Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2011

3. Perang Khandaq ( Ahzab) atau Perang Parit.

Perang yang terjadi pada tahun ke 5 H ini disebabkan oleh adanya hasutan beberapa pemimpin Yahudi bani Nadhir kepada Quraisy Mekah agar mereka bersama-sama menyerang Madinah dan menghancurkan Islam. Orang-orang Yahudi berhasil meyakinkan bahwa ajaran Quraisy lebih baik dari pada ajaran Islam.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman”.(QS.An-Nisa(4):51).

Setelah itu mereka membujuk suku Gathafan, bani Fuzarah dan bani Murrah untuk bersengkokol memusuhi Islam. Maka berangkatlah sepuluh ribu pasukan Ahzab yang berarti pasukan gabungan tersebut menuju Madinah. Sementara itu mendengar kabar bahwa Madinah akan diserang, Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat untuk membicarakan strategi apa yang akan digunakan menghadapi pasukan tersebut.

Salman Al-Farisi, sahabat kelahiran Persia, mengusulkan agar mereka menggali parit untuk melindungi Madinah dari serangan musuh. Strategi yang ketika itu belum dikenal masyarakat Arab ini tak urung membuat mereka terkagum-kagum. Rasulullahpun segera menerima usulan tersebut. Maka secara bergotong-royong paritpun digali.

Suatu ketika sejumlah sahabat melaporkan bahwa mereka menemui kesulitan. Sebongkah batu besar tidak berhasil mereka pecahkan. Segera Rasulullah turun tangan. Berkata nabi saw, “ Biarkan aku yang turun”. Dalam keadaan perut diganjal dengan batu, beliau segera bangkit. Karena tidak adanya sesuatu yang dapat dimakan selama tiga hari itu Rasulullah dan para sahabat memang terpaksa mengganjal perut mereka dengan batu. Rasulullah segera mengambil martil dan dipukulkannya ke atas batu. Maka seketika itu juga hancur luluhlah bongkahan batu tadi hingga menyerupai pasir.

Dalam sebuah riwayat diceritakan dengan mengucap takbir Rasulullah memecahkan batu besar tersebut dalam 3 kali pukulan hingga cahaya terang memenuhil angit. Pada pukulan pertama Jibril menerangkan bahwa kerajaan Persia akan ditaklukan umat Islam. Pukulan kedua, tanah Romawi dan pukulan terakhir Yaman yang akan jatuh. Di kemudian hari sejarah membuktikan Persia ( Irak, Iran dan sekitarnya), Romawi Timur ( Turki dan sekitarnya) serta Yaman adalah bagian dari Islam !

Sementara itu Jabir meminta izin pulang. Ia bermaksud menanyakan istrinya apakah mereka memiliki sesuatu untuk dimasak. Namun istrinya menerangkan bahwa mereka hanya memilki satu ekor anak kambing dan sedikit gandum. Segera Jabir menyembelih anak kambing tersebut dan menumbuk gandum yang ada. Kemudian memasaknya. Setelah itu ia segera kembali menemui Rasulullah dan mengajak beliau untuk makan di rumahnya.

“ Berapa banyakkah makanan itu”, tanya Rasulullah.

Setelah Jabir menyebutkan jumlah makanan itu beliau berkata, “ Itu cukup banyak dan baik. Katakan pada istrimu jangan diangkat dari atas tungku dan roti itu jangan pula sampai dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana”.

Selanjutnya begitu Rasulullah tiba di rumah Jabir, beliau segera memotong-motong roti dan dicampurkannya pada daging serta kuah yang ada di periuk. Tak lama kemudian para sahabat yang jumlahnya tak hingga banyaknya itu makan dengan puas sampai kenyang.

“ Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena saat ini sedang musim paceklik”, sabda Rasulullah kepada Jabir dan istrinya, setelah semua usai makan.

Di dalam riwayat lain, Jabir menuturkan, “ Aku bersumpah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkannya, sedangkan daging di dalam periuk kami masih tetap utuh, demikian pula roti kami”. ( HR Bukhari).

Dua kejadian diatas ( terpecahnya batu dan periuk yang tak habis-habis ) adalah bukan kejadian biasa. Ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah dari Sang Khalik sebagaimana juga mukjizat yang diterima para nabi Allah. Seperti tongkat nabi Musa as, unta nabi Shalih as dll.

Di lain pihak, orang-orang Munafik yang ikut serta dalam penggalian tampak setengah hati mengerjakan tugas tersebut. Mereka berpura-pura lemas. Bahkan banyak yang tanpa meminta izin Rasulullah, diam-diam meninggalkan lokasi dan pulang ke Madinah. Itu sebabnya kemudian Allah swt menurunkan ayat berikut :

“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS.An-Nur(24):62).

