Feeds:
Posts
Comments

Archive for May, 2016

Perkosaan dan pelecehan seksual tak ada hentinya terjadi di negri tercinta yang katanya mayoritas berpenduduk Muslim ini. Miris, sungguh sama sekali tidak mencerminkan agama yang sangat mengagungkan kaum perempuan. Lupa, bagaimana rasulullah Muhammad saw dalam khutbah terakhirnya berpesan bahwa kaum perempuan haruslah dijaga dan diperlakukan dengan baik. Lupa, bagaimana Sang Khalik memuliakan kaum perempuan dengan perintah menutup aurat, agar tidak mengumbarnya kepada sembarang lelaki kecuali muhrimnya.

Namun yang lebih menyedihkan lagi adalah hukuman yang ditimpakan kepada si pelaku kejahatan seksual. Bagaimana mungkin seorang yang dilaporkan telah memperkosa 58 anak, anak di bawah umur pula, dihukum hanya 10 tahun penjara! Parahnya lagi padahal sebelumnya sudah pernah dilaporkan dengan pengaduan yang sama, namun terbebas dari hukuman hanya karena alasan sakit. Sungguh tidak masuk akal.

Uang nampaknya sudah demikian berkuasanya bahkan dalam lingkaran pengadilan sekalipun.  Sony Sandra alias Koko, laki-laki bejat 63 tahun tersebut memang adalah seorang pengusaha terkenal yang suka membagi-bagikan harta kekayaan kepada siapa yang dianggapnya perlu, termasuk korban dan keluarganya. Dengan kekayaannya itu ia bisa leluasa bertindak sesukanya. Apa arti uang 300 juta sebagai denda perbuatan biadabnya itu???

Anehnya lagi hukuman tersebut keluar tak lama setelah adanya rencana kebiri sebagai hukuman pemerkosa. Tragedi Yuyun, gadis cilik 14 tahun yang diperkosa secara beramai-ramai oleh 12 anak yang juga dibawah umur, adalah puncaknya.

http://www.merdeka.com/peristiwa/yuyun-tewas-usai-diperkosa-13-lelaki-di-hutan-12-pelaku-dibekuk.html

“Kami mendesak undang-undang hukuman kebiri yang saat ini masih dalam pengkajian segera direalisasikan. Itu bagus hukum kebiri,” ujar Mulyanah, dari komunitas perempuan Kabupaten Lebak.

http://news.liputan6.com/read/2501767/duka-yuyun-dan-revisi-uu-perlindungan-anak

Perkosaan dan pelecehan seksual memang tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga negara-negara maju sekelas Amerika Serikat, Inggris maupun Jerman. Bahkan menurut laporan tahun 2014, Amerika menempati peringkat tertinggi kasus perkosaan di dunia. Sementara Inggris di peringkat 3.

http://www.wowmenariknya.com/2014/06/10-negara-dengan-tingkat-pemerkosaan.html

Namun Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim perkosaan dan pelecehan seksual tidak sepatutnya hal ini terjadi. Sebagaimana disebutkan di atas, Islam sejak awal telah memuiakan kaum hawa dan telah  mengantisipasinya dengan aturan dan hukum tertentu.

Islam adalah ajaran yang benar-benar patut diacungi jempol. Ajaran yang dibawa nabi Muhammad saw 14 abad silam ini telah mengenal metode Reward ( penghargaan) and Punishment ( hukuman), sebuah metode pendidikan dan pembelajaran yang diakui dunia internasional.

Tapi lebih hebatnya lagi Islam tidak menerapkan metode ini sebelum masyarakatnya memahami benar apa hakehat dibalik suatu permasalahan. Sebagai contoh pelarangan khamar/alkohol. Awalnya umat diberi penjelasan bahwa khamr itu mempunyai manfaat tertentu. Akan tetapi karena mudharatnya ( kekurangannya) lebih banyak dari pada manfaatnya, maka umat Islam dilarang mengkonsumsinya. Jadi pelarangan minum khamar itu bertahap, tidak serta merta.

