Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Hafshah adalah putri ‘Umar Abu Hafsh, Amirul Mukminin. Nama lengkap dengan nasabnya adalah Hafshah Hafshah binti ‘Umar bin Al-Khatthab bin Nufail bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza bin Rabah bin ‘Abdillah bin Qurth bin Razah bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lui bin Ghalib Al-Qurasyi Al-‘Adawi.

Ibunya adalah Zainab binti Mazh’un bin Hubaib bin Wahb bin Hudzafah bin Juma’.

Hafshah lahir lima tahun sebelum nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi nabi dan dibangun Ka’bah. Sebelumnya ia telah menikah dengan Khunais bin Hudzafah bin Qais. Keduanya sempat berhijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan agamanya dari serangan orang-orang Quraisy. Lalu mereka kembali untuk selanjutnya hijrah menuju Madinah.

Pada usia Hafshah yang ke 18 tahun, Khunais bin Hudzafah mengikuti perang Badar dan meninggal dunia setelah perang Badar dikarenakan luka parah yang ia alami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolatkannya dan memakamkannya di pekuburan Baqi’ di samping sahabat yang agung, Utsman bin Mazh’un, saudara ibu Hafshah.

Umar radhiyallahu ‘anhu sungguh terpukul menerima nasib putrinya  yang harus menjadi janda dalam usia sangat muda. Untuk itu ia menawarkan putri tercintanya tersebut kepada Abu Bakar maupun Utsman bin ‘Affan untuk dinikahi. Namun keduanya enggan karena tahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan melamarnya.

Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah pada tahun 3 H (sebelum perang Uhud) dengan mahar sebesar 400 dirham. Saat itu pula, Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum setelah meninggalnya Ruqayyah, putri rasulullah, yang menjadi istri Utsman sebelumnya.

Setelah Umar menikahkan Hafshah, Abu Bakar menemuinya dan menyampaikan alasannya mengapa ia menolak Hafshah, َ“Jangan kesal kepadaku, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebut nama Hafshah. Aku tidak mau mengungkapkan rahasia beliau. Dan seandainya beliau meninggalkannya, niscaya aku menikahinya.” (HR. Bukhari, no. 5122).

Keutamaan Hafshah binti ‘Umar.

Pertama: Ia sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Buktinya adalah Hafshah selalu mencari ridha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjalankan apa yang ia inginkan, juga menjauhi apa yang beliau benci. Hafshah tidak pernah surut dalam upaya membahagiakan dan menggembirakan beliau. Setiap saat yang ia lalui disamping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu ia manfaatkan untuk semakin mendekat dan mendekat lagi kepada Allah. Ia mempelajari semua bentuk ketaatan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendekatkannya kepada Allah.

Seperti itulah kehidupan suami istri yang mewujudkan kebahagiaan yang selalu menyeruak di rumah mereka. Apa yang dijalankan Hafshah ingin merealisasikan hadits berikut ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasa’i, no. 3231dan Ahmad, 2:251. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Kedua: Hafshah dikenal sangat cerdas karena ia diajarkan khusus oleh Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam, sampai ia mahir dalam kitabah (penulisan) karena diajarkan oleh Asy-Syifa’ binti ‘Abdillah.

Di antara bukti kecerdasan Hafshah pula dapat dilihat dari peristiwa berikut. Hafshah pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Aku berharap tidak ada seorang pun yang masuk neraka dengan kehendak Allah bagi yang menghadiri perang Badar dan menghadiri Hudaibiyah.” Kalimat tersebut terasa aneh oleh Hafshah karena seolah-olah bertentangan dengan ayat, “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Terjemah QS.Maryam(19):71). [Di antara tafsiran ayat ini adalah orang beriman akan melewati shirath pada hari kiamat]. Hafshah membacakan ayat ini pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat kepada Hafshah, “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”(Terjemah QS. Maryam(19):72).

Akhirnya Hafshah memahami apa yang dimaksud dengan ayat tersebut. (HR. Ibnu Majah, no.3473. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ketiga: Hafshah jadi sebab turunnya ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Tahrim: 1).

Dalam Shahihain dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum madu di tempat Zainab binti Jahsy dan tinggal bersamanya. Aku membuat kesepakatan dengan Hafshah bahwa siapa pun dari kami yang ditemui beliau hendaknya ia menanyakan kepada beliau, apakah engkau makan maghafir? Aku mencium bau maghafir darimu. Beliau pun mengatakan, “Tidak, akan tetapi aku minum madu di tempat Zainab binti Jahsy. Aku tidak akan mengulangi lagi. Aku pun sudah bersumpah. Jangan diberitahukan itu kepada siapa pun.” (HR. Bukhari, no. 4912 dan Muslim, no. 1474).

