu sebabnya pasukan Thariq bin Ziyad ketika menyebrangi selat Gibraltar tidak melalui kota pelabuhan ini.  

Salah satu cendekiawan Muslim termasyur yang lahir di Tangier adalah Ibn Batutta. Batutta lahir pada tahun 1304 M. Seperti juga panglima Thariq bin Ziyad dan Tarif bin Malik, Batutta asli Berber/Amazig.    Ibn Batuta dikenal sebagai penjelajah dunia yang pengalaman perjalanan selama 29 tahunnya yang sangat menarik itu kemudian dituliskan. Ia adalah saksi berbagai kejadian penting di berbagai tempat yang ia kunjungi. Tak heran jika tulisannya itu hingga kini masih banyak dijadikan referensi sejarah.

Setelah puas menikmati Tangier, dengan dipandu Muhammad, sopir sekaligus guide perjalanan kami, kami melanjutkan perjalanan ke Chefchouen si kota biru. Muhammad menawarkan 2 pilihan, lewat tol  2 jam atau non tol 4 jam dengan banyak pemandangan menakjubkan. Beruntung kami sepakat memilih pilihan ke 2 yang ternyata memang benar menakjubkan.

Selain suguhan pemandangan alam seperti pegunungan dan laut kami juga berkesempatan melewati sejumlah kota pantai termasuk Ceuta, kota milik Spanyol ( hingga hari ini) dimana pasukan Islam menyebrangi selat Gibraltar beberapa ratus tahun silam. Terlihat sejumlah penjaga memeriksa mobil-mobil yang akan masuk kota tersebut. Dari sekitar kota tersebut terlihat selat Gibraltar dan gunung kapur Gibraltar di kejauhan.

Aneh kan, sama-sama berada di Maroko tapi untuk memasukinya diperlukan visa“, keluh Muhammad, orang asli Berber yang tinggal di Marakech, terlihat kesal.

Maroko mempunyai 2 pegunungan tinggi yaitu pegunungan Riff di utara dan pegunungan Atlas dari utara ke barat. Kedua pegunungan tersebut mempunyai karakter yang berlawanan. Riff subur, dipenuhi pepohonan seperti zaitun, gandum dan jeruk. Sementara pegunungan Atlas yang terbagi menjadi 2 yaitu Middle Atlas dan High Alas, cenderung kering dan tandus meski di beberapa tempat tampak pepohonan di sana sini. Pegunungan ini membentang sepanjang 1300 km bagaikan tembok besar yang memisahkan lautan Atlantik dan laut Mediterania dari gurun sahara yang tandus.

Chefchouen si kota biru.

Sekitar pukul 5 sore kami memasuki Chefchouen ( ejaan bahasa Arab dibaca Shafshowan)  dimana pertemuan 2 pegunungan terlihat. “Chefchaouen” adalah 2 kata dalam bahasa Arab yaitu Chef yang berarti “melihat” dan Chaouen yang artinya “tanduk”. Tanduk yang dimaksud adalah pegunungan Rif dan pegunungan Atlas. 

Kota ini didirikan pada 1471 sebagai kasbah (benteng) oleh Moulay Ali ibn Rashid al-Alami dari bani Idrissiyah untuk mempertahankan kota dari serangan Portugis. Selanjutnya paska tragedy Reconquista yaitu tragedy pengusiran kaum Muslimin dan Yahudi dari Andalusia paska kemenangan Nasrani Spanyol pada 1492, kota ini menjadi rumah kedua kaum tersebut. Namun dengan berjalannya waktu tidak ada lagi kaum Yahudi yang tinggal di kota ini.

