Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Akhlak’ Category

Pengakuan para tawanan Israel mengenai bagaimana pasukan Hamas memperlakukan mereka selama dalan tahanan juga menambah kekaguman Barat. Melalui video dan media social terlihat jelas kehangatan sikap para tawanan terhadap orang-orang yang menyandera mereka. Tampak aneh tapi begitulah kenyataanya.

Menurut Globe Eye News, jumlah orang yang memeluk Islam di Eropa meningkat hingga 400% sejak dimulainya serangan dan genosida oleh Zionis di Jalur Gaza, Palestina. Diawali oleh rasa penasaran akan keteguhan dan ketabahan warga Gaza dalam menghadapi kekejaman tentara penjajah Israel yang sudah sangat kelewatan, banyak orang Barat yang mulai tertarik dengan ajaran Islam kemudian membaca terjemah Al-Quran, mencoba memahami dan akhirnya bersyahadat.

Berikut adalah pengakuan seorang mantan prajurit perempuan Israel melalui wawancara berdurasi 8 menit,  “Salah satu hal yang paling mengguncang saya adalah ketika mereka mengatakan:“Kami takut kepada Allah, itulah mengapa kami tidak akan menyakiti kalian!”

“Saya terkejut, bagaimana mungkin musuh yang berperang melawan kami bisa mengatakan hal seperti itu? Saya mulai bertanya, dan mereka menjelaskan bahwa dalam Islam, mereka percaya bahwa Allah mengawasi semua perbuatan manusia dan akan meminta pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang dilakukan, bahkan terhadap musuh sekalipun. Seiring waktu, rasa takut saya berubah menjadi keingin-tahuan”.

Prajurit Israel Masuk Islam Karena Akhlak Mulia Pejuang Palestina

Kesaksian juga datang dari Wilhelmi Massay, seorang perawat Amerika yang datang ke Gaza dengan tujuan membantu meringankan penderitaan rakyat Gaza.     Bersama empat relawan medis Amerika lainnya mereka bertugas di Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan dan di Rumah Sakit Indonesia di utara.

“Bayangkan seorang ayah atau ibu menggendong kedua anaknya di dalam kantong plastik setelah Israel mengebom anak tersebut, dan mereka masih berkata, ‘Alhamdulillah!’ Itulah iman,” kata Massay, dalam sebuah podcast dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (18/3/2025).

Masai menggambarkan hal tersebut sebagai sebuah keyakinan yang “tidak dapat dibom oleh Israel.”

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7828905/perawat-as-masuk-islam-usai-lihat-keimanan-warga-gaza

Tak dapat dipungkiri skenario Allah swt tidak pernah salah dan selalu ada hikmah dibalik segala peristiwa. Islam pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia dan tidak akan pernah terhenti oleh apa dan siapapun. Ajaran suci yang dibawa dan diperkenalkan oeh nabi besar Muhammad saw 15 abad silam tersebut akan selalu sesuai dengan hati nurani manusia hingga hari Kiamat nanti. Ahlak mulia dibawah syariat islam itulah inti ajaran Islam. Dan ini langsung dicontohkan Rasulullah saw sebagaimana ayat 21 surat Al-Ahzab berikut,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.    

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. [HR. Al-Bukhari].

Aisyah berkata: “Akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Al-Quran”. [HR. Muslim no.746].

Sayangnya saat ini tidak sedikit kaum Muslimin yang lupa hal tersebut. Generasi muda bahkan lebih memilih artis Barat dan Korea sebagai idola daripada nabi mereka sendiri. Sementara para pejabat hidup bermewah-mewahan dan tanpa malu memamerkan kekayaan yang didapat dari hasil korupsi tersebut. Sebaliknya tak sedikit pula orang yang berlomba dalam berbagai kebaikan seperti menghafal ayat-ayat suci Al-Quran, membangun masjid, banyak sedekah, itikaf dan lain-lain tapi tidak memperbaiki ahlak buruk mereka seperti riya, sombong, kasar dan sebagainya.

Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah(2):263).

Rasulullah adalah seorang yang penyayang. Tentu kita sering mendengar kisah Rasululah dan seorang lelaki Yahudi tua buta. Hampir setiap hari Rasulullah menyempatkan diri menyuapinya padahal setiap kali itu pula si lelaki buta mengumpati Rasulullah. Ia baru tahu tahu bahwa orang yang menyuapinya dengan lembut itu adalah nabi besar Muhammad saw seteah Rasululah wafat.  

Banyak ayat-ayat Al-Quran yang memberitahukan ciri-ciri hamba-hamba Allah yang penyayang ( Ibadur Rahman), diantaranya adalah ayat 63-68 surat Al-Furqon berikut,

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.

Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.

Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”.

Dengan kata lain, Islam adalah ajaran yang tidak semata bersifat ke-akhirat-an (hubungan dengan Allah / hablu min Allah ) tapi juga keduniawian ( hubungan dengan sesama manusia/hablu min naas). Islam bukan hanya sekedar ritual ibadah seperti shalat dan puasa namun juga akhlak yang  baik. 

Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Yaitu mereka yang banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya.” (HR. Ahmad no. 17077).

“Wahai Abu Hurairah, seyogyanya anda untuk berperilaku baik (husnul khuluq).”Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apakah husnul khuluq itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Anda menyambung (tali persaudaraan kepada) orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, dan anda memaafkan (kesalahan atas) orang yang menzalimimu, dan anda memberi orang yang enggan memberi kepadamu”. (HR.Al-Baihaqi).

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 21 November 2025.

Vien AM.

Read Full Post »

Disebutkan oleh Abu Sa‘id al-Khudri, pada suatu hari, Rasulullah saw masuk ke masjid. Ternyata di sana sudah ada seorang laki-laki Anshar yang bernama Abu Umamah. Beliau kemudian menyapanya: “Hai Abu Umamah, ada apa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?”. Abu Umamah menjawab : “Kebingungan dan hutang-hutangku yang membuatku (begini), ya Rasul”.

Rasulullah kembali bertanya: “Maukah kamu jika aku ajarkan suatu bacaan yang jika kamu membacanya, Allah akan menghapuskan kebingunganmu dan memberi kemampuan melunasi hutang?” 

Umamah menjawab : “Tentu, ya Rasul”. Nabi pun menyatakan: “Jika memasuki waktu pagi dan sore hari, maka bacalah:

Allâhumma innî a‘ûdzu bika minal hammi wal hazan. Wa a‘ûdzu bika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a‘ûdzu bika minal jubni wal bukhl. Wa a‘ûdzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijâl “ 

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.  

Abu Umamah lalu menuturkan: “Setelah aku mengamalkan doa itu, Allah benar-benar menghilangkan kebingunganku dan memberi kemampuan melunasi hutangku”.

Bingung, sedih, lemah, malas, takut, kikir, lilitan hutang dan tekanan manusia lain adalah 8 perkara tidak menyenangkan tapi sering dialami manusia. Namun demikian bagi seorang Muslim yang baik, tidak sepatutnya perasaan dan sikap yang seperti itu dipelihara. Muslim yang baik harus kuat, tabah dan sabar menghadapi segala cobaan. 

Karenanya tak heran bila kemudian Rasulullah mengajarkan doa yang tidak khusus hanya untuk Abu Umamah namun juga berlaku untuk semua umatnya. Doa sejatinya adalah senjata kaum Muslimin yang paling ampuh dalam menghadapi segala masalah. Allah swt memasukkan orang yang tidak mau memohon doa padaNya sebagai orang yang sombong dan tempatnya adalah neraka Jahanam.

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Terjemah QS. Ghafir (40):60).

Hidup adalah cobaan, ujian dari Sang Pencipta sebagaimana ayat 155 surat Al-Baqarah “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan”.

Allah swt menguji manusia untuk mengetahui mana hamba-Nya yang sabar dan takwa mana yang tidak. Ialah yang menganugerahkan hidayah, rezeki, jodoh, keturunan dll kepada siapa yang Ia kehendaki. Namun manusia wajib berusaha untuk menggapainya. Al-Quran secara tegas memerintahkan manusia untuk aktif dan produktif dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut guna menghindari waktu luang yang umumnya kerap diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Menghidari waktu luang bukan berarti menghilangkan porsi istirahat setelah mengisi hari dengan ibadah, bekerja, belajar, dan kegiatan lainnya.

Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (Terjemah QS. Al-Insyirah (94):7).

Buya Hamka melalui Tafsir Al-Azhar, beliau menjelaskan bahwa Allah mengingatkan pada Rasulullah saw dan umatnya untuk tidak cepat berpuas hati dengan hasil usahanya. Oleh karenanya, apabila seseorang telah selesai suatu urusan (urusan dunia serta kesibukannya) maka segera mengerjakan urusan yang lain. Inilah yang akan menjadikan orang menjadi kuat, tidak lemah dan tidak mudah mengeluh.

Allah swt sangat membenci orang malas hingga bisa jadi rezekinyapun Ia batasi. Akibatnya orang bersangkutan susah hidupnya sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Maka dalam keadaan galau, sedih, takut dan kikir karena memang tidak memiliki apapun, ia terjebak dalam hutang.

Dan ketika akhirnya hutang melilitnya apapun terpaksa dilakukan. Tergadai sudah nyawanya. Hilanglah kemerdekaan dirinya padahal kemerdekaan adalah hal terpenting dalam hidup. Inilah yang dimaksud “min qahrir rijâl” ( dari tekanan orang) pada akhir doa yang diajarkan Rasulullah di atas, yaitu orang yang memberinya hutang dengan tujuan memeras.

Ini pula salah satu penyebab penderitaan berkepanjangan rakyat Palestina, Gaza khususnya, hingga detik ini. Negara-negara Timur Tengah tetangga Palestina seperti Yordania, Mesir, Arab Saudi dll, tak mampu berbuat banyak untuk menolong saudaranya yang terdzalimi, adalah akibat tersandera hutang dan kepentingan politik Israel dan Amerika Serikat.

