Paris, hingga detik ini masih tercatat sebagai kota no 1 di dunia yang menjadi target sasaran turis manca negara. Menurut catatan Wikipedia, sebanyak 29 juta turis pertahun datang mengunjungi ibu kota Perancis ini. Kota ini memiliki banyak julukan, diantaranya Paris Lumiere ( Paris Bercahaya), Paris Capitale Romantique ( Paris kota Romantis), Paris la Mode Mondiale ( Paris Pusat Mode Dunia) dll.
Paris dengan segala kelebihan dan kekurangannya harus diakui memang pantas untuk mendapatkan segala predikat tersebut. Turis manca negara, dari bangsa kulit putih, hitam, merah, kuning hingga sawo matang semua bercampur menjadi satu. Yang juga cukup mencolok adalah keberadaan sejumlah Muslimah ber-abaya hitam lengkap dengan cadarnya. Bila dilihat dari pasangan yang mendampinginya kelihatannya mereka adalah para turis Arab Saudi kaya raya yang sedang membelanjakan real mereka. Ini kalau kita menjumpainya di daerah-darah elite, tentunya. Itulah salah satu sebab mengapa sejumlah kelompok menentang pelarangan ‘niqab’ atau cadar penutup wajah Muslimah.
Mereka yang menentang ini adalah para pemilik butik-butik terkenal di sepanjang Champs Elysees, Faubourg St Honore, Place Vendome, St Germain de Pres dan banyak lagi. Bagi pemburu ‘haute couture’ alias barang-barang mewah bermerk, seperti Yves St Laurent, Givenchy, Louis Vitton, Prada dll Paris memang surganya. Namun, dari sebuah blog yang saya baca baru-baru ini, banyak Muslimah mualaf asli Perancis, yang memilih mengenakan cadar begitu mereka memutuskan untuk memeluk Islam. Allahuakbar ..
Paris di musim dingin terlihat ‘santun’. Karena hampir semua orang, lelaki maupun perempuan, menutup rapat-rapat auratnya saking dinginnya. Walaupun ada saja segelintir perempuan yang berbusana mini meski ber-stoking dan mantel tebal. “ Sampe’ segitunya ya dibela-belain … kita udah hampir beku begini .. bbrr », begitu komentar ayahnya anak-anak, heran.
Namun begitu musim dingin berlalu .. waah, mata para lelaki tampaknya yang musti ganti ‘dijilbab’in … 🙂 .. Belum lagi melihat pasangan yang bebas bercumbu sesukanya. Di jalanan, di taman, di lift, di metro .. pokoknya dimana sajalah .. seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. Mungkin ini yang menyebabkan Paris dinamakan Paris Romantique .. 😦 ..
Tapi yang membuat hati lebih miris lagi .. Sesama jenis, baik sesama lelaki maupun sesama perempuan, bukan cuma bergandengan .. tapi juga berpelukan dan bahkan berciuman .. Na’udzubillah min dzalik .. Benar-benar keterlaluan .. zaman sudah makin edan .. Tanpa rasa malu dan risih apalagi bersalah, mereka ini melakukannya di depan umum.
Padahal tahun lalu, ketika kami masih tinggal di Pau, kota kecil di selatan Perancis, tampaknya hal seperti ini masih tabu. Saya teringat, ketika itu saya berpapasan dengan dua orang lelaki yang bergandengan mesra. Melihat ini, lelaki setengah baya yang kebetulan berjalan di depan saya, langsung mengumpat. Sambil menunjuk ibu-jari ke dahinya, tanda bahwa ada orang ‘miring’, sebentar-sebentar ia menengok ke arah dua orang ‘miring’ tadi sambil terus mengomel. Saya hanya bisa mengelus dada. Itu di Pau. Nah, ini kan Paris .. kota metropolitan, dimana semua orang berkumpul, berbagai budaya dan tradisi bertumpuk.
Ditambah lagi dengan mulai panasnya suhu politik dalam rangka pemilihan presiden pada 2012 yang akan datang. Dengan dalih ketinggalan dari teman-teman Barat mereka dalam hal demokrasi, lawan-lawan politik partai yang sekarang berkuasa, melempar isu agar perkawinan antar sesama jenis ( Homoseksual/Lesbian) dilegalkan! Dalam hal ini Perancis memang ketinggalan. Belanda, Belgia, Spanyol, Norwegia, Swedia, Islandia, Portugal dan Inggris sejak beberapa tahun lalu telah mengizinkan perkawinan laknat ini secara resmi.