Keunikan kota benteng dengan lorong-lorong bertangga dan berliku bak labirin ini adalah rumah-rumah dan bangunan-bangunan birunya. Ada beberapa pendapat mengapa hal tersebut dilakukan. Yang pertama karena alasan warna biru dapat mengusir nyamuk. Yang kedua karena biru dianggap melambangkan langit dan surga yang mengingatkan akan kehidupan akhirat. Namun, menurut sebagian penduduk, dinding-dinding tersebut diperintahkan untuk dicat biru baru pada sekitar tahun 1970-an guna menarik turis.

Dan ternyata berhasil. Sejak beberapa tahun belakangan Chefchoeun menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Spot-spot cantik kota ini memenuhi berbagai macam medsos, instragrammable, istilah anak muda zaman Now. Artinya kota ini sangat layak untuk dikunjungi dan ber-foto ria di spot-spot cantik uniknya, untuk kemudian di  upload di medsos, Instagram khususnya.

Bersambung. 

Jakarta, 11 Januari 2025.

Waallhu’alam bish shawwab.

Vien AM.

Read Full Post »

Alhamdulillah atas izin Allah swt pada November 2023 lalu akhirnya kami diberiNya kesempatan untuk mengunjungi Uzbekistan yang sejak beberapa tahun merupakan impian kami berdua.  

Di tengah tragedy mengerikan genosida yang dilakukan teroris Zionis Israel terkutuk terhadap rakyat Palestina khususnya Gaza, sungguh perjalanan ini bagai oase di padang pasir. Betapa tidak, di saat hati ini begitu sedih,marah, kecewa menyaksikan saudara-saudari seiman dibantai hanis-habisan tanpa dapat berbuat sesuatu, kami disuguhi pemandangan kejayaan Islam meski hanya tinggal kenangan.

Yaitu zaman keemasan Islam pada abad 14 di Uzbekistan. Islam dengan budaya dan peradaban yang tinggi, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan hingga orang-orang Barat yang ketika itu belum maju berdatangan untuk menimba ilmu. Islam yang begitu terpandang hingga tak seorangpun berani melecehkannya tidak seperti yang terjadi sekarang ini.

Ironisnya lagi, tak satupun negara Islam dan Arab yang tergerak secara nyata membantu Palestina melawan penjajah Israel dengan mengirimkan pasukan dan senjatanya. Padahal tidak sedikit hadist Rasulullah yang menjelaskan pentingnya ukhuwah Islamiyah, diantaranya adalah sebagai berikut:  

Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685)

Ukhuwah Islamiyah yang merupakan kekuatan dan kemenangan Islam di masa lalu yang kini telah menghilang menguap ditelan oleh kecintaan akan kemewahan harta benda dunia yang berlebihan. Itulah Wahn.

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Di Uzbekistan inilah lahir sejumlah ulama dan tokoh-tokoh Islam kenamaaan seperti Imam Al-Bukhari dan Imam at-Tirmidzi yang merupakan ahli hadist, Ibnu Sina (bapak kedokteran modern), Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (bapak Aljabar/ahli Matematika), Abd al-Manshur al-Maturidi ( ilmu Kalam), Imam Bahauddin An-Naqsyabandi (pendiri tariqah Naqsyabandiyah) dan masih banyak lainnya.

Ulug Bek yang berarti penguasa yang agung, adalah nama yang diberikan rakyat sebagai penghargaan untuk Mirzo Muhammad Taraghay bin Shahrukh. Ulug Bek adalah seorang sultan/raja Timurid, penguasa Transoxiana ( sekarang Uzbekistan) yang berkuasa pada abad 14. Ia adalah cucu Amir Timur ( Timur Leng) pendiri Uzbekistan. Ulug Bek juga dikenal sebagai seorang astronom dan ahli matematika.