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Tangan diatas maksudnya adalah memberi, sedangkan tangan dibawah adalah meminta.

Selanjutnya pada ayat 8 surat Al-Insyirah “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” menunjukkan bahwa manusia hanya bisa berusaha sedangkan hasilnya adalah milik Allah swt.

Artinya, bila setelah berusaha maksimal hasilnya tidak sesuai keinginan tidak sepatutnya seorang Muslim menjadi kecewa, galau, sedih berkepanjangan apalagi sampai putus asa dan bunuh diri.

Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi harta karena Allah, menahan harta karena Allah, maka telah sempurna imannya”. (HR. Abu Daud no.4681, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril alaihi salam seraya berseru: “Hai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah ia!”’

Rasulullah bersabda: “Akhirnya orang tersebut pun dicintai Jibril. Setelah itu, Jibril berseru di atas langit; “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah ia!  Kemudian para penghuni langit pun mulai mencintainya pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setelah itu para penghuni bumi juga mencintainya”.

Sebaliknya, apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril dan berseru kepadanya: “Sesungguhnya Aku membenci si fulan. Oleh karena itu, bencilah ia”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Lalu malaikat Jibril berseru di langit; “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci si fulan. OIeh karena bencilah ia!“. Kemudian para penghuni langit membencinya. Setelah itu para penghuni dan penduduk bumi juga membencinya.

Dua hadist diatas menunjukkan betapa cinta dan benci Allah swt kepada seorang hamba akan sangat mempengaruhi cinta dan benci manusia kepada kita. Oleh sebab itu jangan pernah berharap pada manusia, berharap pada imbalannya. Lakukan semua perintahNya, jauhi segala laranganNya sesuai apa yang dicontohkan Rasulullah saw, maka kebahagiaan dunia dan akhiratpun kita raih.

Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat“. ( Terjemah QS. Ali Imran(3):132).

Sekecil apapun amal kebaikan kita Allah swt pasti akan melihat dan membalasnya sebagaimana ayat 7 dan 8 surat Al-Zalzalah, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(Terjemah QS.Al.Qashash (28):77).

Wallahu’alam bi shawwab. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin.

Jakarta, 24 Agustus 2025, 29 Rabi’ul Awal 1446 H.

Vien AM.

Read Full Post »

Sering kali orang beranggapan bahwa nikmat tertinggi dalam hidup adalah sehat, apalagi ketika seseorang dalam keadaan sakit, apapun sakitnya, bahkan ketika hanya terserang flue batuk pilek ataupun sakit gigi, apalagi sakit parah yang macamnya makin hari makin beragam.

Akan tetapi dalam keadaan normal dan sehat, orang baru menyadari bahwa rasa aman ternyata lebih tinggi tingkatannya daripada sehat. Lingkungan yang tidak aman membuat orang tidak nyaman meski ia sehat. Sedangkan orang yang sedang sakit ketika datang penjahat atau kebakaran tanpa sadar pasti akan berusaha lari menghindar.

Tak jarang orang yang sehat tiba-tiba menjadi sakit akibat rasa takut yang menderanya. Sebaliknya orang yang sedang sakit tapi hatinya tenang lebih cepat sembuh dari pada yang hatinya tidak tenang dan ketakutan.

Maka tak heran demi mendapatkan rasa aman orang rela membayar mahal satpam, memasang cctv, memelihara anjing dll. Meski ternyata semua itu tidak menjamin yang bersangkutan menjadi tenang dan bebas dari rasa takut dan khawatir. Mengapa demikian?? Banyak penyebabnya, bisa jadi satpam bekerja sama alias kongkalikong dengan si penjahat, cctv rusak atau dirusak, anjing diracun dsbnya. Tak sedikit cerita bahwa makin canggih penjagaan makin tinggi pula derajat ketakutan seseorang. Ada apakah gerangan???

Mari kita tengok Gaza. Wilayah kantong di Palestina ini adalah contoh ekstrim situasi super mencekam dan sangat mengerikan di abad ini. Betapa tidak, selama hampir 2 tahun terakhir ini setiap hari siang malam mereka dihujani bom.  Tapi takutkah mereka?? Mengapa mereka bisa memilih tetap bertahan di tanah yang sarat reruntuhan puing bangunan dimana makanan dan air bersih sulit didapat?? Tanah dimana tidak ada satupun tempat aman dari incaran bom tentara penjajah Israel yang secara kejam menteror mereka.

“ Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. ( Terjemah QS. Al-Isra (17):1).

Ayat di atas itulah salah satu penyebabnya. Tanah Palestina dimana berdiri didalamnya Masjidil Aqsho, sebagaimana janji Allah swt sebagai satu-satunya pencipta manusia, langit bumi dan segala isinya, adalah tanah yang diberkahi. Disanalah ladang pahala berlimpah ruah dengan surga sebagai balasannya. Itu sebabnya rakyat Palestina rela berkorban dan berjuang mempertahankan tanah air mereka seberat apapun tekanan terhadap mereka.

