Terbunuhnya Muhammad Merah, pemuda yang dicap sebagai teroris Islamiste karena telah membunuh beberapa orang Yahudi dan militer di Toulouse beberapa bulan lalu, ternyata berbuntut panjang. Kali ini konflik keluarga yang membuat kasus ini makin kusut.
Betapa tidak, kakak lelaki Merah, Abdulghani, yang selama ini tidak dikenal umum, tiba-tiba muncul dan meluncurkan buku berjudul “Mon frère, ce terroriste “ yang berarti “ Saudara saya, teroris itu”, buku buah karangannya sendiri. Dalam buku tersebut ia menceritakan bahwa adiknya adalah korban kebencian keluarga besarnya terhadap Yahudi.
Untuk membuktikan kebenaran ceritanya ini, ia sengaja mengajak seorang reporter TV untuk menemui adik perempuannya, Souad Merah. Ia kemudian memancing adiknya itu dengan pertanyaan seputar adik mereka. Dengan modal kamera tersembunyi, maka terekamlah bagaimana reaksi dan perasaan adik perempuannya ini terhadap tindak tanduk Merah, adik lelaki yang diakuinya sangat disayanginya itu.
“ Saya bangga terhadapnya, ia telah bertempur sampai akhir !”, katanya emosional. Hasil potongan rekaman candid camera inipun lalu disebar dan diputar berulang kali di televisi nasional.
Selanjutnya mudah ditebak, sang penulis baru tersebutpun langsung diundang stasiun televisi bersangkutan dan diwawancarai dengan bermacam pertanyaan seputar kegiatan adiknya dan keterlibatan keluarga besarnya. Rupanya lelaki yang beristrikan perempuan Perancis Yahudi ini menyimpan sakit hati terhadap keluarganya, karena perkawinannya tersebut ditentang.
Dengan tegas, ia berkata bahwa keluarga besarnyalah yang harus bertanggung-jawab atas prilaku adiknya. “ Semua keluarga Arab, sejak kecil telah dididik untuk membenci Yahudi”, “Keluarga kami adalah keluarga antisemit, yang membenci tidak saja Yahudi tapi juga orang Perancis”, katanya sengit.
Lebih menyedihkan lagi, dengan lancangnya ia juga menuduh tanpa bukti jelas bahwa itu semua adalah ulah kaum Salafis. Tampak kebencian dan dendam telah berhasil menguasai lelaki yang telah bertekuk lutut di hadapan perempuan yang menurut ajaran Islam jelas-jelas dilarang dikawininya. Meski ada juga sebagian ulama yang menyatakan hukumnya bukan haram tapi makruh bila memang tidak ada lagi Muslimah yang dapat dinikahi. Perbedaan ini disebabkan penafsiran terhadap kaum Musyrikin.
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.( QS. Al-Baqarah(2):221).
Allah swt berfirman bahwa ahli kitab yaitu kaum Nasrani dan Yahudi adalah kafir, karena mereka telah mempersekutukan-Nya (syirik). Allah azza wa jalla juga menerangkan bahwa orang kafir itu terdiri atas 2 bagian besar, yaitu orang musrik dan ahli kitab.
“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, “(QS.Al-Bayyinah)98):1).
Yang pasti, menikahi perempuan atau lelaki dari kaum yang tidak seiman pasti akan melahirkan banyak masalah. Pada kasus saudara Merah diatas, tanpa rasa malu apalagi bersalah, ia mengatakan bahwa ibu kandungnya sampai mengancam akan bunuh diri bila ia sampai membicarakan masalah keluarganya ini di depan umum. Namun ia tidak mempedulikan hal itu. Padahal Islam mengajarkan bagaimana berprilaku terhadap ke dua orang-tuanya. “Saya siap untuk dibuang dan dijauhi keluarga”, katanya dengan nada minta dikasihani, khilaf, sebenarnya siapa yang patut dikasihani.
Lagi pula atas dalil apa ia berani mengambing-hitamkan kaum Salafis. Tidak ada dalil dalam Islam yang membolehkan membunuh sesama manusia tanpa alasan yang jelas. Permusuhan antara Yahudi dan kaum Muslimin bukanlah permusuhan pribadi. Islam diturunkan untuk menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman.
Yahudi sejak dulu, jauh sebelum Islam datang, terbukti sering berbuat kerusakan dan kezaliman. Tak terhitung berapa banyak musuh yang dimilikinya. Bahkan Benyamin Franklin, salah satu pendiri Amerika Serikat, yang pernah menjadi anggota Freemason, pernah meramalkan kerusakan yang akan dialami Amerika bila mereka tetap ‘berteman baik’ dengan Yahudi. Ramalan tersebut ditulis berkenaan dengan Rencana Undang-Undang Negara tahun 1789 dan dimuat di Charles Pinsky Journal, South Carolina. Teks asli tersebut hingga kini bisa ditemukan di Franklin Institute Philadelphia, AS. ( Sumber : Eramuslim Digest Edisi
Koleksi 4).