Kepeduliaannya pada dunia ilmu pengetahuan terlihat jelas dari adanya madrasah terkenal yang diberi nama madrasah Ulug Bek. Madrasah artinya adalah tempat belajar atau sekolah. Kata ini berasal dari kata darosa yang artinya belajar. Di Indonesia madrasah dikhususkan sebagai sekolah yang kurikulumnya adalah pelajaran tentang keislaman. Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MA) setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Namun pada tulisan kali ini saya ingin memulainya dengan tokoh kenamaan Uzbekistan, Ulug Bek, yang bagi telinga kita mungkin masih awam. Sebagaimana kita ketahui dulu belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Ketika itu seorang filosof (ahli filsafat) bisa memiliki keahlian di banyak bidang. Seorang filosof bisa menjadi ahli kedokteran, astronomi, sekaligus matematika. Meskipun biasanya para filosof itu memiliki kecenderungan di salah satu bidang pengetahuan. Kecenderungan ini bisa dilihat dari karya buku yang ditulisnya. Demikian pula Ulug Bek.

Madrasah Ulug Bek agak berbeda. Ia adalah sekolah untuk anak umur 10 hingga 20 tahun dengan Al-Quran sebagai mata pelajaran utama/wajib. Satu guru Al-Quran mengajar 5 murid. Sedangkan ilmu pengetahuan dan sains adalah pelajaran pilihan kedua. Satu guru mengajar 10 murid. Di gedung sekolah/ universitas megah bernuansa biru cantik inilah sang sultan secara rutin mengajar Matematika dan astronomi, hingga akhir hayatnya.

Madrasah tersebut kini memang hanya tinggal kenangan. Namun gedungnya hingga kini diabadikan menjadi bangunan bersejarah warisan budaya yang menjadi ikon Uzbekistan.

Madrasah yang berdiri di area yang dinamakan Registan Square ini dibangun pada abad 14 di pusat kota Samarkand, ibu kota Uzbekistan ketika itu. Area luas lengkap dengan taman yang mengelilinginya itu terdiri atas 3 bangunan utama. Madrasah Ulug Bek disisi kiri, madrasah Sher-Dor persis dihadapan madrasah Ulug Bek serta di tengah adalah masjid dan madrasah Till-Kari. Sher-Dor dan Till-Kari dibangun sekitar 200 tahun setelah madrasah Ulug Bek. Sang sultan tidak hanya membangun madrasah di kota Samarkand tapi juga di Bukhara dan beberapa kota lain di Uzbekistan. Ia juga ikut mengawasi pembangunan kota seperti pengairan dll.

Sebagai seorang astronom  Ulug Bek juga membangun sebuah observatorium untuk meneliti benda-benda langit seperti bulan, bintang dan planet. Ketika itu teleskop belum ditemukan. Observatorium tersebut diakui oleh para ahli sebagai salah satu observatorium terbaik pada masa itu. Berkat observatoriumnya inilah Ulug Bek berhasil menciptakan katalog yang mencatat letak 1018 bintang. Katalog tersebut dikenal dengan nama Katalog Ulug Bek.  

Sayang tak lama setelah wafatnya observatorium tersebut lenyap dan baru ditemukan lagi pada tahun 1908 oleh seorang arkeolog. Untuk mengenang jasa Ulug Bek kini di depan observatorium yang sudah direnovasi tersebut dibangun sebuah museum yang diberi nama Museum Ulug Bek. Di museum tersebut kita dapat melihat observatorium versi mininya, cara kerja juga berbagai peninggalan-peninggalan Ulug Bek termasuk biografinya.

Ulug Bek juga dikenal sebagai pecinta seni. Ia menguasai 5 bahasa asing yaitu  Arab, Persia, Turki, Mongol dan Cina.  Di bawah kepemimpinannya kerajaan Timurid mencapai puncak kejayaan ilmu dan budaya. Menjadikan Samarkand dan Bukhara pusat kota budaya dan ilmu pengetahuan terbaik di Asia Tengah bahkan mungkin dunia. Ulug Bek tahu persis bahwa Sang Khalik akan memberi tambahan keuntungan dunia ketika seseorang mengejar keuntungan akhirat sebagaimana ayat 20 surat Asy-Syuraa berikut:

Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat“.

