What does mean “’ the highest power outside this universe”?, bisik salah seorang peserta ” English Conversation Class” yang saya ikuti setiap hari Selasa. Ia bertanya maksud baris terakhir tulisan saya hari itu kepada seorang peserta lain yang kebetulan duduk di sebelahnya. Keduanya adalah orang Perancis.
Setengah ragu, yang ditanya kemudian menatap saya ” Maksud kamu Tuhan kan?”. ” Tepat sekali ”, jawab saya tegas, membuat wajah peserta yang bertanya tadi, mengkerutkan kedua alisnya, tanda heran dan bingung.
Sayapun kemudian menoleh dan bertanya kepada peserta lain yang duduk disebelah saya, juga orang Perancis, ” Kamu pemeluk Nasrani? Kamu percaya pada Tuhan kan ?”. ” Ya”, jawabnya perlahan, seakan tidak terlalu yakin … atau tidak PD ??
Itu baru salah satu contoh betapa mayoritas orang Perancis ( atau orang Barat) adalah Atheis alias kafir atau tidak mempercayai adanya Tuhan. Bagi mereka percaya akan beradaan Tuhan, adalah lambang kemunduran dan kebodohan, lambang ke-takhayul-an. Kehidupan, dalam pandangan mereka, ya di dunia ini. Kehidupan itu hanyalah dimulai dari lahirnya seorang bayi dan diakhiri dengan matinya seseorang. Tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada itu istilah kebangkitan dalam kamus mereka. Kehidupan akhirat bagi mereka adalah hal yang sungguh mustahil dan tidak masuk akal.
Mulanya saya heran juga koq ada ya orang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Namun begitulah kenyataannya. Sungguh, persis seperti apa yang dikatakan orang-orang kafir sejak dahulu. Dalam hati saya bertanya-tanya, bagaimana perasaan mereka jika mereka membaca ayat-ayat dibawah ini? Akankah hati mereka tersentuh dan menyadari kesalahan mereka ?
”Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): “Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan“.(QS.Al-An’am(6):29).
”Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”(QS.Al-Waqiyah(56):47-48).
Hati ini bertambah miris, ketika suatu saat, seorang diantara peserta, secara bercanda mengatakan bahwa temannya itu ’kuno’ karena tidak setuju pada kehidupan dan perkawinan Homoseksual … Astaghfirullahaladzim …
Dalam hati saya hanya bisa berkata ” Alangkah malangnya orang-orang ini. Merasa pintar, modern dan maju .. Namun nyatanya akalnya tidak sampai pada yang ghaib ”…
Pantas saja, Barat sering protes terhadap kebijaksanaan negara-negara Islam yang menerapkan hukum Islam, tentunya. Lhah, cara berpikirnya saja memang berbeda. Persis seperti ketika kita menghadapi anak kecil, yang dunianya memang hanya bermain.
” Wis .. sing waras ngalah ae ”, itu canda sehari-hari suami saya bila kami menemui orang keras kepala yang suka mempertahankan pendapat yang salah. Artinya kurang lebih , orang gila tidak usah ditanggapi …
Kali lain, yaitu pada kelas percakapan bahasa Perancis, saya menulis tentang latar belakang berdirinya Indonesia. Bersama, terutama dari sudut bahasanya, kami mengoreksi tulisan tersebut. Tiba pada suatu bagian, dimana saya menerangkan bahwa landasan utama Indonesia adalah Ketuhanan Yang Esa.
” Aneh … bagaimana mungkin sebuah negara koq memaksa rakyatnya untuk percaya pada adanya Tuhan .. mengapa pula harus satu … Apakah itu berarti bahwa orang yang tidak percaya pada Tuhan tidak berhak hidup di negara kamu?”, tanya seorang peserta dari Italia, terheran-heran.
Belum juga saya sempat menjawab pertanyaan tersebut saking terkejutnya, seorang peserta lain, kali ini orang Perancis, menimpali :
”Lucunya lagi, orang di negara kamu harus mencantumkan agamanya di dalam KTP-nya, iya kan”.
” Bagi kami, yang aneh justru kalian .. bagaimana mungkin kalian melarang orang untuk mempercayai adanya Tuhan, bagaimana mungkin kalian melarang orang shalat di tempat umum, melarang perempuan-perempuan Muslim mengenakan jilbab ?”, balas saya berusaha menahan emosi.
” Itu hal yang berbeda. Ketahuilah bahwa Perancis adalah negara laic ( sekuler). Negri kami berprinsip bahwa agama adalah hak pribadi. Jangan dicampur adukkan dengan kehidupan bermasyarakat. Itu sebabnya di depan umum, orang tidak boleh memperlihatkan kepercayaannya”, jelas si Parisienne, sebutan bagi orang Paris, sok bijaksana.
”Dan lagi, ingat tulisan kamu minggu lalu tentang masalah kebenaran? Bagaimana mungkin kamu memaksakan ’kebenaran’ kamu adalah ’kebenaran’ bagi semua orang? Semua orang kan punya ’kebenaran’ masing-masing”, serang si orang Italia lagi.
“ … Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi (tanpa) mengindahkan kebenaran dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kemaksiatan)”. (QS.Al-Mukmin(40):74-75)
Minggu lalu saya memang sempat mengutip surat Al-Ashr dalam tulisan saya. Dan memang ia sempat merasa terganggu dengan maksud ’kebenaran’ dalam ayat tersebut.
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS.Al-Ashr(103):1-3).
