Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadar yang berarti malam kemuliaan, sebagaimana digambarkan surat ke 97 yaitu surat Al-Qadar.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Jumhur ulama sepakat bahwa yang dimaksud Al Qur’an diturunkan pada malam kemuliaan ( Lailatul Qadar) adalah Al-Quran yang diturunkan ke langit dunia ( Daarul Izzah). Seperti kita ketahui Al-Quran itu turun ke langit dunia sekaligus. Setelah itu baru diturunkan ke dunia dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi saw setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekah dan Madinah sampai wafatnya beliau.
Imam An-Nasa’I (no. 7991) meriwayatkan dengan sanad yang shohih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata : “……dan Al-qur’an diletakkan di Baitil Izzah dari langit dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Muhammad saw.”
“ Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( Terjemah QS. Al Isra (17):106).
http://zarkasih20.blogspot.com/2011/08/nuzulul-quran-lailatul-qodar-atau-17.html
Asbabun Ayat surat Al-Qadar:
Ibnu Abi Hatim dan al Wahidi dari Mujahid meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw. pernah menyebut tentang seorang laki-laki dari bani Israel yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan secara berterusan. Kaum Muslimin berasa kagum dengan perjuangan orang tersebut, sekaligus merasa iri atas ketangguhan dan keberuntungan lelaki bernama Syam`un Al-Ghazy tersebut. Mereka merasa tak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk beribadah dalam kurun waktu selama itu mengingat usia kaum Muslimin yang tidak sepanjang umur umat nabi-nabi lain.
Untuk itu maka Allah menurunkan surah Al- Qadr, yang menerangkan bahwa satu malam Lailatul Qadar itu lebih lebih baik daripada perjuangan lelaki dari bani Israel selama 1000 bulan tersebut.
http://asbabunnuzulharjin.blogspot.com/2013/07/surah-al-qadr.html
Dari Aisyah ra bahwasanya ” Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadan dan beliau bersabda: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” ” (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
I’tikaf adalah diam/menetap di masjid dalam rangka mengingat kebesaran Allah swt, bertafakur, berzikir, bersyukur atas segala yang telah diberikan kepada kita. Caranya dengan memperbanyak shalat sunnah, membaca Al-Quran serta mengkajinya.
Sebenarnya di zaman sebelum kenabian, Rasulullahpun sudah terbiasa melakukan kegiatan semacam itu. Yaitu ber-khalwah / tahanuts di gua Hira. Ketika itu Rasulullah merasa sangat prihatin atas keadaan masyarakat Mekkah yang bejat dimana perzinahan, mabuk-mabukan dan yang semacamnya sudah menjadi kelaziman. Rasulullah berkhalwah selama 3 tahun di bulan Ramadhan hingga datangnya masa kenabian. Dan sejak turunnya surat Al-Qadar diatas Rasulullah mengganti kegiatan tersebut dengan I’tikaf di masjid selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Perumpamaan I’tikaf sebagaimana dicontohkan Rasulullah adalah seperti grasi yang diberikan kepala Negara kepada seorang tahanan. Nah bila seorang kepala Negara saja bisa dan mempunyai hak untuk mengampuni seseorang apalagi Allah swt Yang Maha Pengampun.
“ Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampunkan baginya dosa yang telah lalu dan siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampunkan baginya dosa yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Malam pengampunan itu terjadi pada malam Lailatul Qadar yaitu pada salah satu malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan. Allah swt sengaja merahasiakan malam tersebut agar umat Islam yang menginginkan pengampunan tersebut benar-benar berusaha mencarinya secara serius. Tentu bukan hal yang memberatkan bila dibandingkan ganjarannya yaitu seolah berjihad sepanjang 1000 bulan atau kurang lebih 83 tahun!
“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)
Rasulullah mengajarkan untuk membaca doa berikut:
”Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa’fu anni”, yang artinya: “Ya Allah Engkau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu karena itu ampunilah dosa-dosaku”.
Ada riwayat mengatakan “afuwwun” lebih tinggi dari pada “ ghofur” karena afuwwun bermakna tidak hanya mengampuni dosa tapi juga menghapus catatan dosa tersebut. Sedangkan ghofur mengampuni tapi catatan dosa tersebut masih tetap ada.
Malam itu para malaikat memenuhi bumi untuk melihat dan mencatat siapa saja hamba Allah yang malam itu hadir menghidupkan malamnya demi meraih “grasi”keberkahan istimewa dari Tuhannya, Allah Azza wa Jalla. Tentunya hanya hamba yang takwa, yang selama awal Ramadhan telah sungguh-sungguh mempersiapkan peristiwa istimewa ini, atau bahkan mungkin selama setahun terakhir, yang beruntung didatangi para malaikat di malam penuh berkah tersebut. Dan untuk mengetahui bahwa seseorang telah sukses meraih malam tersebut pasti akan terlihat dari sikapnya yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 15 Juli 2015.
Vien AM.
Leave a Reply