Sayangnya tidak sedikit orang yang tidak senang dengan keberhasilan Ulug Bek. Lawan politiknya termasuk juga anak sulungnya menggulingkan pemerintahannya. Ulug Bek akhirnya terbunuh dalam kudeta berdarah tersebut.

Sejarah berulang, ntah untuk ke berapa kalinya, demi kekuasaan sesama Muslim tega untuk saling menjatuhkan bahkan membunuh.  Sungguh menyedihkan ….      

(Bersambung).

Read Full Post »

Thaif adalah sebuah kota di provinsi Makkah yang terletak sekitar 65 kilometer di sebelah tenggara kota Makkah. Kota ini berhawa sejuk karena berada di lembah pegunungan yaitu pegunungan Asir yang merupakan 1 dari lebih 7 pegunungan yang mengeliling kota Mekkah.   

Kota ini dijuluki dengan julukan ‘Qoryatul Muluk’ yang artinya desa para raja. Disebut demikian karena sejak dahulu kala para pembesar Makkah menjadikannya tempat berlibur. Kini kota tersebut tidak saja menjadi tempat liburan para pembesarnya tapi juga rakyat biasa.  Di beberapa daerah tertentu para amir dan konglomerat Arab Saudi membangun vila-vila mewah mereka, dengan penjagaan super ketat tentunya.

Di Thaif inilah Rasulullah 15 abad lalu berkunjung, berharap siapa tahu dalam keadaan santai para pemimpin Quraisy yang sedang berlibur mampu berpikir jernih untuk menerima Islam. Ketika itu Rasulullah nyaris putus asa karena selama 10 tahun berdakwah hanya berhasil menarik 40 pengikut. Dan meskipun ke 40 pemeluk Islam tersebut semua berasal dari suku Quraisy namun sebagian besar dari mereka menolak Islam bahkan sangat memusuhi Rasulullah.

Suku Quraisy dimana Rasulullah berasal, adalah satu dari banyak suku yang menempati Mekkah. Suku yang merupakan keturunan dari nabi Ismail as ini adalah suku yang paling terpandang di Mekkah. Merekalah yang dipercaya untuk menjaga Ka’bah yang sejak dahulu sudah menjadi pusat peribadatan penduduk jazirah Arab.

Mereka ini pulalah satu-satunya suku yang  memiliki hak sekaligus kewajiban menerima dan menjamu tamu-tamu yang berdatangan dari segala penjuru jazirah demi memuliakan Ka’bah. Ibadah haji yang merupakan ibadah ritual yang disyariatkan Islam memang sudah ada sejak nabi Ibrahim as diutus ribuan tahun sebelum datangnya Islam, sebagaimana ayat 127 dan 128 surat Al-Baqarah berikut : 

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

Ironisnya, justru  itulah tampaknya yang membuat mereka terutama para pembesarnya, sulit menerima dakwa Rasullah SAW. Mereka khawatir dengan datangnya Islam mereka akan kehilangan kebesaran dan kemuliaan yang selama ratusan tahun telah mereka miliki. Itulah sebabnya perlawanan mereka terhadap Rasulullah makin menjadi-jadi apalagi sejak wafatnya Abu Thalib, pemuka Quraisy sekaligus paman yang senantiasa melindungi Rasulullah.

Untuk itu Rasulullah bertekad mendatangi para pemuka Quraisy ke Thoif. Mungkin dalam keadaan santai bersama keluarga di tempat yang sejuk pula, mereka lebih bisa diajak berbicara, paling tidak mau memberikan pertolongan dan perlindungan dari orang-orang yang memusuhi beliau, demikian pikiran Rasulullah.