Sementara itu pasukan Musyrikin bergerak makin mendekati kota. Mereka dikejutkan akan keberadaan parit yang melindungi kota ini.” Sungguh, ini merupakan tipu daya yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab”. Mereka kemudian mengambil posisi dan berkemah di sekitar parit mengepung kaum Muslimin. Jumlah mereka ketika itu sekitar 10 ribu sedangkan kaum Muslimin 3 ribu orang.

Tidak terjadi pertempuran kecuali beberapa orang Musyrik yang berusaha menyeberangi parit di bagian-bagian yang sempit namun berhasil dicegat pasukan Muslimin. Sebulan lamanya Madinah dalam keadaan demikian. Selama itu pula Rasulullah tidak henti-hentinya ber-istighatsah, yaitu  merendahkan diri seraya berdoa memohon kepada Allah swt agar kaum Muslimin dimenangkan.

Hingga suatu hari tersiar berita bahwa Yahudi bani Quraidzah yang merupakan bagian dari penduduk Madinah telah membelot. Ia ikut bersengkokol dengan musuh untuk menjatuhkan kaum Muslimin. Sementara orang-orang Munafikpun gencar menyebarkan bisa racun berbahaya yang menimbulkan keraguan dan perpecahan diantara umat Muslim.

“ Dulu Muhammad menjanjikan bahwa kita akan memakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar. Tetapi sekarang bahkan untuk pergi membuang hajatpun kita tidak aman”.

Akhirnya datanglah pertolongan Allah swt. Pertama dengan masuk Islamnya Nu’aim bin Mas’ud. Kedua dengan didatangkannya angin topan yang sangat kencang. Nu’aim yang disangka kaumnya masih Musrik, ditugaskan Rasulullah untuk mengadu domba musuh. Ini adalah sebuah taktik perang yang diperbolehkan. Dengan kelihaiannya ia berhasil meyakinkan orang-orang bani Quraidzah dan orang-orang Quraisy untuk tidak saling mempercayai dan saling curiga. Maka merekapun akhirnya saling ragu untuk memulai serangan.

Ditambah dengan angin topan yang bertiup kencang pada suatu malam yang teramat dingin maka bubarlah pasukan gabungan tersebut.

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni`mat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Ahzab(33):9).

Hudzaifah berkata : «  Peristiwa ini terjadi saat Perang Ahzab dan di malam gulita. Pasukan Abu Sufyan berada diatas bukit. Pasukan bani Quraidzah berada di bagian lembah. Kami khawatir atas keluarga kami. Angin terasa berembus lebih kencang sehingga kaum Munafikin minta izin pulang dengan alasan rumah mereka kosong. Mereka mendapat izin dan kemudian lari menyembunyikan diri. Rasul memeriksa pasukan lalu berkata kepadaku, “ Coba selidiki keadaan musuh”. Aku berangkat dan aku melihat perkemahan musuh beterbangan dihantam angin yang sangat kencang. Merekapun lari mundur. Aku kembali dan menghadap Rasul untuk menceritakan kejadian itu. Atas hal itu turunlah ayat ini” ( HR. Baihaqi).

“Wahai kaum Quraisy, demi Allah, kalian tidak mungkin lagi berada di tempat ini ! Banyak ternak kita yang telah mati ! Orang-orang bani Quraidzah telah mencederai janji dan kita mendengar berita yang tidak menyenangkan tentang sikap mereka ! Kalian tahu kita sekarang menghadapi angin topan yang hebat .. Karena itu, pulang sajalah kalian dan akupun akan berangkat pulang!”, begitu Abu Sufyan, pemimpin Quraisy berkata menyerah.

4. Perang bani Quraidzah.

Disebutkan dalam ash-Shahihain bahwa ketika nabi saw kembali dari Khandaq, tidak lama setelah meletakkan senjata dan mandi, Jibril as datang lalu berkata, “ Apakah kamu sudah meletakkan senjata ?”. “ Demi Allah, kami belum meletakkannya”. “ Berangkatlah kepada mereka !”. “ Kemana?”. JIbril menjawab :” Ke sana”, seraya menunjuk kearah perkampungan bani  Quraidzah. Nabi saw lalu berangkat mendatangi mereka.