Rakyat Palestina adalah hamba-hamba pilihan Allah yang mendapat hak sekaligus tugas untuk menjaga kesucian Masjidil Aqsho, kiblat pertama umat Islam. Tingkat keimanan yang begitu tinggi memberi mereka keyakinan bahwa dunia hanyalah cobaan dan kampung akhirat adalah tujuan utama. Segala kesedihan, ketakutan, kelaparan, kesakitan di dunia tidak ada apa-apanya dibanding kepedihan akhirat yaitu neraka jahanam.

Jaminan keamanan di akhirat inilah yang membuat mereka tegar menghadapi segala cobaan maha berat tersebut.  Itulah nikmat terbesar manusia yang sayangnya hanya sedikit manusia menyadarinya. Meski tidak berarti kita, umat Islam yang tinggal di luar tanah Palestina, boleh hanya diam pasrah menyaksikan penderitaan saudara/i kita tersebut. Karena sejatinya Allah swt sedang menguji kita bagaimana reaksi kita ketika saudara/i seiman mengalami ujian maha berat.

Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685).

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari kedua hadist diatas jelas bahwa seorang Muslim tidak cukup sekedar ikut merasakan penderitaan saudaranya tapi bahkan dianggap memiliki iman yang tidak sempurna bila hanya diam melihat saudara/i didzalimi. Apalagi para pemimpin yang sejatinya memiliki kemampuan untuk menyerukan jihad melawan kedzaliman. Jihad adalah senjata ampuh kaum Muslimin yang paling ditakuti musuh-musuh Islam. Tak heran bila musuh-musuh Islam tersebut sering mengecam jihad dan memojokkan pelakunya.  

Lagi pula janji keamanan dari Allah bagi orang beriman dan beramal salih sebenarnya bukan hanya untuk kehidupan akhirat tapi juga kehidupan di dunia sebagaimana firman-Nya dalam ayat 55 surat An-Nur berikut,

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku”. 

Itulah yang terjadi pada masa kejayaan Islam di abad 7-18 sebelum jatuhnya kesultanan  Turki Ustmani yang berkedudukan pusat di Istambul paska PD I. Pada masa keemasan tersebut umat Islam bersatu, saling mengasihi, menyayangi dan bantu membantu hingga terbentuklah masyarakat yang kokoh. Hukum-hukum Islam ditegakkan dengan sangat baik termasuk hukum riba yang saat ini justru marak terjadi di Negara-negara mayoritas Muslim. Pada zaman itu musuh-musuh Islam yang notabene orang-orang kafir takut dan tidak berani menentang dominasi Islam.

“ Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim”. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):151).

Berkat jaminan keamanan inilah seorang hamba terbebas dari rasa takut dan khawatir dari mahluk lain selain Allah Azza wa Jala, hingga dengan demikian mampu beribadah memenuhi perintah Tuhannya dengan tenang dan sempurna. Demikian pula keamanan lingkungan yang mampu membuahkan ketenangan jiwa, ketentraman batin, kebahagiaan serta kedamaian hati.

“Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun janji Allah tersebut tidak berlaku bagi orang beriman yang suka mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman/kesyirikan. Orang beriman yang meyakini keberadaan satpam, pengawasan cctv, penjagaan anjing dll adalah sumber keamanan yang mereka rasakan adalah contohnya. Allah swt akan menyelipkan rasa was-was yang terus menghantui mereka.

Sebaliknya orang beriman yang tidak mencampuradukkan iman dengan kezaliman/kesyirikan, akan mendapatkan jaminan keamanan karena ridho-Nya. Bukan berarti mereka tidak berusaha meraih keamanan tapi usahanya tersebut adalah bagian dari niat mencari ridho Allah swt. Untuk itu mereka akan mendapatkan rasa aman serta mendapatkan petunjuk di dunia maupun di akhirat. Di dunia, mereka akan mendapatkan keamanan berupa ketenangan hati, sedangkan di akhirat mereka akan bebas dari api neraka.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang berhak mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang berhak mendapatkan petunjuk.” (Terjemah QS. Al An’am(6): 82).

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, Allah Ta’ala menurunkan untuk umatku dua jaminan keamanan.”

Beliau kemudian membacakan ayat, “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan engkau (wahai Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun (beristighfar).” (Terjemah QS.Al-Anfâl(8):33).

Maka, sambung Rasulullah saw, “Jika aku sudah tiada, aku telah meninggalkan istighfar di tengah-tengah mereka sampai hari Kiamat.” (HR At-Tirmidzi)

Dengan demikian, agar hidup kita terjamin aman, hadirkanlah Rasulullah saw dalam keseharian kita, yaitu dengan membanyak shalawat kepadanya, menjaga dan menghidupkan sunnahnya, serta memperbanyak istighfar (memohon ampunan) kepada-Nya. Sungguh, inilah dua kunci keselamatan sekaligus kebahagiaan seorang Muslim.

Wallahu’alam bishawwab.

Jakarta, 7 Juni 2025.

Vien AM.