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya”. …… “. (Terjemah QS.Al-Baqarah(2):219).

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.( Terjemah QS.Al-Maidah(5):90).

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (Terjemah QS Al-Maidah(5):91).

Demikian pula hukum perkosaan, perzinahan, pencurian dan hukum-hukum syariat lainnya. Untuk mencegah perzinahan, kaum perempuan mula-mula diperintahkan untuk menutup aurat. Selanjutnya kaum laki-laki diperintahkan agar dapat menjaga pandangan dan syahwat.  Setelah itu, larangan berkhalwat alias berdua-duan dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Atau berpacaran istilah zaman sekarang.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Terjemah QS.An-Nuur(24):30).

Selanjutnya setelah semua rambu-rambu di keluarkan, perzinahan tetap terjadi maka hukum harus dilaksanakan. Itulah hukum cambuk 100x bagi yang belum menikah atau rajam bila sudah menikah. Namun itupun tetap harus melalui proses pemeriksaan yang ketat, yaitu harus ada saksi. Demikian pula hukum pelaku perkosaan dan pelecehan seksual. Dapat dibayangkan bila perzinahan yang notebene atas dasar suka sama suka saja hukumnya begitu berat apalagi perkosaan yang sifatnya memaksa bahkan dengan ancaman kekerasan, penganiyaan dan tak jarang di akhiri dengan pembunuhan.

Masalahnya karena alasan HAM ala Barat, hukum syariat Islam dipandang sebagai hukum yang keji dan melanggar hak manusia. Tak heran bila pada akhirnya banyak orang termasuk orang Islam sendiri yang enggan menerapkan hukum terebut. Dan akibatnya inilah yang terjadi, perkosaan makin meraja-lela. Lalu dimana letak hak perempuan yang menjadi korban perkosaan? Adakah hukum Barat yang katanya meng-agungkan hak manusia itu, mampu mencegah kebiadaban tersebut? Buktinya justru Amerika dan Inggris yang menempati urutan tertinggi kejahatan tersebut.

Anehnya lagi, ketika orang telah menjadi jenuh, tiba-tiba saja hukum kebiri muncul tanpa ada yang berani memprotes bahwa hal tersebut melanggar HAM atau tidak. Sementara alkohol yang terbukti menjadi faktor utama pendorong naiknya nafsu birahi justru dibiarkan bebas diperjual belikan di pasaran. Bahkan pemda DKI memiliki saham besar di perusahaan minuman beralkohol sebagai salah satu andalan pendapatan daerah.

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/02/14215501/Kemendagri.Kenapa.Pak.Ahok.Masih.Targetkan.Pendapatan.dari.Miras.?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd

http://www.suaranews.com/2016/05/aneh-banyak-kasus-awalnya-dari-miras.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

Dengan arogan, Ahok, gubernur DKI plt, berucap tidak ada orang mati karena minum alkohol. Malah harusnya bir itu bisa dibeli cukup di toko sekelas Alfamart, ujarnya, meski ia sendiri mengaku tidak mengkonsumsinya. Yang juga penting untuk diperhatikan, Papua yang mayoritas penduduknya Kristen, demikian juga gubernurnya, bersikukuh tidak akan menuruti perintah pusat untuk mencabut perda miras.

Menjadi pertanyaan besar, sebenarnya siapakah yang bodoh dan mau dibodohi-bodohi dengan peraturan tersebut? Sungguh pantas bila para ulama berduka memiliki gubernur semacam itu meski hanya pengganti gubernur. Atau lebih tepatnya, berduka menyadari betapa bodoh dan konyolnya umat Islam yang tetap saja memujanya.

http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/04/13/93008/adian-wajar-kh-bahtiar-menangis-melihat-ahok.html#.V0ahsJF96Uk

Belum lagi dengan makin marak dan vulgarnya video porno di negri tercinta ini. Sementara dengan mudahnya pemerintah memblokir situs-situs yang mereka anggap sebagai pemicu terorisme. Dan yang lebih ajaib lagi ruu pornografi, yang diantaranya mengatur cara berpakaian perempuan, malah diprotes habis-habisan, ironisnya justru oleh kaum feminis sendiri, karena dianggap tidak menghargai budaya, seni dll.

https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Pornografi

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.( Terjemah QS. Al-Ahzab(33):59).