Demikianlah para sahabat, tanpa mengenal lelah dan takut, segera melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Padahal baru saja mereka meninggalkan keluarga selama 1 bulan untuk berperang. Jihad, berperang di jalan Allah adalah bukti ketinggian cinta, iman dan kesetiaan mereka kepada Sang Khalik dan Rasul-Nya.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ”(.QS.At-Taubah(9):16).

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. ”(.QS.At-Taubah(9):24).

Selama 25 malam, ada yang mengatakan 15 malam, Rasulullah mengepung perkampungan bani  Quraidzah hingga akhirnya mereka menyerah dan Allah swt melemparkan rasa takut ke dalam hati mereka. Ka’ab bin Asad, pemimpin mereka memberikan 3 pilihan.

“Kita mengikuti Muhammad dan membenarkannya. Demi Allah, tentu telah jelas bagi kalian bahwa dia adalah Rasul yang diutus dan kalianpun dapat menemukan dalam kitab suci kalian. Dengan demikian nyawa, hak, kaum wanita dan anak-anak kalian akan selamat”.

Mereka menjawab, “ Kami tidak akan melepas hukum-hukum Taurat”.

“ Kalau begitu, marilah kita habisi nyawa istri dan anak-anak kita lalu kita hadapi Muhammad dan para sahabatnya dengan pedang terhunus”.

Mereka menjawab, “ Apakah dosa mahluk-mahluk kesayangan ini ?”.

“ Baiklah, bila demikian. Malam ini adalah malam Sabtu ( Sabbath). Bisa jadi Muhammad dan sahabat-sahabatnya merasa aman dari gangguan kita. Karena itu mari kita turun dan menyergap mereka secara tiba-tiba », ajak Ka’ab lagi semangat.

«  Haruskah kita mengotori Sabbath dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita hingga kemudian dijadikan kera?? », jawab mereka ketus.

« Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”.(QS.Al-Baqarah(2) :65).

« Tak seorangpun diantara kalian, sejak hari lahir kalian, yang bisa melewati satu malam untuk memecahkan masalah yang seharusnya », sahut Ka’ab kesal campur putus asa.

Akhirnya merekapun menyerah. Dan karena Yahudi bani Quraidzah itu sekutu suku A’us maka Rasulullah menyerahkan ketetapan hukum mereka kepada Sa’ad bin Mu’adz, salah satu pemimpin A’us.

“ Orang-orang yang menerjunkan diri dalam perang harus dihukum bunuh dan keluarga mereka ditawan”, demikian keputusan Sa’ad yang langsung disambut baik Rasulullah.

Dalam perang ini ada beberapa kejadian penting yang patut dijadikan renungan. Salah satunya adalah perintah Rasulullah untuk tidak melaksanakan shalat ashar sebelum pasukan sampai di perkampungan yang dituju.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa di tengah perjalanan, tibalah waktu ashar. Maka sebagian berkata, “ Kami tidak akan shalat sehingga kami sampai sana”. Sedangkan sebagian lain mengatakan, “ Kami akan melakukan shalat karena bukan itu yang dimaksud Rasulullah”.

Sepulang dari perang kemudian para sahabat mengadukan hal tersebut. Namun ternyata Rasulullah tidak mengecam ataupun menegur satupun kelompok tersebut. Hal ini menandakan bahwa umat Islam itu diizinkan berijtihad. Perbedaan dalam penafsiran adalah tidak dilarang selama tidak keluar dari jalur.

5. Perang Bani Asad dan beberapa pelajaran bagi musuh Islam.

Sebenarnya tidak terjadi kontak senjata antara pasukan Muslim dengan bani Asad maupun orang-orang yang membenci Islam. Pada perang bani Asad, pemimpin bani ini yaitu Thulaihan bin Khuwailid bermaksud menyerang Madinah. Rasulullah segera mengirim pasukan untuk melawan mereka. Ternyata mereka malah melarikan diri sebelum perang terjadi. Bahkan mereka meninggalkan harta mereka begitu saja hingga kaum Musliminpun dengan leluasa dapat menguasainya.

Demikian pula orang-orang Hudzail yang datang dari sebuah tempat dekat Mekah. DIbawah pimpinan  Khalid al-Hudzali, mereka berusaha menyerang Madinah. Namun sebelum perang terbuka berlangsung ia telah terbunuh. Maka pasukannyapun bubar sebelum perang benar-benar terjadi.

Juga Abu Sufyan, pemimpin Quraisy yang kalah pada perang Badar beberapa tahun sebelumnya. Dengan penuh semangat balas dendam ia membawa 3000 pasukannya untuk menggempur Madinah. Namun pasukan ini segera melarikan diri begitu melihat sambutan 1500 pasukan Muslim yang dikerahkan Rasulullah untuk menghadapi mereka.