Read Full Post »

Tanpa banyak tanya, Uwais menunjukkan lengannya ketika Umar, sang khalifah memintanya.  Tanpa diduga, Umarpun langsung memeluknya begitu menyaksikan lengan bertanda tersebut, seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan Nabi dan kucari-cari selama ini. Berdoalah dan mintakanlah aku ampunan dari Allah.”

“Wahai Amirul Mukminiin, apakah aku harus memohon supaya engkau diampuni?”, tanya Quwais keheranan. “Benar”, tukas Umar.

Pertanyaannya, siapa Uwais Al-Qarni ini hingga namanya disebut oleh Nabi dan seorang khalifah sekaliber Umar bin Khattabpun mencari-carinya demi memohon doa darinya?

Dikisahkan dari hadis Riwayat Muslim dari Ishak bin Ibrahim, pada zaman hidup Rasulullah SAW, hidup seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Pemuda fakir dan yatim ini tinggal di negeri Yaman, bersama ibunya yang lumpuh dan buta.

Uwais Al-Qarni bekerja sebagai seorang penggembala domba. Hasil usahanya hanya cukup untuk makan ibunya sehari-hari. Bila ada kelebihan ia gunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal seorang yang taat beribadah dan sangat patuh pada ibunya. Ia juga dikenal sering sekali berpuasa.

Pemuda tersebut menyimpan keinginan membuncah agar suatu hari nanti dapat bertemu dengan Rasulullah. Itu sebabnya ia sangat sedih setiap kali melihat tetangganya berjumpa dengan sang kekasih, nabi Muhammad SAW. Kecintaannya yang begitu mendalam mampu membuatnya ikut mematahkan giginya dengan batu. Ini dilakukannya ketika mendengar kabar bahwa gigi sang Rasul patah karena dilempari batu oleh penduduk Thaif yang enggan mengikuti ajakan Rasulullah untuk ber-Islam.  

Uwais sangat merindukan Rasulullah, kerinduan karena iman kepada Allah dan Muhammad sebagai rasulnya. Hingga suatu hari, karena tak dapat membendung lagi kerinduannya, ia mendekati ibunya dan mengeluarkan isi hatinya, memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah.

Begitu ibunya mengizinkannya dengan syarat agar tidak berlama-lama meninggalkannya, Uwaispun segera pergi menempuh perjalanan jauh ke Madinah.  Sayangnya ketika ia tiba di tujuan, rupanya Rasulullah sedang memimpin jihad di luar Madinah. Ia hanya bertemu Aisyah ra, istri Rasulullah, yang tentu saja tidak dapat memastikan kapan dan berapa lama Rasulullah akan kembali.

Sementara itu terngiang pesan ibunya tercinta yang telah renta agar tidak berlama-lama meninggalkannya. Akhirnya karena ketaatannya kepada sang ibu, ia  mengalahkan keinginan menggebunya untuk menunggu dan berjumpa dengan sang kekasih, Muhammad SAW. Uwaispun kembali ke Yaman.

Beberapa lama kemudian Rasulullah pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah Rasulullah menanyakan kepada Aisyah tentang orang yang mencarinya. Aisyah menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi tidak menunggu dan segera kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Mendengar itu Rasulullah berkata bahwa orang itu penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengannya, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di lengannya. Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan bumi.”

Uwais pergi berhaji.

Anakku, mungkin ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu suatu hari.

Mendengar ucapan sang ibu tercinta, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan? Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.

Tak lama iapun membeli seekor anak lembu. Kemudian ia membuatkan kandang di puncak bukit untuk anak lembu tersebut. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.

Uwais gila … Uwais gila …” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais yang aneh tersebut. Tak pernah satu haripun terlewat ia menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi. Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat.  

Alhamdulillah, trimakasih yaa Allah”, puji Uwais kepada Tuhannya.

Rupanya selama 8 bulan tersebut, ia sedang melatih dirinya agar mampu menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Masya Allah, sungguh besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata melihat Baitullah.

Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan. Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga”, jawab Uwais tulus dan penuh cinta.

Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopak yang selama itu diderita seluruh tubuhnya. Yang tertinggal hanya bulatan putih di lengannya. Itulah tanda yang dimaksudkan Rasulullah agar para sahabat dapat mengenali Uwais, yang di kemudian hari akhirnya ditemukan khalifah Umar bin Khattab yang setiap waktu haji dan datangnya kafilah dagang dari Yaman, rela mencarinya. Allahu Akbar …

Akan halnya pertemuannya dengan khalifah Umar bin Khattab bertahun-tahun kemudian adalah sebagai berikut: 

Uwais pergi berdagang ke Madinah.

Suatu hari setelah ibu Uwais wafat, bersama  rombongan kafilah dagang, Uwais tiba di kota Madinah. Seperti biasa, melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman segera Khalifah Umar dan juga Ali bin Abi Thalib mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu Umar dan Ali segera pergi menjumpainya dan memberinya salam.

Umar kemudian menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah”. Mendengar jawaban Uwais, Umar dan Ali tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al Qarni”.

Selanjutnya Umar meminta agar Uwais bersedia memperlihatkan lengannya. Maka begitu keduanya melihat tanda putih di lengan tersebut, sontak keduanya memeluk dan meminta Uwais untuk mendoakan keduanya.

