Sebuah video ceramah UAS ( Ustad Abdul Somad) di sebuah masjid di Pekanbaru 3 tahun silam tiba-tiba menjadi viral. Ini disebabkan sejumlah mahasiswa yang mengaku wakil dari sebuah organisasi mahasiswa Kristen melaporkan UAS kepada pihak kepolisian atas tuduhan penistaan agama, dengan video tersebut sebagai alat bukti. Ada apakah gerangan, mengapa setelah 3 tahun berlalu baru dilaporkan??
Rupanya video tersebut berisi jawaban UAS tentang salib yang ditanyakan seorang jamaah. Yaitu bahwa salib adalah jin kafir. Persis seperti ayat 73 surat Al-Maidah berikut:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
Tidak ada yang salah apa yang dikatakan ustad asal Riau yang meraih gelar Lc di universitas Al-Azhar Cairo dan master di bidang hadist di sebuah universitas Rabbat Maroko tersebut. Laporan penistaan agama yang dituduhkan kepadanya sama sekali tak berdasar. Apalagi bila kemudian ada yang menyamakan hal tersebut dengan apa yang dilakukan Ahok.
Seperti yang kita ketahui, mantan wakil gubernur DKI era Jokowi yang kemudian menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi RI1 tersebut telah divonis bersalah dan masuk bui karena penistaan agama. Ketika itu ia mengatakan bahwa umat Islam telah dibohongi ayat 51 surat Al-Maidah berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
UAS, walau bagaimanapun adalah seorang uztad/ulama yang tugasnya adalah berdakwah, mengajak dan mengajarkan keyakinan agamanya yaitu Islam. Termasuk juga menjawab pertanyaan jamaah yang mungkin masih ragu dengan agamanya, atau ingin membandingkannya dengan ajaran agama lain.
Selain itu UAS berceramah di dalam masjid, rumah ibadah umat Islam, bukan di tempat umum, bukan di depan umat agama lain. Anehnya lagi peristiwa tersebut terjadi 3 tahun yang lalu. Mengapa baru sekarang dipermasalahkan??
Sememtara Ahok adalah seorang pejabat umum, pemimpin daerah khusus ibu kota yang mayoritas penduduknya Muslim. Ia berbicara di depan anak buahnya yang agama dan keyakinannya beragam, di tempat umum pula, bukan di rumah ibadahnya.
Namun itulah skenario Sang Pencipta. Bila paska hebohnya kasus Ahok ayat 51 surat Al-Maidah menjadi populer, maka kini giliran ayat 73 surat Al-Maidah yang tiba-tiba dengan mudahnya di posting orang. Padahal ayat ini jauh lebih sensitif dari ayat 51 Al-Maidah.
Ayat ini dengan tegas menyebut kafir orang yang mengatakan Allah adalah satu dari Tuhan yang tiga. Padahal sebelumnya tidak banyak orang yang berani terang-terangan menyatakan ayat tersebut. Tuduhan intoleransi yang selama ini sering dialamatkan kepada kaum Muslimin jelas sesuatu yang mengada-ada.
Sejarah mencatat betapa non Muslim yang menempati negara mayoritas Muslim hampir selalu bebas menjalankan ajaran mereka. Sebaliknya Muslim yang bertempat tinggal di negara minoritas Muslim nyaris selalu sulit menjalankan ajaran agamanya.
Perancis contohnya, Hari Raya Iedul Fitri yang merupakan hari terbesar umat Islam tidak tercatat di kalender mereka. Apalagi hari-hari besar lainnya. Sementara di Indonesia hari-hari besar semua agama tercatat dengan baik di kalender, bahkan sebagai penghormatan hari-hari tersebut tercatat sebagai tanggal merah, alias diliburkan.
Tak heran paska pelaporan UAS jumlah orang yang bersyahadat malah meningkat. Ini mengingatkan prediksi Rasululah saw bahwa di akhir zaman nanti akan banyak pengikut nabi Isa as yang menyadari kesalahan dan kekhilafan mereka bahwa nabi Isa as atau Yesus adalah anak Tuhan.
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya dan Kami jadikan Dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.” (Terjemah QS.Az-Zukhruf (43):59).
Sebaliknya umat Islam yang tampaknya banyak jumlahnya itu ternyata hanya bagaikan buih yang tidak berguna bagi kemajuan Islam. Mereka berprilaku bagai musuh dalam selimut yang suka mengolok-ngolok, menghina dan memojokkan ulama bahkan ajarannya sendiri.
Na’udzubillah min dzalik … Semoga kita dan keluarga yang kita cintai bukan termasuk golongan buih seperti dimaksud hadist berikut :
Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Disamping itu mungkin itu adalah peringatan Allah swt agar umat berdakwah secara total dan terbuka, tidak memilah dan memilih ayat sesuai selera dan keinginan sendiri. Jangan dengan dalih toleransi, HAM dll kita menjadi kecil dan lemah. Padahal yang demikian justru kita makin diinjak dan pertolongan Allah pun menjauh.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Terjemah QS.Al-Hijir [15]: 94).
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 31 Agustus 2019.
Vien AM.
Leave a Reply