Maka pada suatu hari di tahun 620M, tak lama setelah wafatmya dua orang yang sangat beliau sayangi, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib, pergilah Rasulullah ke Thaif. Secara diam-diam, ditemani   Zaid bin Haritsah, Rasulullah memasuki kota Thaif. Perlu perjuangan yang tidak sedikit untuk mencapai kota tersebut apalagi dengan berjalan kaki. Namun tekad Rasulullah sudah bulat. Selama sepuluh hari Rasulullah berdiam di kota berhawa sejuk tersebut.

Namun pemuka-pemuka Quraisy benar-benar keras kepala. Alih-alih menemui, mereka malah memerintahkan orang-orangnya untuk melempari Rasulullah SAW hingga beliau terpaksa berlindung ke suatu kebun. Di kebun anggur milik  Uthbah dan Saibah bin Rabi’ah ini, Zaid bin Haritsah mengobati kaki dan kepala Rasulullah yang terluka akibat lemparan orang-orang Quraisy tersebut.  

Betapa sedihnya Rasulullah melihat kekerasan hati pemuka-pemuka Quraisy. Dengan penuh kepedihan diadukannya kesedihannya tersebut kepada Sang Khalik melalui doa berikut :

Ya Allah! Sesungguhnya kepadaMu-lah aku mengadukan kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hina dinanya diriku di hadapn manusia, Wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih! Engkau adalah Rabb orang-orang yang tertindas, Engkaulah Rabbku, kepada siapa lagi Engkau menyerahkan diriku?

(Apakah) kepada orang lain yang selalu bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli, akan tetapi ampunan yang Engkau anugerahkan adalah lebih luas bagiku.

Aku berlindung dengan perantaraan Nur Wajahmu yang menyinari segenap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murkaMU kepadaku atau kebencianMu melanda diriku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi ridha. Tiada daya serta upaya melainkan KarenaMu.”

Mendengar hal tersebut, rasa belah kasih Uthbah dan Syaibah bin Rabi’ah tergerak. Mereka segera memanggil budak mereka yang beragama Nasrani bernama Addas seraya berkata kepadanya, “Ambillah setangkai anggur ini dan antarkan kepada orang tersebut (Nabi),”

Tatkala Addas menaruhnya di hadapan Nabi, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca “Bismillah“, lalu memakannya.

Addas berkata, “Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa diucapkan oleh penduduk negeri ini.

Lantas Nabi bertanya kepada Addas, “Kamu berasal dari negeri mana? Dan apa agamamu?

Addas menjawab, “Aku seorang Nasrani dari penduduk Ninawa (Nineveh).

Nabi berkata lagi, “Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus bin Matta?”

Addas berkata, “Apa yang kamu ketahui tentang Yunus bin Matta?

Nabi menjawab, “Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku.

Addas langsung merengkuh Nabi, kedua tangan dan kedua kaki Nabi pun diciuminya. Sementara, Uthbah dan Syaibah bin Rabi’ah saling berkata satu sama lainnya, “Budakmu itu telah dibuatnya menentangmu.

Maka, tatkala Addas datang, keduanya berkata kepadanya, “Bagaimana kamu ini! Apa yang telah kamu lakukan?”

Wahai tuanku! Tidak ada sesuatu pun di muka bumi ini yang lebih baik dari orang ini! Dia telah memberitahukan kepadaku suatu hal yang hanya diketahui oleh seorang Nabi,” jawab Addas tegas.

Tak heran bila saat ini dapat kita temui masjid bernama Addas yang dibangun untuk mengenang bekas budak yang kemudian memeluk Islam tesebut. Sementara itu demi menjawab doa Sang Kekasih Allah swt mengirim 2 malaikat gunung untuk menghibur beliau seraya berkata,

Wahai Rasulullah, maukah engkau jika aku jatuhkan dua gunung kepada mereka? (Jika engkau mau, maka akan aku lakukan).”

Namun Rasulullah menolak bahkan menjawab, “Aku justru berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang rusuk mereka generasi yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.