Kemudian Allah pun menurunkan ayat (yang artinya), “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.At-Tahrim: 1).

Keempat: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mentalak Hafshah lalu rujuk lagi dan Hafshah diberikan kabar gembira menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga.

Kelima: Hafshah dikenal rajin beribadah, rajin shalat malam dan rajin berpuasa di siang harinya. Dalam hadits dari Anas bin Malik dan Qais bin Zaid, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Jibril berkata kepadaku, ‘Kembalilah (rujuklah) kepada Hafshah karena ia adalah wanita yang rajin berpuasa, rajin shalat malam, dan ia akan jadi istrimu di surga.’” (Diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 6061.Hadits ini shahih)

Keenam: Sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihiwa sallam, Hafshah tetap dikenal rajin dalam ibadah termasuk juga rajin bersedekah pada fakir miskin yang membutuhkan. Ia juga sering jadi tempat bertanya para sahabat lainnya.

Al-Qur’an yang telah dikumpulkan berawal dari masa Abu Bakr, lalu berpindah pada Umar. Lalu setelah bapaknya wafat, Al-Qur’an tersebut berpindah pada Hafshah.

Wafatnya.

Hafshah meninggal dunia tahun 45 Hijriyah pada khilafah Mu’awiyah. Yang menyolatkannya ketika meninggal dunia adalah Marwan bin Al-Hakam yang menjabat di Madinah ketika itu.

Yang menurunkan jenazahnya dalam kubur ketika itu adalah dua saudaranya ‘Abdullah bin ‘Umar dan ‘Ashim bin ‘Umar, juga putra-putra dari Ibnu ‘Umar yaitu Salim, ‘Abdullah, dan Hamzah.

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Vien AM.

Jakarta, 26 September 2025.

Referensi:

Read Full Post »

Anehnya lagi, Israel tak hanya menyerang Gaza yang merupakan wilayah kekuasaan Hamas tapi juga wilayah Tepi Barat ( West Bank)  dimana berdiri didalamnya situs penting umat Islam yaitu Masjidil Aqsho yang dilindungi hukum internasional. Ratusan pemukim Israel berkali-kali menerobos masjid suci ke 3 umat Islam tersebut, dibawah perlindungan resmi polisi Israel pula. Zionis Israel juga menangkapi penduduk kota-kota Tepi Barat, memenjarakan tanpa alasan jelas, menembak, mengusir dan merebut rumah-rumah penduduk.

Ironisnya dunia hanya diam bahkan PBB pun tak mampu berbuat apapun meski ICC (International Criminal Court)  secara resmi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu yang beberapa bulan sebelumnya telah ditetapkan sebagai penjahat  perang. Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, untuk kesekian kalinya  malah memveto resolusi gencatan senjata segera tanpa syarat yang diajukan DK PBB. ( Berita terbaru, Presiden AS Donald Trump selain menjatuhkan sanksi kepada empat hakim ICC juga kepada Francesca Albanese, seorang Pelapor Khusus PBB asal Italia untuk Palestina atas kritik tajamnya terhadap dugaan kejahatan Israel atas rakyat Gaza).

Tak heran bila Israelpun makin congkak.  Dengan penuh kebanggaan mereka memamerkan peta baru Israel Raya yang meliputi Israel, Palestina, Yordania, Suriah, Mesir dan Arab Saudi! Peta tersebut terpasang di lengan baju para tentara Israel. Makin nyata bahwa Negara Zionis tersebut memiliki agenda tersendiri yang mungkin tidak semua Negara menyadarinya.

Namun bagi kaum Muslimin apalagi yang mengikuti hadist-hadist akhir zaman, tentu saja bukan hal mengagetkan. Tujuan utama Israel sudah pasti yaitu menguasai kompleks Masjidil Aqsho yang mereka yakini sebagai kuil Solomon yang pernah berdiri megah pada zaman raja Solomon alias nabi Sulaiman as berabad-abad silam. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa di tempat inilah sang Messias alias Dajjal, orang yang paling mereka nantikan akan datang memimpin mereka menguasai dunia.