Sedangkan cara hidup ‘kumpul kebo’ alias hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, baik antara dua jenis kelamin berbeda maupun sama telah dilegalkan sejak tahun 1999. Hukum Negara menyatakan bahwa mereka yang hidup dalam ikatan seperti ini berhak mendapatkan sejumlah hak yang sama dengan mereka yang hidup dalam ikatan perkawinan, kecuali mengadopsi anak. Pasangan Homoseksual tidak diizinkan. Inilah yang saat ini sedang dijadikan alasan agar pemerintah mengizinkan perkawinan ‘menjijikan’ tersebut.
Sungguh ironis. Tidakkah kaum intelektual negri ini menyadari bahwa mereka sedang merusak ke-intelektual-an mereka? Tidakkah mereka khawatir bahwa hal ini bakal merusak keseimbangan yang begitu indah sekaligus rumit ini? Bukankah mereka menyadarai betapa sulit dan rumitnya penciptaan manusia itu? Tidakkah mereka berpikir bahwa hal tersebut akan menutup perkembangan biakkan manusia di dunia ini ? Belum lagi dengan berbagai ancaman penyakit seperti AIDS yang bahkan hingga detik inipun belum dapat diatasi … 😦 ..
Sementara saat ini saja saya sedang disuguhi acara televisi yang menyiarkan keraguan para bapak akan ‘keabsahan’anak yang dilahirkan pasangan mereka sendiri !! Dan dapat dibayangkan betapa pedihnya perasaan para bapak itu lebih-lebih lagi anak yang bersangkutan ketika mengetahui bahwa lelaki yang selama ini mereka panggil ‘ papa’ ternyata bukan ayah kandung mereka.
Itu baru dampak Pacs ( Pacte Civil de Solidarite) Heterogen alias ‘kumpul kebo’ antara laki-laki dan perempuan .. Bagaimana dengan ‘kumpul kebo’ sesama lelaki atau sesama perempuan ? Padahal rasanya tak satupun agama di dunia ini yang bakal mengizinkan perkawinan seperti itu. Tidak juga agama Kristen. Buktinya adalah apa yang terjadi di Uganda.
Negara yang terletak di Afrika bagian Timur ini baru saja mengeluarkan usulan undang-undang Anti Homoseksual. Tingginya tingkat penderita HIV adalah pemicunya. Tampaknya para penginjil asal Amerika Serikat yang banyak jumlahnya di negri inilah yang berhasil mempengaruhi presiden dan mentri Luar Negri Uganda yang juga beragama Kristen itu agar menerapkan undang-undang tersebut.
“Potensi homosexualitas dalam menghancurkan keluarga kita begitu besar, sehingga jika Anda tidak bertindak sekarang, masyarakat kita akan habis di tahun-tahun mendatang. Tidak ada tekanan, intimidasi maupun kegaduhan apapun, yang mampu menghentikan kita dalam membela nilai-nilai tradisi keluarga, membela anak-anak, negara dan benua kita.”
Itulah jawaban David Bahati, mentri Luar Negri Uganda, dalam menghadapi tekanan Barat yang mempertanyakan kebijaksaan negaranya. Uganda mengancam hukuman mati bagi para Homoseksual, termasuk kaum gay HIV-positif. Jika undang-undang baru ini berhasil diloloskan maka Negara ini akan menjadi Negara ke 38 negara di Afrika yang mendukung gerakan anti-homoseksual yang diprakasai oleh para penginjil Kristen asal Amerika itu. Anehnya, tindakan ini justru ditentang sendiri oleh Vatikan! Vatikan berpendapat bahwa mereka tidak berhak mencampuri hak pribadi seseorang … ?!?? ..
Sementara Islam jelas melarang perbuatan tersebut. Allah swt melaknatnya karena perbuatan ini melawan kodrat yang telah ditentukan-Nya. Perbuatan dzalim ini jelas bakal merusak keseimbangan dan tatanan alam semesta. Itu sebabnya, dulu, Allah swt pernah menurunkan cemeti azab.
Adalah kaum Luth, yang menempati daerah sekitar Laut Luth atau Laut Mati, Yordania, sekitar tahun 1800 SM. Kota mereka dinamakan Sodom dan Gomorah. Mereka adalah kaum pertama di dunia ini yang melakukan perbuatan seksual antar sesama jenis.
“ Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”.(QS.Asy-Syuara(26):165-166).
“ Luth berkata: “Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”. (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda”. (QS.Al-Hijr(15):71-75).
