Indonesia adalah negara yang kaya raya. Selain sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, gas dan lain lain, sumber daya manusianyapun tak terkira banyaknya. Indonesia saat ini tercatat sebagai Negara no 4 terbanyak penduduk di dunia. Dan sebagai negara Muslim terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 87% Muslim, sekitar 237 juta orang, kekayaan zakat, infak, sodaqoh dan wakaf di Indonesia patut diperhitungkan. Zakat sebesar 2.5 % yang merupakan kewajiban kaum Muslimin yang bila dikumpulkan dan dikelola dengan baik dan difungsikan secara maksimal tidak perlu lagi bangsa ini mengemis pinjaman ke negara lain.
Sementara wakaf yang selama ini hanya dianggap sebagai tanah wakaf untuk masjid, sebenarnya bisa digunakan untuk mendirikan fasilitas umum yang lebih besar manfaatnya untuk masyarakat luas. Saat ini Dompet Dhuafa, salah satu lembaga Amil Zakat milik masyarakat, telah membangun sarana pro dhuafa yang mencakup pendidikan seperti Sekolah Smart Ekselensia, Masjid Al-Madinah, dan RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa dan masih banyak lagi sarana serta aset wakaf Dompet Dhuafa.
Kekayaan yang terlalu jomplang dan hanya menumpuk di suatu kelompok sudah pasti akan menciptakan kesenjangan sosial yang berpotensi memicu kebencian, iri, dengki dll. Itu sebabnya ZIS ( Zakat, Infak, Sodaqoh) amat sangat diperlukan, tidak hanya sebagai hubungan dengan Tuhannya, tapi juga sebagai hubungan baik sesama manusia. Harus diingat semua perintah dan larangan Allah swt dapat dipastikan berguna baik kita sendiri, baik di dunia apalagi di akhirat nanti.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Terjemah QS.Al-Baqarah (2): 261)
Sejarah mencatat kejayaan selama 8 abad yang pernah dicapai Islam adalah karena pemimpin yang takut pada Tuhannya dan menjadikan ulama sebagai penasehat. Maka Sang Khalikpun ridho menurunkan berkah-Nya. Keberhasilan tidak hanya yang bersifat ukhrowi (ke-akhirat-an) namun juga duniawi. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, teknologi maju dan rakyat senantiasa berlomba dalam kebaikan. Kebalikan dari Barat yang ketika itu masih berada di dalam era kegelapan. Era tersebut telah berakhir sejak kejatuhan kekhalifahan Islam Turki Ustmaniyah/Ottoman pada tahun 1924. Era tersebut adalah era ke 3 yaitu era Mulkan Adlon (kerajaan yang menggigit) yang kemudian memasuki era ke 4 yang dinamakan era Mulkan Jabariyyah (kerajaan diktator).
Sejak itulah Islam mengalami keterpurukan. Penguasa negara tidak lagi peduli kepada ajaran Islam meskipun penduduknya mayoritas Islam. Mereka ini bahkan takluk dan sangat takut kepada Barat. Hukum Islam diabaikan, ulama tidak hanya tidak dihargai tapi bahkan di dzalimi. Huru-hara dan kejahatan dimana-mana, maksiat merajalela, nyanyi-nyanyian serta alat musik bahkan perzinaan, khamr dan riba menjadi hal yang lazim.
Tak ayal Islamphobia dan label terorispun dengan mudahnya disandangkan kepada umat Islam. Belum lagi hilangnya persaudaraan Islam yang merupakan kekuatan yang sangat ditakuti musuh-musuh Islam. Isu toleransi dan demokrasi yang sejatinya sesuatu yang baik dan sah-sah saja dijadikan alat sebagai alat adu domba untuk memecah persaudaaran tersebut.
Kita juga jauh tertinggal dalam segala hal dibanding Barat yang telah berhasil belajar dari keberhasilan Islam di masa lalu, dan membalikkan keadaan. Ketertinggalan tersebut juga termasuk dalam hal akhlak seperti kedisiplin, kebersihan dll.
Namun sejak terjadinya Aksi Bela Islam 212 pada 2 Desember 2016 yang berlangsung rapi, bersih, tertib dan aman, perlahan umat mulai menyadari kekurangan-kekurangan tersebut. Umat mulai merasakan pentingnya menerapkan isi Al-Quran dan hadist dalam kehidupan sehari-hari, perlunya persatuan dan persaudaraan, serta mandiri tidak tergantung kepada pihak lain.