Sementara Islam juga mempunyai keyakinan di tempat inilah perang akhir zaman antara kebenaran/kebaikan yang dipimpin Imam Mahdi melawan kebathilan/kejahatan yang dipimpin Dajjal raja Yahudi yang super kejam akan terjadi. Dalam banyak hadist disebutkan bahwa tempat tersebut adalah Syam yang terdiri dari Lebanon, Palestina, Suriah dan Yordania.

Ironisnya, Negara-negara Timur Tengah yang penduduknya mayoritas Islam seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi, Maroko dll tidak terlihat bersikap nyata dan tegas melawan kejahatan Zionis. Bukan rahasia lagi bahwa negara-negara tersebut memang menjalin kerja sama baik politik maupun perdagangan  dengan Israel dan Amerika Serikat. Dengan kata lain mereka itu terikat berbagai perjanjian yang menyebabkan mereka terbelenggu dan tidak berkutik. Na’udzubillah min dzalik …

Sebaliknya pembelaan dan perlawanan sengit justru datang dari Houthi (kelompok di Yaman), Lebanon dan Iran yang notabene Syiah, yaitu Islam dengan aqidah melenceng. Dengan tegas ketiga negara musuh bebuyutan Israel ini menuntut agar Negara Zionis itu segera menghentikan agresinya di Palestina, Gaza khususnya. Namun lagi-lagi Amerika Serikat dibawah Trump terus membela sekutunya itu.

Israelpun makin besar kepala. Dalam keadaan di hujat oleh banyak pihak, pada Jumat (13/6/2025) malah membombardir Iran dengan alasan Iran merancang program senjata nuklir. Iran yang terpaksa kehilangan sejumlah petinggi dan ilmuwannya segera membalasnya. Iron drome alat pertahanan canggih Israel yag selama ini dibangga-banggakan sebagai pertahanan terhebat di dunia tak kuasa menahan serangan dasyat dan bertubi-tubi Iran. Bahkan rumah dinas Netanyahupun tak terkecuali.

Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”. ( Terjemah QS. Ar-Rum (30):4-5).

Ayat di atas mengingatkan kegembiraan kaum Muslimin terhadap kemenangan Romawi atas Persia pada masa hidup Rasulullah saw berabad-abad yang lalu. Meskipun keduanya adalah musuh Islam namun kita harus mensyukurinya sebagai pembuka pertolongan Allah swt. Hal  yang mirip dengan Iran yang membantu Gaza melawan kekejaman Israel saat ini.

Dan tak seperti penduduk Gaza yang mati-matian bertahan mempertahankan tanah tumpah darah mereka, penduduk Israel justru serentak berhamburan melarikan diri ke luar negri. Anehnya lagi Netanyahu tanpa berkaca diri menuding Iran sebagai pelaku kejahatan perang ( crime war) begitu sebuah rumah sakit di negaranya terkena sasaran rudal Iran. Padahal di Gaza pasukan Zionis telah meluluh lantakkan  seluruh rumah sakit yang ada di wilayah tersebut.

Ia juga memohon Negara-negara G7 untuk menolongnya melawan Iran. Ironisnya, dengan segera Jerman menerimanya dan berkomentar serangan sekutunya itu merupakan tangan kotor yang sangat diharapkan. Bersama Amerika Serikat, keduanya langsung mengirimkan bantuan senjata. Pada 21 Juni Trump mengumumkan bahwa pasukan militernya telah menjatuhkan bom ke 3 fasilitas nuklir Iran. Barat selama ini memang sangat memusuhi Iran karena Iran tidak pernah mau tunduk kepada Barat.  

Namun demikian perlu diingat, prilaku dan tindakan pemimpin/pemerintahan suatu Negara dan rakyatnya tidak selalu identik. Demo besar-besaran di Eropa melawan kejahatan Israel makin sering terjadi. Di banyak kota di AS beberapa hari terakhir demo terjadi melawan pemerintahan Trump. Demo yang juga diikuti sejumlah  kelompok Yahudi yang tinggal di Negara tersebut menyalahkan orang no 1 AS yang selalu membantu Israel tersebut atas serangan dasyat balasan Iran terhadap Negara mereka. 

Bukan rahasia lagi, AS dan Israel dengan AIPAC nya memang mempunysi hubungan sangat kental. AIPAC (Komite Urusan Publik Amerika-Israel) adalah sebuah kelompok lobi pro-Israel yang bertugas memperkuat hubungan AS-Israel dengan mempengaruhi kebijakan pemerintah AS. Belum lagi kelompok-kelompok rahasia seperti Free Mason dan Illuminaty yang tidak mampu menyembunyikan hubungan satanic kedua Negara tersebut.  

