«Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat ». ( Terjemah QS. Al-Fatihah (1) :6-7).
Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud pada ayat akhir surat Al-Fatihah yaitu ayat 7 tentang « mereka yang dimurkai » adalah umat Yahudi, sedangkan » mereka yang sesat »adalah umat Nasrani.
Umat Yahudi dikatakan dimurkai karena mereka telah mencampur-adukan ayat-ayat suci Taurat ( Perjanjian Lama) dan Injil ( Perjanjian Baru), membunuhi para nabi dan utusan serta selalu melawan perintah Allah.
Sedangkan umat Nasrani dikatakan tersesat karena mengikuti jalan orang-orang Yahudi tanpa menyadari bahwa mereka telah disesatkan. Yang bahkan dengan begitu bersemangat berdakwah mengajak umat Islam agar mau ikut memeluk agama yang mereka anut, tidak peduli sabda Yesus bahwa ajarannya khusus untuk bangsa Israel.
Matius 15 :24. Yesus menjawab, “Aku diutus hanya kepada bangsa Israel, khususnya kepada mereka yang sesat.”
Yang ironisnya juga menggunakan cara-cara yang tidak elok bahkan cenderung licik dalam berdakwah, « cerdik seperti ular tulus seperti merpati ». Maka tak heran bila belakangan ini dapat kita jumpai misionaris yang berpenampilan layaknya seorang Muslim, yaitu berjilbab, berbaju koko, berkopiah dan bahkan berdakwah menggunakan istilah dan nama-nama berbahasa Arab. Seperti nama penerbit yayasan Jalan Al-Rahmat, yayasan Nurkalimatullah, sekolah teologi Kalimatullah dll.
Tak jarang pula mereka mengadakan berbagai dakwah dengan kedok acara sosial, seperti pertunjukkan musik, berbagai macam lomba, bazar, pengobatan dll. Padahal di acara tersebut mereka membagi-bagikan Al-Kitab, mengajak anak-anak Muslim menyanyikan lagu-lagu Kristen bahkan ada yang nekad membaptis kaum Muslimin yang awam ajaran Kristen !
Matius 10 :16. Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
1 Corintus 9 :20. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
Saking semangatnya mereka juga telah mempersiapkan dakwah mereka dengan sangat cermat dan rapi. Diantaranya adalah Gerakan Penuaian Jiwa dan Transformasi tahun 2005-2020, W10/40 ( Window/Jendela 10/40) dan W4/14 ( Window/Jendela 4/14) yang merupakan contoh dakwah jangka panjang mereka. Di masa lalu, ingatlah bagaimana pada zaman penjajahan Belanda dan Inggris yang telah berhasil mengkristenkan Ambon, Teratai dan Morotai yang tadinya Muslim.
W10/40 adalah sebuah kawasan yang terbentang dari 10 sampai 40 derajat Lintang Utara garis Khatulistiwa dan merentang dari Afrika Barat sampai ke Asia Timur. Daerah inilah yang saat ini sedang diincar misionaris untuk dikafirkan padahal mayoritas penduduknya adalah Muslim.
( Lihat http://misi.sabda.org/tantangan-dari-jendela-1040 ).
Sedangkan W4/14 adalah rentang anak usia 4 hingga 14 tahun yang disasar misionaris untuk digarap menjadi ujung tombak Kristenisasi. Kita pasti sadar bahwa anak seusia itu sangatlah rentan, dan mudah diiming-imingi “kesenangan sesaat”, melalui hiburan seperti game online, mainan boneka, permen dan aneka permainan lain. Apalagi dengan kondisi saat ini dimana kedua orang-tua sibuk bekerja mencari nafkah dan mengejar karir.
( Lihat http://www.renunganharian.net/23-sisipan/juli-2012/349-jendela-4-14.html ).
Sungguh sebuah tantangan yang amat besar bagi umat Islam untuk mempertahankan keimanan dan keislaman kita dan anak keturunan kita. Padahal kitalah, umat Islam yang telah dibekali ajaran yang pasti benar, yang seharusnya mengajak mereka agar kembali ke jalan yang benar.
“Hendaklah ada di antara kalian suatu golongan yang membeda, bekerja untuk dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar.” (Ali Imron 3 : 104)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. … … ”. (Terjemah An Nahl (16) : 125).
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. (Terjemah QS. Al-Ankabuut(29):46).
Namun demikian tetap saja sebenarnya sumber permasalahan berada pada orang-orang Yahudi. Karena merekalah yang seharusnya paling bertanggung-jawab atas prilaku para misionaris yang bertindak atas nama kitab suci mereka. Protokol Zionisme yang dibuat di Basel, Swiss pada 1895 adalah bukti terbaru yang dapat dijadikan pegangan. Tujuannya adalah untuk menguasai dunia. Ironisnya, agen-agen Zionisme tersebut sudah memenuhi bumi kita tercinta yang katanya mayoritas Muslim ini. Na’udzubillah min dzalik …
Sayangnya lagi umat Nasrani hanya mengekor saja, tidak mau membaca dan memperhatikan isi kitab sucinya yang telah dicampur-aduk sedemikian rupa. Padahal kalau mau diperhatikan masih bisa dicari mana ayat yang benar mana ayat yang tidak benar, karena adanya kontradiksi di sana sini. Meski akhirnya, setelah berabad-abad lamanya tertutup rapat, kebusukan tersebut baru terbongkar. Ini antara lain berkat ilmu Hermeneutika, sebuah ilmu untuk menafsirkan text, yang sangat mengedepankan akal dan pikiran.