Adakah ini pertanda kebangkitan umat yang telah diprediksi sebagai tanda datangnya akhir zaman, masa kembalinya kejayaan khilafah yang sangat ditakuti pemegang kekuasaan saat ini?? Apalagi semua tanda-tanda kecil datangnya hari Kiamat telah bermunculan hari demi hari. Gempa yang terus bermunculan susul menyusul di seantero jagad adalah salah satunya. Dan ini akan terus terjadi hingga puncaknya munculah tanda-tanda kiamat besar, seperti Dajjal, Nabi Isa ‘Alaihis Salam dan Ya’juj Ma’juj.
Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a, berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Masa kenabian itu berada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang sombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam,”(H.R Ahmad).
Hadist diatas menunjukan bahwa Akhir Zaman akan melalui 5 masa, yaitu:
1.Masa kenabian.
2.Masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khulafahur Rasyidin)
3.Masa kerajaan yang menggigit (Mulkan Adlon)
4.Masa kerajaan diktator (Mulkan Jabariyyah)
5.Masa kembali pada Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah
http://faseakhirzaman.blogspot.com/2016/09/5-fase-akhir-zaman-berdasarkan-hadist.html
Tanda-tanda kebangkitan Islam tidak hanya terasa di negri kita tercinta Indonesia. Hukum-hukum Islam mulai diterapkan di beberapa negara, bahkan yang bukan mayoritas Islam. Termasuk juga perbankan syariah yang mulai merambah Barat.
Berikut jawaban Rasulullah Muhammad SAW atas pertanyaan khalifah Umar bin Khattab yang bermaksud mewakafkan tanahnya di Khaibar. “Jika engkau suka tahanlah pangkalnya dan sedekahkan hasilnya”. Ini menyiratkan, harta yang diwakafkan itu perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat menyejahterakan orang yang membutuhkan.
Di Amerika Serikat misalnya, Muslim di negara tersebut telah berhasil mengembangkan wakaf yang ada secara produktif. Awalnya mereka memang mengandalkan bantuan dana dari negara-negara Timur Tengah. Namun sejak tahun 1990 terutama setelah Perang Teluk yang menghabiskan dana yang tidak sedikit, mereka mulai mandiri. Sementara di Indonesia wakaf yang jumlahnya cukup banyak itu, belakangan ini mulai dikelola secara produktif.
Demikian pula halnya dengan dana haji yang sempat heboh karena akan digunakan pemerintah untuk keperluan infrastuktur. Umat dijamin sebetulnya tidak akan keberatan dana tersebut digunakan untuk kepentingan umum tidak hanya kepentingan khusus umat Islam seperti masjid atau pondok pesantren misalnya. Tapi juga sekolah, rumah sakit bahkan jalanan, perumahan, apartemen, pertokoan dll sebagainya. Yang dengan demikian tidak perlu lagi negara ini berhutang kepada pihak atau negara lain hingga menyebabkan kita berhutang budi, atau terpaksa menggadaikan asset negara. Dengan syarat pemerintah benar-benar menunjukkan keberpihakan pada umat, tidak semena-mena terhadap ulama dan rakyat kecil yang mayoritas Islam itu. Dan tentu saja tidak mengganggu jadwal keberangkatan para pemilik tabungan haji.
Memang tidak semudah membalik tangan, perjuangan masih panjang dan berliku. Fitnah Dajjal dan kekejaman Ya’juj Ma’juj yang dalam hadist digambarkan sebagai suatu bangsa bermata sipit berhidung pesek harus kita hadapi.
Indonesia memiliki sejumlah permasalahan serius seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, keterbelakangan, korupsi yang merajalela, dan pengelolaan sumber daya alam yang buruk. Berdasarkan data Global Wealth Report tahun 2016, Indonesia menduduki urutan ke-4 sebagai negara paling timpang di dunia, dimana 1 persen orang terkaya menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Di dalam urusan membaca pun Indonesia menempati posisi buncit. Dari 61 negara yang disurvei oleh Central Connecticut State University di New Britain dari tahun 2003 sampai 2014, Indonesia menempati posisi ke-60 atau nomer dua dari belakang terkait dengan minat baca masyarakat. Dalam hal korupsi, Indonesia menempati urutan ke-90 dari 176 negara yang disurvei oleh Transparancy International dalam data Indeks Persepsi Korupsi.
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. ( Terjemah QS. Al-Hasyr(59:7).
Namun kita harus optimis, dengan adanya kesadaran persatuan persaudaraan Islam, pentingnya menerapkan ajaran Islam serta tidak mau lagi tergantung kepada pihak lain, adalah merupakan kunci awal menuju kembalinya kejayaan Islam, Islam yang rahmatan lilalamiiin, yang mengayomi semua rakyatnya apapun agama, kepercayaan, ras dan sukunya, dengan izin dan ridho Allah swt.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 13 Juni 2019.
Vien AM.
Leave a Reply