Kemudian setelah berhasil melepaskan diri dari ancaman Yahudi, Quraisy dan orang-orang tersebut Rasulullahpun berinisiatif mengirimkan sejumlah ekspedisi kepada orang-orang Arab Badui. Misi ini berhasil karena setelah itu orang-orang Badui tersebut tidak lagi berani berbuat macam-macam. Maka sejak akhir tahun ke 5 H Madinah tidak pernah menerima serangan dan ancaman lagi. Kaum Muslimin kini telah menjadi kuat dan disegani musuh. Allahuakbar ..

“ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. ”(.QS.At-Taubah(9):20).

( Bersambung)

Paris, 22 Februari 2011.

Vien AM.

Read Full Post »

Berikut peperangan yang terjadi antara tahun ke 4 H dan ke 6 H, yaitu  sebelum adanya Perjanjian Perdamaian Hudaibiyah.

1. Perang Dzatur Riqa’

Perang ini terjadi sebagai akibat dibunuhnya 70 orang dai oleh kabilah Najd. Padahal para dai tersebut datang atas permintaan pimpinan kabilah mereka sendiri untuk mengajarkan Islam. Sebagai balasannya, dengan mengendarai unta secara bergantian, 1 unta untuk 6 orang, Rasulullah mendatangi perkampungan mereka.

Abi Musa al Asy’ari meriwayatkan bahwa dalam perjalanan mengarungi padang pasir nan panas membara itu banyak sahabat yang telapak kakinya pecah-pecah dan kukunya terlepas. Kemudian mereka membalutnya dengan sobekan kain atau  Dzatur Riqa’. Itu sebabnya kemudian perang ini dinamakan Perang  Dzatur Riqa’ walaupun sebenarnya pertempuran tidak pernah terjadi.

Ada beberapa peristiwa penting yang patut dicatat pada perang ini. Yang pertama, Allah swt telah memasukkan rasa takut kepada orang-orang yang telah berbuat zalim tersebut. Tanpa sebab yang pasti, mereka melarikan diri dari kawasan Gathafan, kawasan yang telah disetujui sebagai tempat pertempuran. Padahal jumlah mereka sebenarnya amat sangat banyak bila dibanding pasukan Muslim.

Di tempat inilah kemudian Rasulullah memimpin shalat khauf. Rasulullah mengimami satu kelompok sementara kelompok satu lagi berjaga-jaga menghadap arah lawan. Kemudian pada rakaat berikutnya Rasulullah tetap berdiri sambil menanti makmum menyelesaikan shalat. Selanjutnya Rasulullah menyempurnakan shalat bersama kelompok yang tadi berjaga-jaga. Sementara pasukan yang telah shalat ganti berjaga-jaga menghadap musuh.

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka`at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. …”.(QS.An-Nisa(4):102).

Di tempat ini pula kisah seorang Badui yang datang secara tiba-tiba dan langsung mengancam Rasulullah terjadi.  Ketika itu Rasulullah dan para sahabat karena lelah maka jatuh tertidur. Para sahabat terbangun karena panggilan Rasulullah. Mereka melihat ada seorang Arab gunung  yang tidak mereka kenal sedang duduk terpekur di samping Rasulullah. Rasulullah kemudian bercerita,

“ Orang ini telah menyambar pedangku  pada waktu aku tidur. Seraya menghunus pedang tersebut  ia mengancamku “ Siapa yang dapat menyelamatkanmu dari pedangku ini?”. Lalu aku jawab, “ Allah Subhanallahu wa Ta’ala”.

2. Perang Bani Musthaliq.

Perang ini terjadi pada tahun ke 5 H. Adalah Harits bin Dhirar, pemimpin bani Musthaliq. Ia merencanakan menyerang Madinah. Namun Rasulullah segera menyambutnya di suatu tempat diluar Madinah, yaitu di telaga Muraisi’. Maka terjadilah pertempuran sengit hingga Allah swt memenangkan pasukan Islam.

Tidak seperti biasanya, kali ini sejumlah besar kaum Munafik banyak yang ikut serta. Hal ini dikarenakan mereka menyaksikan sendiri betapa pasukan Muslim sering memenangkan pertempuran dan berhasil membawa rampasan perang ( ghanimah) yang melimpah. Termasuk kaum perempuan yang menjadi tawanan dan kemudian dibagi-bagikan.