Mungkinkah tanda-tanda perang akhir zaman antara pasukan kebenaran dibawah Imam Mahdi melawan pasukan jahat dibawah raja Israel Dajjal si mata satu yang telah diprediksi dalam banyak hadist akan segera terjadi?? Pertanyaannya dimanakah posisi kita sebagai umat Islam akan berdiri?? Siapkah kita dan anak cucu kita berjihad membela kebenaran??

“Jika kalian melihatnya, maka berbaiatlah kepadanya walaupun sambil merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah Al Mahdi.” (HR: Ibnu Majah).

Atau cukup berpangku tangan menjadi penonton sambil mencibir hingga Allah swt memasukkannya sebagai golongan Munafikun yang tempatnya di kerak neraka. Astaghfirullahaldzim …  Sementara di balik benua sana dengan modal hati yang bersih yang dengan demikian Allah swt ridho memberinya hidayah memeluk Islam dan berjihad bersama kaum Muslimin, Allahu Akbar … 

Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi ia akan dilindungi dari fitnah Dajjal, dan barangsiapa yang hafal penutup surat Al-Kahfi maka ia akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat kelak“. (HR. Ahmad dan Muslim).

https://hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/2020/04/05/181114/ini-yang-terjadi-sebelum-imam-mahdi-muncul.html

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 5 Juli 2025.

Vien AM.

Read Full Post »

Rabat, ibu kota Maroko, pusat pemerintahan.

Menjelang pukul 5 sore kami tiba di Rabat. Melalui jendela mobil kami menikmati pemandangan kota yang terletak di tepi laut Atlantik ini. Rabat tampak lebih modern, teratur dan bersih dari kota-kota lain di Maroko yang kami kunjungi.

Secara harfiah Rabat berarti tempat berbenteng, dari kata bahasa Arab ribath yang artinya menjaga. Ar-Rabat atau Ar-Ribat berarti tempat berbenteng. Faktanya memang Rabat telah menjadi benteng Muslim sejak masa Khulafaur Rasyidin, sekitar tahun 700 M. Itu sebabnya kota ini mendapat julukan Kota Seribu Benteng.  Maroko juga termasuk negara yang unik, karena memiliki 2 ibu kota. Yaitu Rabat sebagai ibu kota administrasi dan Casablanca sebagai ibu kota industri.

Maroko adalah Negara Islam berbentuk kerajaan dengan bendera berwarna merah darah dengan bagian tengah bintang berwarna hijau. Warna merah memiliki arti keberanian dan bintang hijau dengan sudutnya yang 5, menggambarkan 5 rukun Islam. Sedangkan lambang negaranya adalah bintang berwarna hijau dengan latar belakang warna merah pegunungan Atlas dan matahari terbit yang diapit oleh dua singa.

Dilambang Negara tersebut terdapat tulisan dalam bahasa Arab “Tansurul laaha yansurkum” yang artinya “Jika Anda memuliakan Tuhan, Dia akan memuliakan Anda“. Kalimat tersebut merupakan penggalan ayat 7 surat Muhammad.

Kepala negara Maroko saat ini adalah raja Mohammed VI. Raja Maroko memegang kekuasaan eksekutif dan legislatif yang luas, terutama dalam militer, kebijakan luar negeri dan urusan agama. Bahasa resmi yang diakui Negara ada tiga yaitu Arab, Amazigh ( Berber) dan Perancis. Mengapa Perancis? Karena Maroko pernah berada dibawah kekuasaan Perancis selama 44 tahun yaitu sejak tahun 1912 hingga kemerdekaannya pada tahun 1956. 

Setelah melewati istana raja dengan halamannya yang sangat luas dan dilindungi tembok besar, menara pensil Muhammad VI dan gedung teater opera yang diarsiteki seorang muslimah kelahiran Irak bernama Zaha Hadid, Muhammad menurunkan kami di Kasbah Udaya.

Kasbah Udaya adalah benteng kota yang dibangun pada abad 11 dan merupakan Warisan Dunia UNESCO sejak 2012. Dari Kasbah inilah pemandangan indah samudra Atlantik dan kota modern Rabat dengan bangunan-bangunan berarsitektur modern seperti menara Muhammad VI dan gedung teater Opera sekaligus menara kuno Hassan terlihat. Sementara di sisi gerbang utama terletak old medina Rabat. Sungguh sebuah perpaduan yang menarik.