Adakah tragedi ribuan tahun silam tersebut mampu membuat kapok kaum yang datang sesudahnya ? Peristiwa Pompei, di Italia pada tahun 79 M membuktikan bahwa prilaku menyimpang Homoseksual telah tumbuh subur di daerah kekuasaan raja Nero yang terkenal kejam dan sangat menikmati kemaksiatan.
( lihat : http://sayoudancity.blogspot.com/2010/11/laut-mati-dan-hancurnya-kaum-homo.html)
Sejarah juga mencatat bahwa cara hidup menyimpang seperti itu sudah ada pada abad 8 SM, yaitu pada zaman Yunani Kuno. Ironisnya, kebiasaan laknat ini menjadi lambang status para pemegang kekuasaan. Sejak usia remaja lelaki lingkungan tersebut telah sengaja dipersiapkan dan dididik ke arah itu. Bahkan, Alexandre The Great, raja Macedonia yang pernah menyatukan Asia, Afrika dan Eropa dalam tempo hanya 10 tahun itu dikabarkan juga menjalani kehidupan menyimpang tersebut. Tampaknya inilah salah satu sebab mengapa para ilmuwan Muslim menolak adanya perkiraan bahwa raja ini adalah Zulkarnaen, hamba Allah sekaligus pemimpin kenamaan yang kisahnya tercatat dalam Al-Quran.
Kembali ke ayat Al-Hijr diatas .. Adakah orang-orang memperhatikan tanda-tanda kemurkaan Sang Khalik terhadap kaum Homoseksual? Bila jawabnya ‘Ya’ mengapa hingga detik ini perbuatan tersebut masih juga ‘exist’? Tidak hanya di Barat yang notabene Kafir atau Atheis namun juga negri kita tercinta, yang katanya negri Muslim terbesar di dunia??
Kembali ke usulan Perancis tentang perkawinan antar jenis .. Sebenarnya dalih yang digunakan kaum ‘beradab’ ini adalah azas Demokrasi dan Toleransi yang saat ini memang sedang menjadi dewa dan kata ampuh untuk menyerang segala hal yang dirasa kurang ‘pas. Kedengarannya memang adil karena dimaksudkan untuk membela semua kepentingan dan golongan ..
Namun bagaimana dengan keberatan para tokoh politik tingkat atas yang memperkarakan pemakaian jilbab, cadar, suara azan, menara masjid dan jamaah Jumatan yang membludak ke jalanan gara-gara masjid tidak muat menampung jamaahnya yang ingin menunaikan perintah Tuhannya? Juga sejumlah marche, supermarket dan resto yang makin banyak menjual daging berlabel halal karena konsumen dan permintaan akan hal tersebut makin hari memang makin meningkat. Dimana semboyan Demokrasi dan Toleransi itu diletakkan ? Oh .. maaf ya .. ke dua kata tersebut tidak berlaku untuk dunia Islam dan segala masalahnya .. 😦
Persis seperti peristiwa dunia yang saat ini sedang terjadi, yaitu pergolakan politik di Mesir. Presiden yang didemo rakyatnya karena telah memerintah 30 tahun lebih ini tidak di’depak’ Barat seperti halnya Saddam Husein misalnya. Padahal dengan dalih Demokrasi Barat biasanya paling getol ikut mencampuri hal-hal seperti ini.
Mengapa? Karena ia sangat bersahabat kalau tidak mau dikatakan selalu tunduk dan patuh terhadap segala macam kebijakan Barat yang jelas-jelas tidak ingin Islam kembali berkibar di negri ini. Jadi Demokrasi itu benar-benar tergantung .. tergantung dari mana, sudut mana dan siapa yang melihatnya .. 😦 .. Korban sipil yang terus berjatuhan di kota pusat pendidikan Islam tertua Al-Azhar ini tidak akan membuat Barat peduli ..
Tetapi sadarkah mereka bahwa sikap tidak adil mereka ini justru malah memancing simpati terhadap Islam. Bahkan mereka sebenarnya sedang mengumumkan bahwa Islam makin diterima dan berkembang dengan pesatnya, terutama di Perancis ini. Di negri dimana masyarakat termasuk anak-anak sekolah diajari Demokrasi dan Toleransi sementara ajaran Islam dan pemeluknya terus disudutkan dengan berita-berita yang tidak proporsional.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”(QS.Ali Imran(3):54).
( Baca juga :
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 31 Januari 2011.
Vien AM.