Dalam perang ini, usai perang Rasulullah memberi pilihan kepada Juwairiyah binti al-Harits, untuk menerima lamaran beliau atau dibebaskan. Ternyata putri pimpinan musuh yang dikalahkan ini memilih menerima lamaran Rasulullah. Maka jadilah ia sebagai salah satu Umirul Mukminin. “ Mereka kini menjadi keluarga Rasulullah”, kemudian seluruh bani Musthaliqpun dibebaskan.

Sayangnya, sepulang pasukan yang disambut gembira oleh penduduk Madinah, terjadi peristiwa fitnah terhadap diri Aisyah ra. Beliau dituduh berbuat tidak senonoh gara-gara kembali ke Madinah terlambat dan tidak bersama rombongan. Melainkan berdua, bersama salah seorang pasukan yang sama-sama tertinggal rombongan.

Abdulllah bin Ubay, si tokoh Munafikun Madinah itulah yang pertama kali menghembus-hembuskan fitnah. Padahal sebelumnya, di sekitar telaga dimana kedua pasukan bertempur, ia juga telah melemparkan kata hasutan. Ketika itu ia geram melihat pertengkaran yang terjadi antara seorang Anshar dan seorang  Muhajirin.

“ Apakah mereka ( Muhajirin) telah melakukannya? Mereka telah menyaingi dan mengungguli jumlah kita di negri sendiri. Demi Allah, antara kita dan orang-orang Quraisy ini ( kaum Muslimin Quraisy) tak ubahnya seperti apa yang dikatakan orang. “ Gemukkan anjingmu agar menerkammu”. Demi Allah, jika kita telah sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina( Muhajirin)”.

Zaid bin Arqam, salah satu orang yang mendengar ucapan tersebut kemudian melaporkan ucapan ini kepada Rasulullah. Namun Rasulullah tidak berkata apa-apa. Allah swt memang melarang menghakimi orang Munafik. Karena hanya Sang Khalik sajalah yang mengetahui isi hati manusia dan berhak menghakimi mereka. Hingga akhirnya turun ayat berikut :

“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”(QS.Al-Munafikun(63):8).

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.(QS.An-Nisa(4):145).

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : “Tanda-tanda orang munafik itu tiga ; bila berkata ia bohong, bila berjanji ia mengingkari dan bila ia dipercaya ia mengkhianati”.

Sementara Aisyah sendiri terbebas dari fitnah melalui ayat yang diturunkan Allah azza wa jalla sebulan kemudian.

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar … ( sampai dengan ayat 21)”. (QS.An-Nur(24):11-21).

Namun selama satu bulan itu fitnah benar-benar telah membuat gundah hati Rasulullah. Beliau tidak memiliki saksi seorangpun hingga hanya dapat membela sang istri tercinta dengan kata-kata yang diucapkan secara hati-hati :

“ Aku tidak mengetahui Aisyah kecuali sebagai orang baik-baik”.

Sebulan kemudian setelah berusaha mencari tahu dan meminta pendapat para sahabat, Rasulullah berujar :

«  Hai Aisyah, aku telah mendengar apa yang digunjingkan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah Allah pasti akan membebaskan dirimu. Sebaliknya jika engkau telah melakukan dosa mintalah ampunan kepada Allah ».

Aisyah ra mengisahkan bahwa ucapan pertama yang dikeluarkan Rasulullah begitu ayat pembelaan tersebut turun adalah “ Bergembiralah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu”. Ibukupun kemudian berkata kepadaku : “Berdirilah ( berterima-kasihlah) kepadanya ( Rasulullah saw)”. Aku jawab: “ Tidak! Demi Allah, aku tidak akan berdiri ( berterima-kasih) kepadanya ( Rasulullah ) dan aku tidak akan memuji kecuali Allah. Karena Dialah yang telah menurunkan pembebasanku”.

( Bersambung)

Paris, 21 Februari 2011.

Vien AM.

Read Full Post »

Madinah pada masa hidup Rasulullah terdiri atas tiga golongan besar manusia, yaitu kaum Muslimin ( Anshor dan Muhajirin), golongan Munafikun serta orang-orang Yahudi ( bani Nadhir, bani Quraidzah dan bani Qainuqa). Namun demikian Rasulullah berhasil mengikat dan mempersatukan ketiga golongan tersebut. Buktinya adalah adanya Piagam Madinah. Dalam perjanjian tersebut disebutkan bahwa demi tercapainya kemananan dan kedamaian kota, ketiga kelompok tersebut harus saling bantu dan bahu membahu ketika terjadi ancaman dan bahaya dari pihak luar. Intinya azas Toleransi harus dijaga dengan baik.