Akhir kata, hukum seberat apapun termasuk kebiri, bila kaum perempuan terus saja memamerkan aurat, kaum lelaki mengumbar pandangan dan syahwat, tontonan pornografi dibiarkan meraja-lela dan minuman keras berserakan, tampaknya baik perkosaan maupun pelecehan seksual tetap akan sulit dihilangkan. Dan yang paling menderita tetap kaum hawa … Na’udzubillah min dzalik …

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 26 Mei 2016.

Vien AM.

Read Full Post »

Darurat Kristenisasi

Perkembangan Kristen terpesat di dunia ada di Indonesia. 140 persen selama lima tahun. dan pemurtadan besar-besaran Muslim ada di negara Muslim terbesar di dunia, itulah Indonesia. Dua juta pertahun murtad !” .

Pernyataan tersebut diucapkan Brigjen Pol (purn) Anton Tabah, anggota Komisi Hukum dan HAM Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, saat menghadiri soft launching Badan Koordinasi Penanggulangan Penodaan Agama (Bakorpa) di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (15/4/2016).

Menurut Anton presentase penduduk Muslim di negri kita tercinta saat ini mengalami penurunan drastis. Menurut data yang dilansir, Muslim Indonesia saat ini hanya tinggal 73 persen. Bandingkan dengan tahun 1950 yang sebanyak 99 persen, 89 persen paska lengsernya Suharto dan terus menurun  sejak adanya reformasi.

http://www.nugarislurus.com/2016/04/polemik-temuan-data-2-juta-muslimin-indonesia-murtad-setiap-tahun.html

Pakar Kristenisasi kenamaan, ustad Munzir Situmorang, menegaskan kabupaten Sukabumi, Cianjur,  Ciamis dan sekitarnya sejak beberapa tahun belakangan telah menjadi target kristenisasi para misionaris. Di kabupaten Cianjur, tak jauh dari tempat wisata Taman Bunga Cipanas, berdiri sebuah tempat wisata ziarah Kristen terbesar di Asia tenggara. Di tempat ini ratusan pasien setiap hari datang untuk berobat gratis untuk kemudian dimurtadkan.

Sedangkan untuk Sumatra, ustad Munzir mendapat informasi bahwa Lampung, Jambi, Bengkulu dan Palembang  adalah daerah yang masuk target pemurtadan. Bahkan Aceh yang selama ini dikenal dengan julukan Serambi Mekah dan Sumbar yang dikenal sebagai gudangnya para ulama, tak luput dari sasaran kristenisasi ! Naudzubillah min dzalik.

Ustad asli Medan ini juga mengingatkan betapa para pemuda Muslim di negri mayoritas Muslim ini amat sangat rentan di murtadkan. Keimanan yang tipis dan pengetahuan keislaman minim adalah penyebab utamanya.

“Berapa banyak lulusan S2 luar negri namun jadi imam shalat jenazah orang-tuanya saja tidak mampu. Bahkan tidak sedikit shalat Subuh saja terlewat. Ironisnya, orang-tuanya tidak menganggap sebagai masalah serius !”, keluh ustad Munzir.

“Jangankan shalat Subuh berjamaah, cobalah tengok sekeliling bapak-ibu sekalian, adakah anak muda di ruangan ini ???  “, tanyanya lagi, getir.

Kegelisahan ustad Munzir tampaknya sangat beralasan. Benteng keimanan terkuat adalah keluarga. Sekalipun miskin, iming-iming bantuan keuangan maupun pelayanan kesehatan gratis yang menjadi ujung tombak misionaris, tapi bila keimanan kuat tentu tak mudah pemurtadan terjadi. Ironisnya, pemurtadan tak jarang dilakukan oleh umat Islam sendiri !