Wafatnya Uwais.

Ketika Uwais wafat di rumahnya yang sederhana di Yaman, orang-orang tak dikenal  dari segala penjuru berbondong-bondong datang untuk memandikan, mengkafani, menyalati hingga mengantarnya ke pemakaman. Masyarakatpun gempar.

Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais sendiri kepada khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang dirinya. Di hari wafatnya itulah mereka baru mengetahui bahwa Uwais Al Qarni adalah seorang penghuni langit.

Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 30 Desember 2024.

Vien AM.

Read Full Post »

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfa’at kepadanya? “. (Terjemah QS.Abasa (80):1-4).

Ayat diatas turun di Mekkah sebelum hijrahnya Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah sedang menghadapi sekelompok pemuka Quraisy untuk menyampaikan ajaran Islam. Tiba-tiba datang seorang buta mendekati Rasulullah dan terus menanyakan sesuatu.

Tentu saja Rasulullah merasa terganggu karena Rasulullah sangat berharap para pemuka Quraisy itu mau mendengar paparan beliau mengenai Islam kemudian memeluk Islam dan memerintahkan kaumnya untuk mengikutinya. Tak heran ketika kemudian Rasulullah menanggapi orang tersebut dengan muka yang masam.

Maka dapat dibayangkan betapa terkejutnya Rasulullah ternyata Allah swt menegur beliau melalui ayat 1-4 di atas. Pada ayat 3 di atas Allah swt menerangkan bahwa pemuda buta tersebut datang menemui Rasulullah untuk mempelajari Islam demi untuk membersihkan diri dari segala dosa.   Ini menunjukkan betapa pentingnya membersihkan diri.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat”. ( Terjemah QS.Al-‘Ala(87):14-15).

Pertanyaan lain, siapa sebenarnya pemuda buta yang dimaksud Allah swt pada surat Abasa diatas?? Namanya adalah Abdullah bin Ummi Maktum. Ia anak dari saudari Khadijah binti Walid, istri Rasulullah saw. Tidak banyak kisah tentang keponakan Rasul yang buta sejak lahir tersebut.

Namun sejak memeluk Islam ia dikenal sebagai pribadi yang taat. Buta tidak menjadi penghalang baginya untuk berperang menghadapi musuh-musuh Islam. Pada perang  Qadariyah yang dipimpin panglima Saad bin Abi Waqqash, ia menjadi salah satu pemegang panji Islam.

Dengan membawa bendera hitam dan memakai baju perang Abdullah berperang dengan gagah berani. Namun setelah kepulangannya dari peperangan tersebut, di Madinah ia wafat.

Abdullah bin Ummi Maktum ternyata tidak hanya ditakuti musuh nyata tapi juga iblis. Diriwayatkan ketika  Abdullah bin Ummi Maktum dalam perjalanan menuju masjid, ia tersandung batu hingga terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Akan tetapi Abdullah tetap melangkahkan kaki ke masjid.

Menariknya, setelah kejadian tersebut setiap hari ada orang yang selalu membantunya berjalan menuju masjid. Beberapa kali Abdullah menanyakan nama orang tersebut dengan maksud agar dapat ia mendoakannya. Namun tidak pernah dijawab.

Hingga suatu hari orang tersebut menjawab, “Wahai Abdullah Ummi Maktum, ketahuilah sesungguhnya aku adalah iblis.”

Abdullah tersentak, “Kalau memang iblis, mengapa engkau menolong dan mengantarku ke masjid? Bukankah seharusnya engkau mencegahku ke sana?”

Iblispun menerangkan bahwa ialah yang suatu hari menjegalnya hingga jatuh dan terluka, dengan harapan Abdullah membatalkan niatnya shalat di masjid. Namun nyatanya tidak. Oleh sebab itu Allah mengampuni separuh dosa Abdullah. Maka sejak itu ia bersumpah akan menjaganya agar tidak terjatuh karena khawatir Allah swt akan mengampuni dosanya yang separuh lagi. “ Maka, sia-sialah kami setan menggodamu selama ini,” lanjut iblis tersebut.

Selain diberi tugas Rasulullah sebagai muadzin Abdullah bin Ummi Maktum juga pernah mendapat kehormatan menjadi imam shalat, yaitu ketika Rasulullah berperang bersama sahabat yang lainnya. 

Kebersihan hati itulah kekuatan Abdullah bin Ummi Maktum. Buta matanya tidak menghalangi kemampuannya untuk melihat kebenaran. Yaitu melalui kebersihan hati yang telah dimilikinya sebelum Islam datang dan mengantarkannya melihat keindahan ajaran ini. Bagi Abdullah tidak ada yang lebih penting dan lebih indah daripada menemui Sang Khalik di surgaNya. Itu sebabnya tidak ada sedikitpun rasa takut mati dalam hatinya.

Inilah yang terjadi dengan para mujahidin dari zaman awal keislaman hingga detik ini, yaitu dengan apa yang diperlihatkan para mujahidin Palestina saat ini.    