Dan sebagai pemimpin tertinggi, Rasulullah menjadikan Al-Quran sebagai dasar hukum Negara. Pada masa inilah sebagian besar ayat mengenai hukum dan tata cara bermasyarakat  diturunkan. Dengan kata lain negara Islam telah dibangun sejak zaman Rasulullah hidup. Madinah adalah Negara pertama yang didirikan atas azas Islam, atas dasar ketakwaaan kepada Sang Khalik, Allah swt, Azza wa Jalla ( Yang Maha Perkasa dan Maha Agung).

Sebelum hijrahnya Rasulullah ke Madinah Allah swt tidak pernah menurunkan ayat tentang perintah perang. Tidak ada paksaan untuk memeluk ajaran Islam. Ajaran ini hanya mengajak manusia menuju kepada kebaikan, mengingatkan apa hakikat hidup, bahwa kehidupan dunia adalah cobaan dan hanya untuk sementara. Kebahagiaan akhirat yaitu surga atau neraka adalah kehidupan abadi. Jadi memeluk Islam itu untuk kebutuhan manusia bukan kebutuhan Rasulullah Muhammad saw apalagi Allah swt.

Perintah perang baru datang setelah Rasulullah hijrah ke Madinah dan umat Islam sulit untuk melaksanakan ajarannya. Tidak saja orang-orang Quraisy Mekah yang sejak awal memang menghalangi perkembangan Islam namun juga Ahli Kitab, yaitu kaum Yahudi Madinah.

Kontak senjata pertama terjadi pada tahun 2H. Perang ini terjadi pada bulan Haram. Bangsa Arab sejak dahulu telah mengenal adanya 4 bulan Haram, yaitu bulan-bulan dimana diharamkan mengadakan peperangan. Bulan tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Oleh sebab itu orang-orang Quraisy bertambah geram terhadap Rasulullah yang dianggap telah melanggar kesucian bulan Haram. Namun kemudian turun ayat yang membela tindakan Rasulullah.

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup…. “.(QS.Al-Baqarah(2):217).

Selanjutnya terjadilah perang Badar dan perang Uhud. ( Untuk baca Perang Badar click : https://vienmuhadi.com/2010/12/06/xv-perang-badar-perang-pertama-dalam-sejarah-islam/; untuk Perang Uhud click : https://vienmuhadi.com/2010/12/23/xvii-perang-uhud-dan-hikmah-diperintahkannya-berperang-bag-1/ ).

Dengan adanya kedua perang  tersebut maka makin kukuhlah kedudukan Islam walaupun sebenarnya pasukan Muslim tidak selalu menang. Namun dengan makin kuatnya Islam di Madinah tampaknya malah makin membuat orang-orang Musyrik yang berada di sekitar kota ini makin benci dan kesal.

Kemudian setelah terjadi beberapa peristiwa pembunuhan terhadap sejumlah dai ( 10 dai pada Tragedi Ar-Raji’ pada tahun ke 3 H dan 70 dai pada Tragedi Bi’ru Ma’unah pada tahun ke 4 H) disusul dengan pengkhianatan Yahudi yang berakibat diusirnya mereka dari Madinah maka perang terbuka antara Muslimin melawan orang-orang Musrik dan kaum Yahudipun tak terhindarkan lagi.

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”.(QS.Al-Hajj(22):39).

Melalui ayat diatas Allah swt memerintahkan kaum Muslimin untuk berperang melawan  orang-orang yang menghalangi umat Islam dalam menjalankan ajarannya. Karena yang demikian itu berarti telah membuat umat Islam teraniaya. Padahal sebenarnya sejak di Mekahpun penganiayaan itu telah terjadi. Tampak disini bahwa perintah perang itu ada tahapannya. Sang Khalik tidak menyuruh kita berperang ketika keadaan kita lemah dan tidak berdaya. Dalam keadaan demikian Allah memerintahkan umat Islam untuk bersabar. Namun begitu umat Islam dalam keadaan membaik perintah Allah untuk berperang ini menjadi wajib. Inilah yang membedakan hamba Allah antara yang taat dan yang munafik.

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti,  jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS.At-Taubah(9):13).

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman dan menghilangkan panas hati orang-orang mu’min. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.At-Taubah(9):14-15).

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(.QS.At-Taubah(9):38-39).

