Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘ketika Allah mencintai hamba-Nya’

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” ( QS. Al-Baqarah ( 2) : 183)

Berpuasa dalam arti sekedar menahan makan dan minum di bulan Ramadhan bagi sebagian Muslim  mungkin tidak seberapa berat.  Apalagi bagi yang tinggal di negri2 dimana mayoritas penduduknya Muslim. Belum lagi ditambah dengan adanya tempat2 yang menjual aneka jajan pasar spesial Ramadhan alias tajil yang tiba2 bermunculan bak jamur yang tumbuh di musim hujan.  Nyammm..…

Namun masalahnya apakah puasa yang kita lakukan tersebut sudah sesuai dengan yang dimaksudkan-Nya?  Puasa yang bagaimanakah yang dimaksud dapat menyebabkan seseorang mencapai takwa itu?

Banyak difinisi yang dapat diberikan kepada kata Takwa. Namun dengan satu kata yang paling pendek  tapi pas mungkin adalah Pasrah.  Mudah ? Selintas mungkin  mudah. Tetapi benarkah demikian?  Mari kita merenung sebentar.

Terus terang saya selalu terkesan pada salah satu jenis permainan yang kerap diadakan pada kegiatan ‘Outbond’. Permainan ini biasanya dilakukan secara beramai-ramai.  Setiap tim terdiri  dari 3 orang yang berdiri berjajar.  Dua orang yang di pinggir berdiri menghadap yang di tengah sementara yang tengah berdiri menghadap ke arah depan. Dengan demikian bahu si tengah berada didepan kedua temannya. Setelah semua tim siap, panitia memberi tanda permainan dimulai. Segera salah satu dari dua orang yang berdiri di pinggir mulai mendorong bahu teman yang berada di depannya  ke arah teman yang satu lagi. Selanjutnya teman tersebut harus  menahan tubuh teman yang didorong tadi agar  jangan sampai terjatuh dan kembali mendorongnya ke arah teman yang tadi mendorongnya. Demikian seterusnya hingga waktu beberapa menit yang diberikan panitia habis.

Memang hanya sebuah permainan sederhana. Namun apa yang dituntut dari si tengah sebenarnya mencerminkan sebuah kepasrahan. Ia harus mau  mengikuti irama dorongan kedua temannya, tidak boleh kaku  apalagi menahan diri agar tidak jatuh. Ia harus mampu mengendurkan perasaan tegangnya. Sementara yang dituntut dari kedua orang teman yang saling dorong  adalah kekuatan untuk menahan dan mendorong si tengah. Bila tim ingin menang disinilah kuncinya. Si tengah harus pasrah kepada kedua temannya. Yakin bahwa ia tidak akan dijahili. Yakin bahwa kedua temannya itu cukup kuat untuk mendorong dan menerima dirinya yang  sewaktu-waktu bisa jatuh. Yakin bahwa temannya tidak akan mendorong dirinya terlalu keras hingga teman yang satu lagi tidak sanggup menahan bobot tubuhnya apalagi bila ia merasa gemuk dan berat!

( Saya sendiri terus terang kalau harus menjadi yang berdiri di tengah, saya  lebih memilh menutup mata alias merem dari pada menanggung perasaan takut terjatuh. Itupun tentu saja setelah saya yakin bahwa ke dua orang teman saya bakal mampu menahan beban tubuh saya.  Namun tetap saja dengan perasaan was-was … )

Nah, kepasrahan total yang seperti inilah yang dimaksud dengan pasrah kepada-Nya . Pasrah kepada kehendak dan kekuatan Sang Pencipta. Yakin pada kekuatan, kasih sayang dan kesetiaan-Nya hingga akhirnya sepenuhnya kita rela dan mau menggantungkan diri kepada-Nya tanpa sedikitpun rasa khawatir dan was-was bahwa Dia akan meninggalkan, mengabaikan apalagi melukai kita. Keyakinan inilah yang mula-mula  harus kita bangun. Namun demikian bagaimana mungkin kita dapat meyakini semua itu bila bahkan mengenal-Nyapun tidak ?!?

Ada beberapa cara dan tahapan untuk mengenal Sang Khalik. Diantaranya yaitu dengan mengenali ciptaan-Nya. Ini bisa kita lakukan  dengan banyak berpikir mengenai alam semesta . Bagi yang kebetulan menyukai tanaman mungkin berpikir  bagaimana tanaman yang sudah hampir mati ; layu dan kering tapi keesokkan harinya ternyata bisa hidup dantumbuh kembali adalah contoh yang tepat. Bagi para petani, penjual buah, bunga dan siapa saja yang menyukai keduanya, seharusnya mulai berpikir bagaimana buah-buahan atau bunga-bungaan bisa begitu banyak ragam, warna, bentuk bahkan juga rasanya. Sementara semua orang dapat saja mulai memperhatikan dan berpikir bagaimana matahari, bumi dan bulan dapat berjalan/berputar  dengan begitu teraturnya  tanpa harus  bertabrakan. Mengapa pula burung-burung bahkan yang baru lahirpun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terbang. Mengapa air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, dari mana angin datang  dll .

Dapat pula kita memikirkan diri dan tubuh kita sendiri. Mengapa tanpa disuruh  mata dapat berkedip, gigi dapat tumbuh, kulit dapat membedakan rasa rasa  panas dan  dingin. Bagaimana pula darah, jantung dan seluruh organ tubuh kita ini tidak pernah merasa lelah menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. Hidung tanpa diperintah secara otomatis senantiasa menghirup dan mencari oksigen. Pernahkah  terlintas dalam pikiran  bagaimana bila suatu ketika pasokan oksigen di muka bumi habis ?!?