Dari Kasbah Udaya kami menuju menara Hassan  yang terletak pada pelataran yang sama dengan mausoleum Mohammed V. Menara Hassan mulai dibangun pada tahun 1195 oleh Sultan Yakub al-Mansur dengan tujuan menjadikannya masjid terbesar di dunia pada saat itu. Namun 4 tahun kemudian, kalifah Almohad ketiga tersebut meninggal dunia dan pembangunan masjidpun dihentikan.

Padahal pembangunan masih jauh dari target. Tinggi menara ( 44m) baru setengah dari yang diinginkan bahkan masjidnya sendiri baru berupa tiang meski sudah banyak, yaitu 200 tiang. Orang awam yang menyaksikannya pasti tidak mengira bahwa hal tersebut tidak disengaja. Karena tiang-tiang tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri untuk spot foto wisatawan yang berdatangan.

Sementara itu Mausoleum Muhammad V yang merupakan makam kerajaan berada di pelataran yang sama dengan menara Hassan baru dibangun ratusan tahun kemudian, yaitu antara tahun 1961 dan 1971. Bangunan modern dengan sentuhan arsitektur khas Maroko ini menampung makam raja Muhammad V dan 2 putranya, yaitu pangeran Moulay Abdallah dan Raja Hassan II. Bersama menara Hassan, mausoleum ini menjadi bagian Situs Warisan Budaya UNESCO.

UNESCO baru-baru ini juga menetapkan Rabat sebagai World Book Capital 2026. Artinya kota ini telah diakui berhasil membudayakan penduduknya untuk cinta buku. Ini dibuktikan dengan banyaknya perpustakaan dan taman bacaan berkwalitas serta berhasil tampil di forum internasional. Sungguh sebuah prestasi bergengsi. Sebelum Rabat, gelar World Book Capital 2025 diberikan kepada Rio de Janeiro di Brasil dan Strasbourg di Prancis untuk tahun 2024.   

Esoknya kami melanjutkan perjalanan ke Casablanca yang hanya berjarak sekitar 90 km dari Rabat. Sekali lagi kami disuguhi lukisan indah ciptaan-Nya tapi kali ini pemandangan susur pantai lautan Atlantik bukan pegunungan seperti sebelumnya.

Di Casablanca kami langsung menuju Ricks’s Café karena rasa penasaran mengapa semua travel Indonesia ke Maroko merekomendasikannya. Ternyata keistimewaan café ini karena pernah menjadi tempat shooting film berjudul “Casablanca” yang menurut sebuah survey masuk peringkat teratas dalam daftar film lawas yang ‘wajib’ ditonton.

Film bertemakan cinta dengan latar belakang PD II ini dibuat pada tahun 1942 dibintangi 2 pemain film kenamaan pada masanya, yaitu Humphrey Bogart dan Ingrid Bergman. Ketika kami tiba di tempat terlihat antrian turis yang datang dengan bus-bus turis. Kami hanya berfoto dan menyempatkan “mengintip” menu masakannya yang harganya selangit itu.

Selanjutnya dengan mobil kami menyusuri “ la corniche” alias jalan susur laut Casablanca dengan jalur pejalan kakinya yang super lebar hingga keindahan laut dapat dinikmati semua orang tanpa dipungut bayaran sepeserpun. Temperatur sekitar 15 derajat di awal museum Dingin ini menambah kenyamanan menikmati kota ini. Di muslim Panas temperatur bisa mencapai 40 derajat Celcius. Boulevard ini dimulai dari ujung teluk dimana masjid Hassan II berdiri megah tinggi menjulang hingga melewati mercu suar di ujung teluk di sisi seberangnya. 

Dari la corniche kami langsung diantar ke stasiun kereta api Casa Voyajeur untuk menuju Marrakech. Jarak Casablanca – Marrakech 242 km ditempuh sekitar 3 jam dengan kereta api.

Marrakech, kota pariwisata.            

Marrakech mempunyai banyak julukan selain kota pariwisata. Yaitu  kota merah karena bangunan di kota ini semua terbuat dari tanah merah dan juga kota tujuh orang saleh” ( Sebaatou Rizjel) karena disanalah tujuh sufi terkenal berkiprah dan dikebumikan. Marrakech juga mempunyai julukan mutiara dari selatan.

Kota ini terletak di barat daya Maroko, di kaki pegunungan High Atlas. Marrakech ialah kata Berber yang artinya negeri Tuhan.  Mayoritas penduduk di kota yang didirikan pada tahun 1062 dan pernah menjadi ibu kota Maroko ini ialah suku Berber. Atinya Marrakech telah menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan selama berabad-abad.