Islam adalah agama yang cinta perdamaian. Namun itu bukan berarti bahwa ajaran ini dapat dilecehkan dan menjadi bulan-bulanan orang yang iri dan dengki. Islam bukan sekedar teori yang sarat kata dan janji indah. Sebaliknya ia harus dipraktekkan dan direalisasikan dalam kegiatan nyata, dalam  kehidupan sehari-hari. Dan hanya dengan diterapkannya hukum Islam yang tertulis dalam Al-Quran dan hadis sebagaimana dicontohkan Rasulullahlah kaum Muslimin dapat dengan tenang menjalankan ajaran-ajaran tadi. Karena hukum ini tidak hanya mengatur kehidupan pribadi saja namun juga mengatur hubungan masyarakat, hubungan kekerabatan dan silaturahmi antar manusia.

« Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu”.(QS.At-Taubah(9):8-9).

Itu sebabnya, Allah memerintahkan Rasulullah memerangi orang-orang yang melanggar perjanjian, orang-orang yang menghalangi orang yang hendak memuji-Nya, yang hendak menjalankan perintah demi kelangsungan dan keharmonisan hubungan masyarakat yang diciptakan-Nya. Kecuali bila mereka meminta perlindungan, bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”.(.QS.At-Taubah(9):11).

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”(.QS.At-Taubah(9):6).

Allah swt tidak menghukum kaum yang tidak atau belum mendengar ayat-ayat-Nya. Semua orang di dunia ini berhak mengetahui perintah dan larangan-Nya. Itu sebabnya umat Islam harus berdakwah ; memberitahukan, menerangkan, mencontohkan dan mengajak manusia kepada jalan yang lurus menuju ketakwaaan. Walau hanya satu ayat. “ Balaghul ‘Anni walau ayah” yang artinya Sampaikanlah dariku (Muhammad), walau hanya satu ayat. Kita dilarang menyembunyikan atau memilah-milah ayat yang sesuai dengan kehendak kita.

Perang dapat dilakukan setelah ayat kita sampaikan namun mereka tetap memusuhi dan memerangi kita. Bahkan membayar jiziyah, sebagaimana umat Muslim melaksanakan zakat, pun enggan.

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.(QS.At-Taubah(9):29).

Disamping itu umat Islam itu bersaudara. Mereka dipersatukan karena mereka mempunyai satu keyakinan dan kecintaan, yaitu kecintaan kepada Sang Khalik Yang Maha Esa, yaitu Allah swt. Karenanya mereka wajib saling menyayangi dan saling melindungi kecuali dalam kemungkaran tentunya. Mereka harus saling mengingatkan dalam berbuat kebaikan.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS.Al-Ashr(103):2-3).

“Kamu akan melihat kepada orang-orang Mukmin itu dalam hal kasih-sayang diantara mereka, dalam kecintaan dan belas kasihan diantara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh itu merasa sakit maka akan menjalarlah kesakitan itu pada anggota tubuh yang lain dengan menyebabkan tidak dapat tidur dan merasakan demam.”(HR Bukhari).

(Bersambung).

Paris, 13 Februari 2011.

Vien AM.

Read Full Post »

REPUBLIKA.CO.ID,  Kolonel Donald S Rockwell lahir di Illinois, Amerika Serikat. Ia menyelesaikan studi d Universitas Washington dan Columbia di mana ia memperoleh banyak gelar kehormatan. Ia adalah seorang penyair, kritik sastra sekaligus pimpinan redaksi di Radio Personalities.

Ia mendapat pangkat kolonel saat ikut wajib militer pada masa Perang Dunia II, ketika AS melawan Jerman dan Jepang. Sebagai sastrawan ia pun menulis buku, salah satunya yang terkenal berjudul  “Beyond the Brim and Bazar of Dreams.

Dalam bukunya itu ia menuliskan pandangannya tentang Islam dan mengapa akhirnya ia memilih memeluk Islam. Berikut nukilannya yang pernah dipublikasikan oleh Islamic Review pada tahun 1935.

Kesetaraan dalam Islam selalu menarik perhatian Donald. Orang kaya dan orang miskin memiliki hak yang sama di lantai masjid, bersujud dalam ibadah yang rendah hati. “Tidak ada bangku yang disewakan atau tidak ada kursi khusus yang bisa dipesan sebelumnya,”

Kesederhanaan dalam Islam, daya tarik kuat dan atmosfer yang memikat dari masjid-masjid, kesungguhan para penganut setianya, serta perwujudan meyakinkan yang menginspirasi dari jutaan pemeluknya di dunia yang menjawab panggilan lima kali sehari untuk melaksanakan shalat–semua faktor tadi menarik hati Donald pertama kali.