Astaghfirullah … berat nian ujian ini … kalau saja saat itu ada sesama Muslim yang sama-sama ’care’ terhadap Islam .. tentu akan lebih mudah menghadapi ’kroyokan’ orang-orang kafir ini … Apa boleh buat .. Bismillah ..
” Justru itu”, jawab saya berusaha tegar. ” Karena setiap orang merasa mempunyai ’kebenaran’ masing-masing maka ’kebenaran’ mana sebenarnya yang paling benar. Ya tentu saja ’kebenaran’ Dia yang mempunyai alam semesta ini, Dia yang menciptakan kita semua ini. Dialah pasti yang paling benar”.
” Nah, kamu berbicara soal agama itu”, potong si Perancis.
Haaah?!?!? … saya langsung terdiam, tidak menyangka bahwa ia memotong pembicaraan dengan kalimat seperti itu. Saya tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Yaaah .. sayang sekali .. ternyata jam ’terbang’ saya benar-benar sedikit sekali. Dengan penguasaan bahasa asing yang masih terbatas sungguh sulit untuk berbicara dan membahas masalah agama, dalam hal ini Islam. Saya benar-benar merasa kecewa tidak mampu meneruskan perdebatan tersebut.
Padahal bila saja bisa sedikit menahan emosi, seharusnya itu bukan kendala besar. Bukankah itu justru bukti betapa antara agama dan arus kehidupan sehari-hari tidaklah mungkin dipisahkan ?? … L
Ironisnya, 2 minggu setelah pembicaraan diatas, saya belum tergerak untuk kembali menghadiri klas percakapan berbahasa Perancis tersebut. Saya masih merasa malas dan rasanya rasa kesal bercampur putus asa masih bercokol dalam hati ini. Meski, kebetulan saya memang masih sibuk dengan urusan lain hingga saya masih mempunyai alasan untuk tidak hadir.
Pertanyaan saya ” Sanggupkah saya meneruskan dakwah ini” ? Ya, Allah bantulah hamba ini untuk menata emosi dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi disamping juga kemampuan untuk berkomunikasi dan berdebat dalam bahasa asing yang tidak gampang ini …
Terngiang ditelinga ini, kata-kata Yusuf Qurdhowi, cendekiawan Muslim Mesir ternama itu, ” Adalah wajib hukumnya bagi seorang Muslim yang tinggal di negri kafir untuk mendakwahkan Islam. Bila tidak, itu sama dengan menganiaya diri sendiri”.
Ya Allah, berat niaaan .. 😦 ..
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 6 juni 2011.
Vien AM.
je suis aller a Paris au septembre 2012. J’apprends france….je veux ‘syiar islam’ avec etudier a Paris…semangat!!!
Subhanallah .. Bon courage !!
Bu Vien, walaupun saya tidak pernah tinggal di perancis, tetapi krn ada satu kakak saya yg sdh bertahun2 tinggal dan bersuamikan orang Perancis, maka saya sendiri pernah mengalami pertanyaan dari kakak ipar saya yaitu mengapa saya mengenakan “this: (sambil memegang jilbab saya). Selain itu saya denger cerita langsung dari kakak saya betapa seorang muslim yg menunjukkan keislamannya akan dimusuhi secara sosial oleh orang2 lain. Demikian juga cerita lain yg menunjukkan betapa rendahnya harga diri seorang muslim di negara perancis, seperti berbagai peraturan yg melaranga penggunaan jilbab, walaupun hal itu justru menunjukkan ketakutan mereka (perancis) terhadap keberadaan Islam di negaranya. hati saya galau memikirkan para keponakan yag tinggal di perancis dan sepertinya sdh terbawa arus kehidupan disana. Apa yg sebaiknya saya perbuat??
Menurut saya, hal pertama yang harus dibenahi adalah diri kita sendiri. Pelajari Islam dengan benar dan praktekkan. Yakinkan bahwa inilah agama yang benar2 diridhoi-Nya. Artinya rasa PD inilah yang menjadi kunci.
Katakan kepada kakak untuk membelikan anak2 buku2 cerita Islam yang sekarang ini banyak dan mudah didapat, dalam bahasa Perancis lagi. Ceritakan kisah2 menarik di dalam Al-Quran, sesuai usia anak. Insya Allah, kalau orang-tua PD, anak2 juga PD. Selanjutnya orang-orang di sekitarpun akan menghargai kita, amiiin .
Semoga cukup membantu. Oya, jangan lupa, keprihatinan Deedee terhadap masalah ini insya Allah dicatat Allah azza wa jalla sebagai amal ibadah lho ,..:-) .. Salam buat kakaknya yaa ..
oh iya, trus bgaimana nasib wanita indonesia yg sekolah di sana dan kebetulan berjilbab? kebetulan sy mengkhawatirkan keadaan pacar sy. dia berencana menempuh s2 di universitas sorbonne dan dia berjilbab. sy sdh lama mendengar kabar bhwa prancis bersikap sinis dan melarang para muslimah utk berjilbab. sy sendiri menganjurkan pacar sy utk tidak melepas jilbabnya bagaimanapun keadaan disana. apakah kehidupan sosial pacar sy akan terganggu disana? krn sy jg pernah baca bhwa org prancis jg tidak ramah thd orang asing. merci beaucoup.
Tidak usah terlalu khawatir mas Datta, doakan saja semoga semua lancar ..
Dan lagi larangan hanya berlaku untuk murid sekolah koq,dari TK hingga SMA .. Mahasisiwa bebas … 🙂 ..
Malah dalam segi makanan, lebih baik dari ditanah air, karena jelas mana halal mana haram .. Insya Allah justru bisa meningkatkan keimanan,aamiin ..