Doa yang tulus dipanjatkan Rasulullah tersebut dikabulkan Allah swt. Terbukti beberapa tahun kemudian penduduk Thaif memeluk Islam. Bahkan menjadi satu-satunya suku Arab yang tak satupun pemeluknya murtad setelah wafatnya Rasulullah beberapa tahun kemudian.     

Ahamdulillah Allah swt memberi kami kesempatan mengunjungi kota tersebut pada November lalu dengan menaiki bus yang disediakan travel umrah yang kami gunakan. Ntah mengapa Thaif yang menyimpan peristiwa bersejarah tersebut baru beberapa tahun belakangan ini menjadi salah satu tujuan para jamaah haji dan umroh. Cukup banyak tempat ziarah yang bisa dikunjungi di kota ini. Di antaranya adalah masjid dan makam sahabat Nabi Abdullah bin Abbas, Masjid Addas, Masjid Kuk, dan Pasar Ukaz.

Kami melaksanakan shalat jama’ Zuhur dan Ashar di masjid Abdullah bin Abbas. Abdullah bin Abbas RA  adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui dirinya. Ia jugalah yang menurunkan seluruh khalifah dari Bani Abbasiyah.Abdullah bin Abbas lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia baru berusia 13 tahun. Namun hubungannya dengan Rasulullah sangat dekat. Rasulullah sangat menyayanginya.

Ya Ghulam ( anak kecil) , maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?” tanya Rasulullah. “Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah, maka kamu akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu.” 

Nasihat tersebut rupanya dipegang Abdullah bin Abbas hingga akhir hayatnya. Saking waro dan tawadhunya, di akhir-akhir hidupnya ia memilih tinggal di Thaif dari pada di Mekkah yang makin hari makin ramai. Abdullah bin Abbas wafat pada usia 71 tahun. Jasadnya kemudian dikebumikan di tempat dimana kini berdiri masjid Abdullah bin Abbas.  

Kini Thaif selain penduduknya yang taat menyembah hanya kepada Allah swt, alamnyapun subur dan menjadi salah satu daerah pertanian terpenting di Arab Saudi. Aneka buah-buahan seperti kurma, jeruk, anggur, plum, tin dll dengan mudah dapat kita temui di kota tersebut.

Demikian juga beragam macam sayur-mayur dan bunga-bungaan.  Bunga-bungaan seperti mawar, misk, dan yasmin dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat minyak wangi. Hasil tanaman yang melimpah ruah tersebut sebagian diekspor ke berbagai negara. Rashed Husain Alqorashei Factory sebuah tempat penyulingan bunga mawar  di Thaif adalah salah satu tujuan wisata Thaif. Di tempat tersebut pengunjung dapat menyaksikan presentasi bagaimana cara  mengolah bunga mawar hingga menjadi parfum, sabun, lotion dll. 

Tak jauh dari tempat tersebut dapat ditemui toko yang menjual hasil sulingannya. Selanjutnya untuk mengisi perut yang telah mulai keroncongan sebuah rumah makan yang menyajikan nasi mandi yang merupakan makanan khas Timur Tengah lengkap dengan teh herbalnya siap menanti.  

Thaif juga rupanya dapat dinikmati melalui kereta gantung ( cable car/periferik). Dari atas kereta yang meluncur di atas bebatuan cadas ini kita dapat melihat jalan raya mulus yang meliuk bagaikan ular di tengah bentangan pemandangan pegunungan yang mengelilingi Thaif.

Hal lain yang tak kalah menarik dari Thaif adalah keberadaan pohon Zaqqum, pohon yang namanya tercantum dalam surat Al-Waqiah ayat 52-56. Dalam ayat tersebut diceritakan bahwa pohon langka yang durinya tajam dan besar tersebut adalah makanan penghuni neraka. Pohon yang rasanya pahit luar biasa ini kabarnya tidak tumbuh dimanapun kecuali di kota Thaif ini.  

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 9 Januari 2023.

Vien AM.

Read Full Post »

Older Posts »