Bahkan belakangan muncul pula ulama-ulama NU nyleneh yang kerap membuat pernyataan menyimpang, seperti yang diakukan Said Aqil Siraj, yang belakangan terindikasi beraliansi dengan Syiah. Terakhir ia menyatakan bahwa pemimpin kafir yang baik lebih utama dari pada seorang Muslim tapi dzalim. Untuk itu ia nekad mengajak dan mempromosikan Hari Tanoe kepada para santri suatu pesantren. Di tempat tersebut konglomerat non Muslim sekaligus politikus yang dikenal kerap berpindah dari satu partai ke partai lain tersebut, disambut bak seorang ulama besar. Para santri berebut bersalaman dan mencium tangannya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim”. (Terjemah QS. Al-Maidah (5):51).

Ayat di atas menunjukkan bahwa dzalim menurut kriteria Allah swt adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Jadi bagaimana mungkin seorang Said Aqil bisa mengatakan hal yang bertolak belakang. Anehnya ia bisa berhasil kembali terpilih sebagai ketua umum PBNU meski banyak tokoh NU menolaknya. Hingga akhirnya lahir NU garis lurus untuk menunjukkan bahwa ada NU yang tidak lurus alias melenceng.

Belum lagi tokoh-tokoh JIL ( Jaringan Islam Liberal) yang dengan ringannya suka menafsirkan ayat-ayat suci Al-Quran sesukanya tanpa mengacu hadist shoheh, dan seenaknya menyamakan semua agama adalah sama. Dengan lihainya mereka bertutur bahwa Injil maupun Al-Quran sama-sama diturunkan oleh  Sang Pencipta, Allah Azza wa Jala, Tuhannya semua orang, tanpa menerangkan terjadinya penyimpangan terhadap kitab yang dibawa nabi Isa as tersebut. Tentu bagi Muslim yang cetek ilmunya terdengar mengesankan, sekaligus menyesatkan!

Ini makin membuktikan bahwa JIL dan Syiah memang bukan Islam, dan sedang berusaha menghancurkan Islam dari dalam.

Menjadi pertanyaan besar, mungkinkah JIL dan Syiah adalah bagian dari “ The Grand Design New World Order Dajjal Si Mata Satu”?? Seperti juga penyebar isu Islam adalah teroris, penggagas ISIS yang jauh dari Islam dll, yang menjadi penyebab lahirnya Islamophobia akut. Ironisnya, korbannya bukan hanya non Muslim yang tidak pernah mengenal ajaran Islam tapi juga kaum Muslimin itu sendiri. Yaitu dengan munculnya rasa tidak percaya diri terhadap ke-Islam-annya … 😦

Ntahlah, yang pasti, Kristenisasi bukan isapan jempol belaka. Para misionaris tidak main-main dengan “ Gerakan Penuaian Jiwa dan Transformasi 2005-2020”, sebuah program kristenisasi yang terdiri atas W10/40  dan W4/14. W10/40 atau Window 10/40 adalah sebuah kode untuk kawasan yang terbentang dari 10 sampai 40 derajat Lintang Utara garis Khatulistiwa. Itulah negara-negara dari Afrika Barat sampai Asia Timur. Negara-negara  mayoritas berpenduduknya Muslim ini adalah sasaran misionaris untuk pemurtadan.

( Lihat   http://misi.sabda.org/tantangan-dari-jendela-1040 ).

Sedangkan W4/14 atau Window/14 adalah rentang anak usia 4 hingga 14 tahun yang disasar misionaris untuk   digarap menjadi ujung tombak Kristenisasi. Mengapa 4 hingga 14 ? Karena itu adalah usia rentan dimana anak mudah diiming-imingi “kesenangan sesaat”. Diantaranya melalui hiburan seperti game online, mainan boneka, permen dan aneka permainan lain. Apalagi dengan kondisi saat ini dimana kedua orang-tua sibuk bekerja mencari nafkah dan mengejar karir.

