“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, (Terjemah QS. Al-Baqarah (2):183).
Tak terasa bulan suci Ramadhan, bulan dimana Allah swt perintahkan umat Islam agar berpuasa, telah tiba. Berpuluh tahun sudah kita menjalani bulan suci tersebut. Pertanyaannya adakah puasa kita dari tahun ke tahun ada peningkatan kwalitas? Atau sama saja? Atau bahkan lebih buruk???
KH Musthofa Bisri (Gus Mus) dalam artikel berjudul “Keistimewaan Bulan Ramadhan” menyebut puasa berasal dari bahasa Sansekerta yakni upavasa. Upa berarti dekat dan vasa/wasa berarti yang maha agung. Jadi upavasa artinya mendekatkan diri kepada Yang Maha Agung.
Hampir semua agama memang mempunyai perintah berpuasa. Tapi hanya Islam yang mewajibkan umatnya berpuasa selama 1 bulan penuh yaitu di bulan Ramadhan. Bulan di mana pertama kali diturunkan ayat suci Al-Quran. Itulah ayat 1 – 5 surat Al-‘Alaq. Ayat ini adalah ayat perintah agar membaca. Menandakan betapa pentingnya membaca. Kita semua pasti tahu membaca adalah bagian terpenting dalam menuntut ilmu agar orang menjadi pandai. Uniknya dalam Islam, pandai adalah minimal mengetahui bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah subhanallahu wa Ta’ala.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Dalam bahasa Arab, puasa adalah shaum/shiyam (shaamu – yashuumu) yang berarti menahan. Meski demikian ada perbedaan mencolok antara shaum dan shiyam. Shaum adalah menahan bicara atau berpuasa dalam arti menahan makan dan minum sedangkan shiyam menahan makan, minum, syahwat dan hal-hal yang tidak disukai Allah swt dengan niat untuk mendekatkan diri pada Allah swt. Itu sebabnya perintah berpuasa dalam ayat 183 surat Al-Baqarah di atas menggunakan kata shiyam bukan shaum.
Ibadah puasa mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lain seperti sedekah, haji dan lainnya, bahkan shalat. Ini berdasarkan hadist qudsi berikut:
“Setiap amal perbuatan manusia demi dirinya sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.”
Dengan demikian sungguh tinggi nilai puasa di hadapan Allh swt. Apalagi puasa Ramadhan. Untuk itu sungguh rugi orang yang memasuki bulan Ramadhan berpuasa tapi tidak secara sungguh-sungguh. Berpuasa hanya sekedar menahan lapar, haus dan syahwat.
Ramadhan adalah bulan dimana semua amal ibadah dilipat gandakan pahalanya. Ibaratnya adalah seperti toko yang mengobral barang-barang bermutu alias SALE yang biasanya diburu terutama kaum perempuan.
Maka bila obral saja diburu tidakkah Ramadhan lebih lagi?? Mari di bulan suci ini kita berlomba dalam mengerjaan ibadah, tidak hanya puasanya tapi juga dalam tilawah (membaca Al-Quran), mengkhatamkan dan menghafalnya, shalat Tarawih dan Witir, sedekah/infak, sodaqoh, dll. Jangan lupa juga untuk terus mendoakan dan membantu saudara-saudari kita di Palestina terutama Gaza yang hingga detik ini masih dalam kesulitan memenangkan pertempuran melawan Zionis Israel terkutuk. Mari kita memulainya dengan hati yang bersih, dengan saling memaafkan.
Mari kita dekatkan diri kepada Allah Azza wa Jala agar Ia mencintai kita hingga ridho memudahkan segala urusan kita dan kelak memasukkan kita kedalam syurga-Nya yang indah memukau, dalam keadaan mata yang terbuka lebar sebagaimana Allah telah memberi kita mata yang dapat melihat di dunia. Syurga yang Rasulullah gambarkan keindahannya tidak pernah ada di dunia ini bahkan terlintaspun tidak, sebagaimana hadist berikut:
“Allah SWT berfirman: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia untuk hamba-hamba-Ku yang saleh.” (HR. Muslim)
Sedangkan buta yang dimaksud dalam ayat-ayat berikut bukan mata fisik yang buta melainkan hati yang buta. Mengapa demikian?? Karena matanya tidak digunakan untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang merupakan firman Allah sebagaimana perintah-Nya di awal turunnya Al-Quranul Karim di bulan Ramadhan. Nau’udzubillah min dzalik …
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada”. (Terjemah QS Al-Hajj (22):46).
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”(Terjemah QS Al-Isra’ (17):72).
Wallahu ‘alam bish shawwab.
Jakarta, 10 Maret 2024/ 29 Sya’ban 1445 H.
Vien AM.
Leave a comment