Sebagaimana kita ketahui Zionis Israel sejak 7 Oktober 2023 secara membabi buta memborbardir Gaza dengan alasan membalas serangan Hamas yang tiba-tiba di hari tersebut. Maka Gaza yang hanya seluas separuh Jakarta itupun hancur lebur rata dengan tanah. Bangunan rumah penduduk, kantor, sekolah, masjid, gereja bahkan rumah sakitpun tidak luput dari amukan Zionis. Memasuki pekan ke 4, tercatat lebih dari 9 ribu korban wafat sebagian besar anak-anak, perempuan dan orang-tua.

Namun Hamas yang merupakan faksi perjuangan terbesar Palestina bersama beberapa organisasi Palestina lain dengan gagah berani terus berjuang melawan kebiadaban Zionis Israel. Tanpa sedikitpun rasa takut mereka bergerilya demi memperjuangkan kemerdekaan negara yang telah dijajah selama 75 tahun.

Tidak hanya sekali ini Hamas yang berkedudukan di Gaza yang menyerupai penjara terbuka terbesar di dunia berjuang keras melawan penjajah yang berbuat sewenang-wenang terhadap penduduk asli Palestina. Untuk melawan Zionis Israel yang untuk kesekian kalinya berusaha mengenyahkan/genosida orang-orang Palestina yang dimuliakan Sang Pencipta untuk menjaga kompleks Masjidil Aqsho dan tanah Palestina hingga perang akhir zaman nanti.   

Ironisnya ada sejumlah orang yang mengaku Islam malah membela penjajah Zionis Israel dan menyalahkan Hamas. Orang-orang ini punya mata dan telinga yang normal namun tidak mampu melihat kejahatan Zionis Israel yang sudah sangat keterlaluan selama puluhan tahun.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai“. ( Terjemah QS. Al-Araf(7):179).

Kebersihan hati, inilah tampaknya yang tidak mereka miliki. Kebersihan hati tidak akan mampu menembus orang yang berlebihan dalam memandang dan mencintai dunia dengan segala harta dan kemewahannya. Hati orang yang demikian akan menjadi kotor dan menghalanginya merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Hati dan pikirannya hanya terpusat bagaimana harta benda dapat menyenangkan dan memuaskan diri dan keluarganya.  Ia tidak peduli apalagi mempunyai rasa empati terhadap orang yang dalam kesusahan.

Hati yang kotor atau hati yang penuh prasangka buruk yang disebabkan cinta dunia yang berlebihan ini bila terus dipelihara pada akhirnya akan melahirkan sikap takut mati. Orang yang demikian tidak akan mau melaksanakan perintah jihad demi melawan kebathilan. Celakanya lagi label munafikpun akan mengikutinya. Padahal Allah swt telah menyediakan orang munafik  neraka yang paling dalam, yaitu dasar neraka, di akhirat nanti.    

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (Terjemah QS.An-Nisa(4:145).

Sebaliknya di sejumlah negara Barat atas nama kemanusiaan, orang berbondong-bondong menyatakan keberpihakannya kepada Palestina, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Begitulah sikap orang yang masih memiliki hati yang bersih. Hati yang bersih seperti Abdullah bin Ummi Maktub yang bisa jadi dapat membuka mata mereka akan kebenaran dan keindahan Islam. Berikut pengakuan beberapa warga Amerika yang tertarik mempelajari Al-Quran karena penasaran dengan ketegaran penduduk Gaza.

Apalagi ketika mereka mendengar sendiri pengakuan beberapa orang yang sempat disandera Hamas. Yocheved Lifshitz, seorang perempuan Israel usia 85 tahun dalam sebuah wawancara media Israel mengatakan bahwa ia diperlakukan dengan baik selama dalam penyanderaan.

“Mereka memperlakukan kami dengan baik. Makanan kami sama dengan makanan mereka, mereka menyiapkan dokter bagi yang membutuhkan”, jawabnya atas pertanyaan mengapa ia bersalaman dengan yang menyanderanya di hari ia dibebaskan. Jawaban yang membuat kesal yang mewawancarainya. Dengan rasa kecewa Litchtz juga mengungkapkan bahwa para sandewa dikambing-hitamkan pemerintahannya.

Demikian pula cerita seorang sandera perempuan Israel usia 21 tahun. Ia mengatakan bahwa Hamas memperlakukannya dengan baik. Bahkan tangannya yang terluka kena tembakan telah di operasi oleh dokter di Gaza.

Yang juga membuat jengkel sebagian warga Israel adalah kenyataan Zionis Israel yang tanpa ampun terus membombardir Gaza tidak peduli nasib dan dampak buruk lebih 200 warganya yang disandera Hamas. Bahkan dikabarkan ada yang tewas disebabkan serangan mereka sendiri.

Akhir kata, semoga para yahudi pesek dapat mengambil hikmahnya untuk segera membersihkan hati dari segala kotoran, menyadari kesalahan, bertaubat dan kembali ke jalan lurus aamiin.

Wallahu ‘alam bi shawwab.