Mereka menargetkan kedua program tersebut sepanjang tahun 2005-2020. Dapat dibayangkan bila sekarang saja, yaitu tahun 2016, mereka telah berhasil memurtadkan 2 juta Muslim pertahun, dan membuat persentase Muslim merosot hingga menjadi 73 persen, bagaimana pada tahun 2020 nanti ???  Alangkah mengerikannya !! Sementara kita tahu di Barat masyarakat, sebagian besar ilmuwannya pula, justru berbondong-bondong memeluk Islam.

( Lihat http://www.renunganharian.net/23-sisipan/juli-2012/349-jendela-4-14.html ).

Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan Junaidi Salat, pemeran film tahun 70-an “ Ali Topan anak jalanan” yang menikahi gadis Batak kemudian murtad dan kini menjadi pendeta. Dengan lancang ia mengatakan bahwa sebagian besar orang Islam itu bodoh hIngga dengan mudahnya bisa dimurtadkan.  Pendeta ini menyatakan bahwa gereja tempat ia berdakwah, ditargetkan menjadi gereja yang diisi seluruhnya oleh jamaah mantan Muslim.

“Mantan Muslim yang jadi jamaah saya awalnya hanya 5 orang, Sekarang sudah mencapai ratusan”, aku pendeta yang suka memalsukan ayat-ayat Quran itu, dengan bangga.

http://www.kabarmakkah.com/2016/04/inna-lillahi-pdt-junaedi-palsukan-ayat.html

https://www.youtube.com/watch?v=AOnFr1SJ1PM

Video diatas memperlihatkan bagaimana seorang murtad memurtadkan teman dan keluarganya sendiri tanpa dalil yang jelas. Naudzu’billah min dzalik …

Berikut adalah ayat 30 – 36 surat Maryam yang menunjukkan Isa as hanyalah seorang nabi seperti juga nabi Muhammad saw, nabi Musa as, nabi Ibrahim as dll.

Berkata Isa:

“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya:

“Jadilah”, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus”. 

Yang juga memprihatinkan adalah peran pemerintah yang terkesan tidak peduli terhadap fenomena ini. Salah satu contohnya adalah Fauzi Bowo. Mantan gubernur  DKI ini di akhir jabatannya malah meletakkan batu pertama pembangunan sebuah gereja raksasa seluas 6000m2 dengan kapasitas 6000 jamaah. Padahal penghuni area yang meliputi 5 kelurahan di Cipayung Jakarta Timur tersebut bukan mayoritas Kristen. Tentangan dari warga sekitar yang masih terus terjadi hingga detik ini sama sekali tidak digubris.

Bandingkan dengan apa yang terjadi di Papua ketika kaum Muslimin ingin membangun rumah ibadah meski hanya sekedar mushola, bukan masjid. Dengan beringas dengan celurit di tangan warga menghancurkan dan membakar mushola sederhana tersebut. Tidak hanya itu, bahkan Persekutuan Gereja resmi menolak adanya pembangungan masjid di Papua. Namun adakah media main stream yang menyoroti hal tersebut ? Dimana suara Komnas  HAM??

http://islamedia.id/komnas-ham-membisu-melihat-umat-islam-papua-dilarang-membangun-masjid/

Mungkin inilah saatnya para ulama dan pendakwah harus bersatu, menjauhkan perbedaan dan merekatkan persamaan. Bukan lagi saatnya mempermasalahkan perbedaan kecil apalagi hanya di cabang. Aqidah umat harus diperkuat. Dakwah harus dari segala arah, disesuaikan dengan yang didakwahi. Anak-anak muda sudah waktunya mendapat perhatian khusus, didakwahi dengan materi dan cara yang sesuai dengan perkembangan jiwa dan kebutuhan mereka. Merekalah yang kelak akan  meneruskan perjuangan dakwah yang makin lama makin berat.