Namun setelah ia memutuskan untuk menjadi pemeluk Islam, ia menemukan banyak lagi alasan mendalam yang kian memperkuat keputusan tersebut. Konsep kehidupan penuh kelembutan–nasihat bijaksana, amal untuk meningkatkan rasa kasih sayang, kemanusiaan yang luas serta perintis deklarasi hak milik perempuan–adalah faktor-faktor lain dari ajaran ini–begitu impresi Donald terhadap ajaran Islam, ia pandang luar biasa.

Begitu pula ketika mendengar hadis yang menuturkan kisah seorang pria Mekah dengan Rasul Muhammad yang berbunyi”Beriman dan percayalah pada Tuhan dan ikatlah untamu”. Bagi Donald itu adalah bukti singkat paling jelas dari sebuah praktek keagamaan yang ditunjukkan tepat dalam kata-kata tak langsung Rasul Muhammad.

Dari kisah itu Donald menilai ada sistem bersikap normal dalam beriman, bukan keyakinan buta di bawah perlindungan kekuatan tak terlihat. Namun di sisi lain ia meyakini bahwa jika manusia melakukan semua dengan benar dan terbaik menurut kemampuannya, maka seseorang layak meyakini takdir baik sebagai kehendak Tuhan.

Selain faktor tadi ia juga terkesan dengan toleransi berwawasan luas Islam terhadap agama lain. Rasul Muhammad, tulis Donald, akan menegur pengikutnya yang tidak memperlakukan Ahli Kitab dengan baik, karena Ibrahim, Musa dan Isa juga diakui sebagai nabi dari Satu Tuhan. Tentu, tulis Donald, itu sikap yang sangat murah hati terhadap agama lain.

Satu juga yang digarisbawahi oleh Donald adalah praktek keagamaan dan ibadah yang bebas dari berhala dan kemusrikan. Donald memandang itu adalah inti utama dari kekuatan dan kemurnian menyehatkan dari keyakinan seorang Muslim.

Tak hanya itu, Donald juga kagum dengan kemurnian ajaran Rasul yang tidak terkooptasi dalam perubahan atau tambahan doktrin meski waktu telah terpaut jauh sejak Islam pertama kali diajarkan Rasul. Al Qur’an tetap seperti sejak pertama ia diturunkan. Kitab tersebut, ungkap Donald, justru hadir untuk membenahi umat politheis yang korup di era Rasul Muhammad. Sebagai jantung Islam itu sendiri, Al Qur’an tidak berubah.

Kesahajaan dan sikap tidak berlebihan dalam segala hal sebagai kunci utama dalam Islam diakui Donald telah memenangkan persetujuan dalam dirinya secara wajar tanpa pengecualian. Yang juga membuat ia semakin kagum, Islam juga menyentuh keseharian. Ia menyaksikan bagaimana Muslim yang sehat karena meneladani sikap Rasul, yakni hidup dalam kebersihan dan melakukan puasa untuk menekan nafsu duniawi.

Ketika Donald berdiri di depan masjid-masjid di Istanbul, Damaskus, Yerusalem, Kairo, Aljazair, Tangier, Fez dan kota-kota lain, ia menemukan hal lain yang menyentuh kesadarannya. Potensi ampuh kesederhanaan Islam lahir pada hal-hal lebih tinggi. Donald menyadari tak ada ornamen berlebih, ukiran-ukiran rumit, sosok makhluk hidup, gambar dan ritual seremoni dalam rumah ibadah tersebut.

Masjid, tulis Donald, adalah sebuah tempat kontemplasi yang sunyi dan tempat melakukan penghapusan diri ke dalam realitas yang lebih besar yakni Satu Tuhan yang Esa.

Ia juga menyukai konsep di mana Muslim tak memiliki perantara antara dirinya dan Tuhannya. Ia langsung menuju sumber tak kasat mata, pencipta kehidupan itu sendiri, Tuhan, tanpa ada ketergantungan terhadap rumus pengakuan dosa dan kepercayaan bahwa ada kekuatan seorang guru atau manusia suci sebagai penyelamat.

Terakhir namun tak kalah mengagumkan adalah persaudaraan dalam Islam. Terlepas dari warna kulit, aliran politik, ras dan negara, Donald merasa selalu menemukan rumah setiap saat dalam kehidupannya saat bersinggungan dengan Muslim dan Islam. Itulah salah satu faktor pula yang mendorong Donald untuk memeluk keyakinan tersebut.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Dikutip dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/02/09/163243-bagi-donald-rockwell-beriman-dan-ikatlah-untamu-bukan-keyakinan-buta

Read Full Post »