Tahap berikutnya  adalah mencoba memahami Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, yaitu  Asmaul-Husna. Dan selanjutnya adalah membaca, memahami serta mengkaji  Al-Quranul Karim. Cobalah bandingkan ayat-ayat dalam kitab suci ini dengan apa yang terjadi di hadapan kita tadi.

“  Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman “.( QS. An-Nahl ( 16):79)).

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang”.(QS. Ibrahim ( 14:33)).

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.(QS. Al-Mukminun ( 23):12-14)

Dengan banyak merenung dan memikirkan hubungan antara keduanya, dengan izin-Nya banyak hikmah yang dapat kita ambil. Dengan cara ini kita akan mengenal-Nya dengan lebih baik lagi. Namun demikian, tidak semua ayat Al-Quran  dapat dengan mudah kita pahami. Perlu adanya bimbingan ahlinya ( Alim Ulama seperi Uztad, uztadzah). Akan lebih baik bila uztad/uztadzah lebih dari satu selain agar masukan lebih bervariasi juga agar tidak terjebak ke dalam aliran sesat yang belakangan ini makin menjamur. Disamping itu mengkaji Al-Quran secara  berkelompok juga baik. Gunanya adalah  agar ada yang mengingatkan  ketika kita sedang lalai, lupa atau malas.

Satu hal penting yang harus diingat. Akal dan pikiran manusia itu terbatas. Walaupun dengan bantuan ahlinya sekalipun tidak semua ayat dapat kita pahami maknanya dengan benar. Memahami suatu ayat ada tahapannya. Pertama adalah dengan memahami hubungan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Kedua dengan memahami cara turunnya ayat ; bagaimana  suasana dan keadaan ketika ayat datang. Inilah salah satu kegunaan mempelajari  Sirah Nabawiyah, sejarah kehidupan Rasulullah saw, yaitu untuk mengetahui Asbabun Nuzul, asal mula turunnya  ayat . Berikutnya adalah dari penuturan para sahabat yang hidup pada zaman Rasulullah. Terakhir baru dari segi bahasanya.

Dengan kata lain , jangan pernah merasa bahwa ayat tidak sesuai dengan pikiran dan akal manusia.  Hingga tingkatan tertentu manusia memang memiliki kemampuan untuk mengikuti pikiran-Nya. Namun tidak setelah itu. Ini yang menjadi penyebab utama mengapa para orientalis dan orang-orang tertentu tidak mampu meraih hidayah-Nya. Kesombongan bahwa akal dan pikirannya adalah yang paling benar  serta hati yang kotor karena tujuan mempelajari ayat-ayat Al-Quran tidak dalam rangka mencari kebenaran dan mencari ridho’ Nya ; mungkin kebencian, materi ataupun  ketenaran dll, sangat berpotensi memancing kemurkaan-Nya.

Sebaliknya membaca Al-Quran ( bukan hanya terjemahan saja) secara tartil ( benar, teratur dan tidak terburu-buru) sekalipun tidak mengerti , selama dalam rangka mencari ridho’Nya, dapat membersihkan hati. Dengan jauhnya hati dari prasangka buruk, dengan izin-Nya, Allah swt akan  memberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Di atas dasar hati yang bersih inilah, perlahan keimanan akan tumbuh dengan subur bagai menabur benih tanaman unggul di atas tanah yang gembur dan disirami dengan air yang bersih secara teratur.

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.(QS.Ibrahim (14):24-25)

Setelah kita mengenal Sang Khalik langkah selanjutnya adalah memenuhi  perintah dan larangan-Nya. Ayat-ayat Al-Quran, diperinci dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasulullah saw sebagai sang penyampai adalah panutan terbaik yang tidak dapat disangkal  lagi kebenarannya. Dengan modal inilah kita seharusnya mengarungi kehidupan.  Disiplin, jujur,  kerja keras serta tak kenal putus asa, berbuat baik kepada sesama, saling membantu dalam kebaikan seperti memberi makanan kepada orang yang kelaparan, memberikan bantuan kepada yang memerlukan, memberikan nasehat bagi yang kesusahan dll akan mendatangkan kemudahan dalam hidup ini.

“ Rasulullah bersabda : “  Sesungguhnya aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlak”.”

Dengan berbuat dan bertindak segala sesuatu atas nama takwa kepada-Nya maka Allah akan mencintai kita. Sebagai balasannya Ia pun akan membuka hati hamba-hamba-Nya yang lain agar merekapun  mencintai kita! Subhanallah…

Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw bersabda:
Jikalau Allah Ta’ala itu mencintai seseorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan memberitahu bahwa Allah mencintai si Fulan, maka  ” Cintailah si Fulan itu “. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang seluruh penghuni langit dan memberitahu bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah si Fulan itu. Para penghuni langit pun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah kecintaan padanya di kalangan penghuni bumi”. ( HR. Muttafaq ‘alaih)

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (QS. Al-Lukman (31):22)

Kembali kepada ‘game outbond’ di awal tulisan,  bila kedua orang yang bertugas mendorong dan menahan beban si tengah tentunya hanya mampu    ‘ menjalankan tugas’ selama beberapa menit saja, tidak demikian dengan-Nya.  Selama hidup kita Ia selalu siap menjaga dan menemani kita tanpa sedikitpun rasa lelah, ngantuk dan bosan.  Ia bagaikan tali super kokoh yang mengikat diri kita selama kita tidak melepasnya.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.(QS.Al-Baqarah ( 2): 255).

Wallahu’alam bishawab.

Pau-France, September 2009/ 19 Ramadhan 1430 H.

Vien AM.

Catatan : Hukum Puasa, Click : http://rohiminalasror.com/fiqih/fiqih.html

Read Full Post »