Yang juga patut diingat, Islam bukan melulu agama langit yang mengabaikan kesejahteraan kehidupan dunia. Artinya zakat infak sedekah harus benar-benar mengena sasaran yaitu menghilangkan kemiskinan. Karena kemiskinan beresiko melunturkan keimanan. Oleh karenanya masjid harus dikembalikan fungsinya bukan sekedar sebagai tempat shalat tapi juga sebagai pelayanan bantuan rakyat miskin, baik untuk bantuan keuangan maupun kesehatan.

Kristenisasi lewat perut yaitu mereka yang miskin harta dan aqidah, layanan kesehatan dan anak-anak muda yang lemah iman memerlukan perlawanan dan persatuan dari seluruh komponen Islam. Islamphobia harus segera diatasi agar rasa tidak percaya diri kaum Muslimin yang imannya sejak awal memang sudah tipis tidak makin menjadi tipis bahkan pudar dan hilang.

Untuk itu diperlukan tokoh panutan demi mengembalikan rasa percaya diri mereka. Para ulama harus dapat meyakinkan umatnya perlunya mempelajari dan memperdalam ilmu agama, tidak hanya puas sebagai Islam terlahir. Pentingnya ber-akhlak mulia, menjaga silaturahmi, hormat kepada orang-tua dll.

Akhir kata, semoga Allah swt ridho menjaga kita dan keluarga kita dari fitnah akhir zaman yang sungguh mengerikan tersebut. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi kita kekuatan dan kesabaran di tengah keterasingan  seperti terasingnya para sahabat 14 abad silam, aamiin Allahumma aamiin …

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 15 Mei 2016.

Vien AM.

 

Read Full Post »

Masjid Luar Batang adalah sebuah masjid yang berada di daerah Penjaringan Pasar Ikan, Jakarta Utara. Masjid ini berdiri d atas lahan seluas 3.500 meter persegi dan memiliki 12 tiang penyangga.  Konon, nama masjid ini berasal dari kisah seorang ulama bernama Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al ‘Aydrus. Ulama ini datang dari Yaman ke Jakarta ( dahulu Batavia) untuk menyiarkan Islam pada abad 18 dalam usia yang sangat muda yaitu 20 tahun-an.

Tak lama kemudian beliau membangun sebuah surau di pelabuhan Sunda Kelapa yang ketika itu merupakan pelabuhan terbesar di pulau Jawa. Dengan berjalannya waktu suraupun makin ramai dikunjungi orang yang hendak shalat, dan akhirnya berubah menjadi masjid. Bahkan akhirnya banyak orang yang datang menetap di sekitar masjid bernama asli An-Nuur itu, hingga akhirnya terbentuklah masyarakat Muslim di lingkungan masjid tersebut.

Namun habib Husein berdakwah tidak terlalu lama, hanya 10 tahun lebih, karena pada usia sekitar 30 – 40 tahun Allah swt telah memanggilnya kembali. Ulama muda yang sejak awal dakwah telah dikenal memiliki berbagai karamah ini wafat pada tanggal 24 Juni 1756, bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 H.

Dari sinilah kisah nama Luar Batang bermula. Ketika hari pemakaman tiba, dikabarkan jasad ulama kelahiran Migrab,  dekat Hazam, Hadramaut atau Yaman tersebut “raib” alias hilang dari kurungan/keranda jenazah atau “ keluar dari kurung batang” nya. Hal ini terjadi hingga tiga kali. Akhirnya jenazah sang habibpun batal dimakamkan di pemakaman sekitar Karet yang semula direncanakan, melainkan di tempat beliau wafat yaitu di dalam masjid yang kemudian lebih dikenal dengan nama masjid “Luar Batang”.

Namun demikian menurut Yudo Sapmono (50), seorang pengurus masjid Luar  Batang, asal usul masjid  ini simpang siur. Ada yang berpendapat sejatinya jenazah akan  dikembalikan ke asalnya di Yaman. Tapi sampai di tujuan, begitu akan dikubur, jenazahnya tidak ada. Setelah diperiksa ternyata jenazah masih ada di tempatnya meninggal, maka dimakamkanlah beliau di tempatnya sekarang ini berada.