Jakarta, 4 November 2023.

Vien AM.

Read Full Post »

Ikhtiar dan Tawakal

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,”.

Ayat 7 surat Al-Insyirah di atas adalah perintah Allah swt untuk beraktifas, bekerja, berkegiatan dari satu aktifitas/kegiatan ke aktifitas/kegiatan lainnya, secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Umar bin al-Khatthab berkata: “Sungguh aku membenci melihat salah seorang dari kalian semua sebagai orang yang menganggur; tidak beraktivitas dalam kegiatan duniawi maupun kegiatan ukhrawi”.

Ali bin Abi Thalhah berkata: “Jika kamu dalam keadaan sehat, jadikan waktu luangmu untuk berlelah-lelahan dalam beribadah”.

Yang kemudian di lanjutkan pada ayat 8, adapun hasilnya adalah milik Allah azza wa Jala, maka mintalah kepada-Nya agar hasilnya baik.

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

Syekh Nawawi menafsirkan ayat 8 di atas dengan makna: “Kepada Tuhanmu ajukan kebutuhan-kebutuhanmu; jadikan harapanmu hanya kepada Allah; dan jangan meminta kecuali kemurahan-Nya dengan bertawakal atau berpasrah diri kepada-Nya”.

Bekerja dan beraktifitas, apapun jenis dan perkerjaan/aktifitas sebenarnya adalah kodrat manusia. Manusia yang hanya berdiam diri di dalam rumah tanpa sedikitpun aktifitas selama beberapa waktu selain dapat menyebabkan efek negatif bagi kesehatan juga berpotensi menimbulkan stress bathin. Diantaranya yaitu tulang kropos karena kekurangan sinar matahari dan otot yang lemah karena tidak terlatih.

Ahli fisiologi Keith Baar mengatakan, butuh waktu berbulan-bulan untuk membangun kekuatan otot, tetapi hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk menghilangkan kekuatan otot. Belum lagi jantung dan paru-paru yang melemah. Ahli paru-paru Panagis Galiatsatos mengatakan, fungsi pernapasan akan memburuk jika tidak melakukan aktivitas fisik.

Namun demikian Islam mengajarkan agar bekerja dan beraktifitas dilandaskan atas niat untuk mencari ridho Allah swt. Jadi tidak sekedar bekerja dan bekerja. Menjadi catatan penting, bekerja dan beraktifitas yang dimaksud tersebut termasuk juga dalam hal ibadah.  

Bekerja diawali dengan niat yang benar dan doa agar Allah swt mudahkan, dilanjutkan dengan bekerja secara sungguh-sungguh lalu ditutup lagi dengan doa. Inilah yang dinamakan ikhtiar. Dan yang terakhir adalah bertawakal, yaitu pasrah kepada Allah swt atas hasilnya.

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Terjemah QS. Al-Mukmin/Ghofir (40):60).

Ikhtiar secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya memilih. Sedangkan secara istilah ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Derngan kata lain orang yang berikhtiar adalah orang yang memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang yang diusahakan, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya itu berhasil.

Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, apapun konsekuensinya.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Taqwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah”.

Itu sebabnya ikhtiar memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Malaikat mencatat dan Sang Khalik yang akan membalasnya dengan timbangan amal baik yang berat, yaitu mengampuni bahkan menghapus segala dosa dan melipat gandakan pahala.

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (Terjemah QS. Ath-Thalaq(65):5).

Uniknya ikhtiar tidak selalu berbanding lurus dengan hasil yang dicapai seseorang. Hasil adalah mutlak milik Allah swt. Itu sebabnya kita diperintahkan untuk tawakal. Tidak perlu kita terlalu risau dengan hasil usaha kita. Bisa jadi Allah swt tidak mengabulkan doa dan usaha kita sesuai keinginan kita. Tapi yakinlah bahwa Ia pasti akan menggantinya dengan yang sesuai kita butuhkan, bukan yang kita inginkan, dengan cara atau jalan yang kita tidak pernah pikirkan maupun bayangkan..  

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu“. (Terjemah QS. Ath-Thalaq(65):3).

Sebaliknya sebagai seorang Muslim yang baik, jangan pernah kita terkecoh ketika melihat ada orang yang sukses dalam hidupnya, baik melalui usaha yang gigih maupun tidak. Kesuksesan maupun kegagalan keduanya adalah ujian dan cobaan dari Allah swt yang harus dipertanggung-jawabkan.

Bisa jadi hasilnya sesuai keinginan, yang berarti adalah bonus di dunia yang tetap saja akan dimintai pertanggung-jawaban, apakah ia bersyukur atau tidak. Bersyukur tidak hanya di bibir tapi juga dengan prilaku. Syukur atas harta yang berlimpah adalah dengan memperbesar zakat infak sedekah, syukur atas sehat adalah dengan menambah amal ibadah, syukur atas jabatan adalah menjaga amanah, dll.

Wallahu ‘alam bi shawwab.

Jakarta, 6 Juli 2023.

Vien AM.

Read Full Post »

Older Posts »