Seperti kota-kota di Maroko lainnya, Marrakech memiliki 2 bagian utama: old medina alias kota tua dan kota modern. Di kota ini terutama di kota tuanya berdiri banyak sekali bangunan peninggalan bersejarah, tak salah bila kota menjadi salah satu kota budaya yang dilindungi UNESCO.

Sekitar pukul 3 sore kami tiba di stasiun kereta api Marrakech yang berada di bangunan modern di kota baru Marrakech. Selanjutnya dengan taxi ( orang Maroko menyebutnya Grand Taxi/Petit Taxi) kami diantar ke kota tua yang jaraknya tidak begitu jauh dari stasiun. Lalu dengan berjalan kaki sambil menyeret koper menyusuri jalan-jalan kecil diantara keriuhan souk/pasar, akhirnya tiba kami di riad yang telah kami pesan sebelumnya.

Setelah cek-in kami langsung menuju Djemaa el-Fna yang ternyata sangat dekat dengan riad yang kami tinggali.  Djemaa el-Fna adalah alun-alun terbesar dan teramai tidak saja di Maroko tapi juga Afrika. Turis manca negara dan turis lokal terlihat hiruk pikuk berbaur dengan para pedagang yang menjual berbagai barang dagangan. Disana-sini terlihat orang bergerombol menyaksikan penduduk asli memamerkan bermacam atraksi seperti bermain musik tradisional, bernyanyi, menari, pertunjukkan api, sulap, monyet bahkan ularpun ikut beraksi. Tenda-tenda makanan yang menyajikan makanan tradisional seperti tajin, kuskus dll disesaki para tamu. Pedagang berbagai buah-buahan segar untuk diolah menjadi jus tak mau kalah berteriak-teriak menawarkan dagangannya.

Puas menikmati keramaian Djemaa el-Fna kami berjalan menuju masjid Koutubia yang merupakan ikon Marrakech. Masjid ini merupakan simbol kekayaan sejarah dan budaya kota ini. Masjid Koutubia dibangun pada tahun 1150 dengan batu pasir merah, dengan desain campuran arsitektur Islam Andalusia dan Spanyol yang dikenal dengan nama Hispano-Moresque.

Menara masjid setinggi 77 meter yang dijuluki “Roof of Marrakech” ini puncaknya dihiasi dengan 4 bola bersusun dari emas murni. Menara masjid ini menjadi model untuk pembangunan menara Masjid Giralda di Kota Sevilla, Spanyol dan menara Masjid Hassan II di Rabat, Maroko. Karena kemiripan bentuk dan desainnya, ketiga menara ini kerap disebut sebagai tiga seri menara kembar. Tampaknya julukan “Roof of Marrakech” ini yang menjadi alasan bahwa gedung di kota ini tidak boleh melebihi tinggi masjid Koutubia. 

Sesuai namanya yaitu masjid Koutubia ( Koutub dari kata Kitab dalam bahasa Arab yang artinya buku) masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat namun juga sebagai tempat belajar karena memiliki perpustakaan dengan buku bermacam topik tidak hanya tentang Islam.

Lagi-lagi sayangnya, begitu tiba di depan masjid, seperti juga masjid di kota-kota lain di Maroko, masjid tutup dan hanya bisa dimasuki menjelang waktu shalat wajib. Apa boleh buat, kami terpaksa harus puas memandangnya dari luar, dilanjutkan dengan berjalan-jalan di taman sekitarnya. Marrakech dikenal mempunyai banyak taman luas.

Esok paginya, ketika melewati alun-alun Djemaa el-Fna, kami dibuat takjub melihat alun-alun yang kemarin malam begitu ramai, pagi ini telah terlihat bersih dari segala sampah. Dan Alhamdulillah kami berdua sempat mendirikan shalat Zuhur ( dan Asar ) secara berjamaah di masjid Kuotubia begitu adzan berkumandang. Dari penjaga riad, kami baru mengetahui ternyata masjid tersebut baru dibuka kembali beberapa hari lalu akibat gempa yang terjadi pada September 2023 lalu.  Gempa dahsyat berskala 6,8 Richter di barat daya Marrakech tersebut menewaskan nyaris 3.000 orang, kebanyakan di desa-desa terpencil pegunungan High Atlas. Sejumlah bangunan bersejarah di Marrakech dan juga sekitar masjid Koutubia runtuh tapi masjid Koutubia sendiri hanya mengalami sedikit kerusakan.

( Bersambung).

Read Full Post »