Kisah misterius inilah tampaknya yang menjadi daya tarik tersendiri hingga membuat masjid banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah bahkan kabarnya dari manca negara termasuk Belanda. Di dalam masjid ini pulalah habib Husein meng-Islamkan sejumlah orang, termasuk seorang pemuda Tionghoa yang kemudian menjadi muridnya.  KH Abdul Kadir demikian nama pemuda tersebut, dan kini makamnya dapat ditemui disamping makan habib Husein.

http://www.indoglobalnews.com/2015/02/misteri-di-balik-nama-masjid-keramat.html

Apapun alasannya, dapat ditarik kesimpulan bahwa usia masjid Luar Batang telah begitu tua dan menyatu erat dengan masyarakatnya. Masjid, apalagi di masa lalu adalah tempat berkumpulnya masyarakat utamanya kaum Muslimin.  Namun demikian masjid bukan hanya tempat shalat tapi juga tempat untuk bermusyawarah  membicarakan dan membahas berbagai hal termasuk masalah-masalah besar. Persis seperti yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat 1400 tahun silam.

Maka sungguh ironis ketika pemerintah daerah baru-baru ini tiba-tiba saja datang menggusur masyarakat daerah tersebut dengan alasan apapun, termasuk alasan tanah milik negara ataupun karena kumuh atau karena sudah tidak ada lagi ikan yang dapat ditangkap nelayan.  Lagipula menurut beberapa sumber, tanah di sekitar masjid adalah milik Belanda yang telah dihibahkan kepada sang habib, dan telah diwakafkan pula.

Alasan yang dikemukakan pemda terasa sangat mengada-ada. Kalau karena alasan kumuh, mengapa tidak diperbaiki, di tata dan diberi fasilitas yang memadai saja. Bukankah begitu tugas pemerintah daerah? Bukannya malah menggusur, dan menyulapnya menjadi kawasan bisnis mewah milik segelintir orang, orang luar pula ???

Rekaman youtube tentang pemasaran kawasan yang di pasarkan ke negri Tirai Bambu nun jauh di sana dengan bahasa mereka pula, dapat disaksikan di sini :

Ustad Bahtiar Nasir, dai kondang yang selalu gigih memperjuangkan kebenaran sangat prihatin dan kecewa atas proyek reklamasi yang sama sekali tidak berpihak kepada rakyat kecil tersebut. Dai yang dibesarkan di lingkungan Luar Batang ini menceritakan bagaimana ketika kecil dulu bersama teman-teman sekampungnya sering berjalan kaki sambil bermain di atas pasir putih dari kampungnya hingga ke Ancol. Airnya masih bersih dan jernih hingga kerang yang bertebaran di sepanjang pantai, dengan berbagai bentuknya, bisa dipungut dan dijual dengan harga cukup mahal. Ia bahkan bisa menjual air asin yang diambil dari pulau-pulau sekeliling kepada orang yang memerlukannya. Sayang semua itu kini tinggal kenangan karena tembok-tembok bangunan baik bangunan komersial maupun perumahan mewah telah menjadi penghalang penduduk setempat. Berikut uraian panjang ustad Bahtiar.

https://www.youtube.com/watch?v=6FuHjvm9XL0 UBN

Sementara ikan yang menurut pihak pemda sudah tidak ada lagi, ternyata hanya omong kosong belaka. Menko Maritim Rizal Ramli bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti beberapa waktu lalu membuktikan hal tersebut, yaitu dengan melakukan sidak ke lokasi. Kalaupun jumlahnya berkurang itu disebabkan adanya proyek reklamasi dan pembangunan perumahan mewah yang menjamur di bibir pesisir teluk Jakarta beberapa tahun terakhir ini. Selanjutnya kedua mentri juga berpesan bila reklamasi tetap akan dilanjutkan harus dipikirkan betul-betul dampak terhadap lingkungan termasuk nasib 16.855 nelayan berikut keluarganya, hutan mangrove, terumbu karang dll yang bakal terancam musnah. Ingat keberadaan monyet yang terusir lebih 13 tahun lalu karena proyek reklamasi PIK.