Namun begitu bukan Yahudi namanya kalau mereka hanya berdiam diri saja. Belakangan ini ilmu Hermeneutika mulai dicoba untuk mengutak-ngutik kitab suci umat Islam. Dengan ilmu tersebut mereka ingin mengkritisi Al-Quranul Karim. Padahal jelas sejarah Al-Quran tidak sama dengan Al-Kitab.
Penulisan Al-Quran yang merupakan kumpulan firman Allah telah dilakukan tak lama setelah wafatnya Rasulullah Muhammad saw. Hal itu dilakukan dengan dasar tulisan dan catatan para sahabat yang tersebar di batu, dedaunan dan aneka bahan dasar tulisan lainnya. Dan yang terutama atas dasar hafalan para sahabat dan umat Islam yang telah menjadikan ayat-ayat Al-Quran sebagai bacaan shalat, minimal 5 x sehari, sejak Rasulullah masih hidup di antara mereka. Inilah satu penyebab mengapa umat Islam disunahkan menghafal surat-surat Al-Quran dalam bahasa aslinya yaitu Arab.
Disamping itu agar kemurnian Al-Quran tetap terjaga perkataan Rasulullah saw juga dipisahkan, dan dilarang penulisannya hingga waktu tertentu, yaitu setelah ayat-ayat Al-Quran tidak lagi turun, yang otomatis terhenti seiring dengan wafatnya sang rasul. Jadi sungguh mustahil ayat-ayat Al-Quran dapat dipalsukan.
Tetapi upaya musuh-musuh Islam itu ternyata tidaklah sia-sia. Ini terbukti dengan lahirnya JIL ( Jaringan Islam Liberal) dengan SIPILISnya. SIPILIS adalah singkatan Sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan sosial, Pluralis yang menganggap semua agama sama benarnya serta Liberalis yang membolehkan menafsirkan text-text kitab suci agama sebebas-bebasnya.
Gerakan ini dipelopori antara lain oleh almarhum Gus Dur, Cak Nur dan Dawam Raharjo, yang dibiayai pendidikannya di Barat oleh Barat. Sekarang ini JIL diketuai Ulil Absor Abdalla yang sering membuat pernyatan nyleneh. Ada juga prof Dr Siti Musdah Mulia, seorang guru besar UIN yang menyatakan bahwa Al-Quran tidak pernah melarang Homoseksual. Padahal tak satupun agama di dunia ini yang membolehkan prilaku yang binatang sajapun enggan melakukannya, kecuali babi. Bukankah prilaku ini jelas-jelas menentang hak manusia untuk dilahirkan dan melahirkan ??
Ini masih ditambah lagi dengan gencarnya isu HAM, demokrasi dan toleransi yang sudah kebablasan, hingga aliran-aliran sesat seperti Ahmadiyah, Syiah dll makin saja bebas berkembang. Bahkan belakangan ini wacana lahirnya Islam Nusantara mulai dikembangkan, terbukti dengan mulai dipopulerkannya pembacaan Al-Quran dengan langgam daerah. Ini jelas akan membuat wajah Islam terpecah, sesuai keinginan Yahudi. Belum lagi dengan isu terorisme yang sering disandingkan dengan nama Islam. Dan ini semua memang disengaja agar supaya umat Islam yang kurang kuat keimanannya menjadi tidak PD terhadap agamanya sendiri. Hingga ketika dilecehkan dan diperangi tidak membelanya.
Padahal kita seyogyanya menyadari bahwa ada 3 kekuatan besar dunia yang mengancam eksistensi Islam, yaitu Zionisme, Kristenisasi dan Imperialisme Barat. Yang ujung-ujungnya semua adalah sama yaitu Yahudi dengan Dajjalnya. Dengan tujuan utama yaitu menjauhkan umat manusia dari Tuhannya, Allah Azza wa Jalla.
Kita tentu tahu betapa banyaknya hadist Rasulullah yang memperingatkan bahayanya Dajjal si mata satu yang merupakan musuh terbesar Islam di akhir zaman nanti. Dan tanah Palestina yang sejak puluhan tahun terakhir ini dijajah Israel adalah yang kelak akan menjadi ajang pertempuran antara pasukan pembela kebenaran melawan pasukan syaitan dibawah Dajjal.
Tampaknya inilah saat yang tepat untuk benar-benar bersatu agar kita dapat menghadapi musuh terberat kita. Tidak perlu lagi kita berdebat dan mempertentangkan hal-hal yang bukan hal pokok. Musuh sudah di depan mata haruskah kita masih juga berselisih hal-hal cabang seperti doa qunut, ziarah kubur, tahlilan, yasinan, bidah hasanah bidah dhalalah dan lain sebagainya. Apalagi merasa diri atau golongan paling benar. Karena sudah jelas yang paling benar adalah umat Islam yang menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai dalil dan pegangan hidup mereka.
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.” “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para shahabatku.”
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 13 Juli 2015.
Vien AM.
Disimpulkan dari kajian Drs Abu Deedat Syihab, MH, ketua BDI – FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan).
Leave a Reply