https://www.selasar.com/politik/ahok-monyet-dan-reklamasi-teluk-jakarta

Akan halnya dengan masjid Luar Batang, Ahok sebagai gubernur DKI memang berkali-kali menyatakan bahwa masjid bukan yang termasuk kena penggusuran. Wargalah yang akan direlokasi ke tempat yang lebih baik. Begitu kilahnya. Betulkah hanya begitu?? Tidakkah ada maksud lain di luar itu ???

Memindahkan atau membangun masjid jauh dari masyarakatnya sebenarnya bukanlah ide baru. Mari kita tengok apa yang terjadi di Barat dimana Islam adalah minoritas. Di Madrid ibukota Spanyol dan Roma ibukota Itali, sejak 10 tahun lebih berdiri masjid besar dan pusat study Islam. Hebat bukan?? Namun sayangnya masjid tersebut sepi dari jamaah, bahkan nyaris tak ada satupun penyelenggaraan shalat jamaah di masjid-masjid tersebut. Mengapa ??? Karena masjid tidak didirikan di lingkungan jamaahnya yaitu kaum Muslimin !

Dan ini bukannya tidak sengaja, karena tujuan pemerintah kedua negara tersebut memang bukan agar kaum Muslimin mudah menjalankan ajarannya. Masjid maupun Pusat Study Islam dibangun hanya sebatas simbol dan daya tarik wisata, tidak lebih dari itu. Mereka tahu persis kaum Muslimin tanpa masjid ibarat ikan tanpa air yang pastinya lama kelamaan pasti mati ! Ironisnya banyak orang yang mengaku Islam namun tidak menyadari hal ini. Atau bisa jadi orang-orang tersebut memang hanya Islam KTP, alias Muslim yang tidak pernah shalat di masjid, dan tidak merasa membutuhkannya … 😦

” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” . ( Terjemah QS. Al-Maidah(5):51).

Disamping itu,  reklamasi laut dan proyek Giant Sea Wall yang dianggarkan biayanya sebesar 500 trilyun rupiah ini dipastikan bakal membuat rakyat, warga Jakarta khususnya, kehilangan kesempatan menikmati keindahan laut anugerah Sang Khalik secara cuma-cuma.  Keindahan ini nantinya hanya akan dinikmati segelintir orang kaya raya yang mampu memiliki perumahan atau apartemen mewah, atau membayar mahal hotel lux milik para konglomerat dan taipan non pribumi negri ini. Persis Singapura saat ini yang menjadi rumah yang nyaman bagi orang-orang Cina sementara pribumi hanya menempati sudut-sudut kumuh dimana kumandang azan terlarang.

http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/tidak-ada-kumandang-adzan-di-negeri-singapura.htm

Berikut apa yang diutarakan wartawan senior Karni Ilyas.

https://kabarislamia.com/2016/04/14/karni-ilyas-warga-jakarta-tak-bisa-lagi-melihat-laut/

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan [Kiara] bahkan menuding proyek Giant Sea Wall telah menyalahi peraturan perundang-undangan karena tidak berbasis kajian lingkungan hidup strategis, analisa dampak lingkungan berikut perizinannya. Kalau diteruskan, Giant Sea Wall dinilai akan mendatangkan kerusakan hutan mangrove, terumbu karang, abrasi di pesisir, mengancam kehidupan nelayan dan sebagainya.

Muslim Muin PhD., ahli kelautan ITB melalui situs ITB.ac.id menyatakan Giant Sea Wall bukan jalan keluar mengatasi banjir dan penurunan tanah di Jakarta. Menurutnya, Giant Sea Wall justru memperparah banjir di Ibukota, mempercepat pendangkalan sungai, merusak lingkungan laut dan mengancam perikanan lokal, selain menimbulkan masalah sosial.

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 5 Mei 2016.

Vien AM.

 

Read Full Post »