Berapa banyak nabi dan utusan Allah yang mereka bunuh dan aniaya. Lebih parah lagi, kerusakan yang mereka perbuat bukan hanya terhadap sesama manusia namun juga terhadap Tuhannya ! Beraninya mereka mengubah-ngubah kitab suci dan menyembuyikan kebenaran.
“ Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”.(QS.Al-Baqarah(2);146).
Kerusakan dan kezaliman itu tetap mereka perbuat hingga detik ini. Rakyat Palestina adalah contoh nyatanya. Yahudi dengan Zionisnya telah berbuat semena-mena terhadap mereka. Setiap hari setiap saat ada saja rakyat Palestina yang dianiaya dan dibunuh. Listrik dan air bersih sangat dibatasi. Secara sengaja pemerintahan penjajah tersebut memperlakukan rakyat Palestina secara berbeda dengan rakyat Yahudi. Ini yang membuat Muslim sedunia membenci pemerintahan Israel.
Namun Barat yang notabene memegang kekuasaan dunia saat ini tidak pernah mau tahu. Di mata mereka, Israel selalu benar dan wajib dibela. Sementara Palestina dan Islam adalah kumpulan orang barbar, teroris yang harus ditekan dan dienyahkan. Ntah atas dasar apa mereka beranggapan demikian buruknya. Padahal merekalah yang selama ini gencar memproklamirkan diri sebagai bangsa beradab yang menjunjung tinggi demokrasi, toleransi dan keadilan.
Jadi jelas, pernyataan Abdulghani mengenai Salafis adalah fitnah, adu domba antar Muslim yang sama sekali tidak lucu. Ini masih ditambah lagi dengan adanya indikasi sejumlah remaja yang menganggap perbuatan Muhammad Merah membunuh orang Yahudi adalah perbuatan mulia !
Kontan hal ini menjadi pembicaraan hangat para politikus Perancis. Manuel Valls, mentri dalam negri dan kebudayaan Perancis yang keturunan Spanyol itu dituduh tidak becus mengurus keamanan dalam negri. Kebijaksanaan terakhirnya agar status kewarganegaraan bagi kaum imigran dipermudah akhirnya juga memancing reaksi partai lawan.
« Kewarganegaraan Perancis telah di obral « , protes keras Marine Le Pen yang dikenal sangat anti Islam. Nyatanya, memang imigran di Perancis kebanyakan berasal dari negara-negara jajahan Perancis, yaitu Aljazair, Maroko dan Tunisia yang mayoritas Muslim.
Inikah skenario Sang Khalik dalam meluaskan perkembangan Islam ? Wallahu’alam. Yang pasti, bulan September lalu umat Islam patut bersyukur. Sebuah departemen baru dengan nama “L’art Islam” telah diresmikan menjadi salah satu departemen di Musee Du Louvre, museum terbesar dan bergengsi di Perancis, bahkan mungkin di dunia. Tidak tanggung-tanggung, yang meresmikanpun orang no 1 Perancis, yaitu presiden François Hollande. Yang dalam pidato sambutannya sangat menghargai Islam yang diakuinya pernah menjadi kiblat Barat di masa lalu. ( Kabar terakhir, Perancis merupakan negara Barat pertama yang menyetujui Palestina masuk sebagai anggota PBB tidak tetap).
Berbagai peninggalan seni di pamerkan di museum ini. Potongan-potongan kaligrafi, bejana, piring, vas, karpet dan lain-lain memenuhi ruangan yang di beri atap bergelombang indah ini. Tak ketinggalan sejarah penyebaran Islam juga dipaparkan melalui video dan skema.
Berbagai model tulisan “Bismillahi Rahmani Rahim” dalam huruf-huruf Arab muncul bergantian melalui video, menghiasi dinding di sisi tangga. Demikian pula cara membaca huruf-huruf Arab dalam Al-Quran. Subhanallah …
Meski pada kenyataannya isi departemen seni Islam ini agak janggal. Karena sebagian besar peninggalan seni yang diperlihatkan dan dipamerkan di museum tersebut adalah keramik berbagai bentuk dengan hiasan gambar-gambar mahluk hidup. Padahal kita tahu bahwa Islam melarang penggambaran seperti itu. Banyak hadist yang menerangkan hal ini, diantaranya adalah :
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Siapa yang membuat satu gambar di dunia, dia dibebani (disuruh) untuk meniupkan ruh pada gambar itu dan ia bukan peniupnya (tidak akan mampu meniup ruh untuk menghidupkan gambar tsb, red)”. (Muttafaqun ‘alaihi).
Sebagian besar barang yang dipamerkan tersebut, menurut catatan yang tertulis di bawahnya, diambil di sekitar Iran-Irak di abad 7- 10. Kelihatannya pengaruh Syiah yang banyak mendominasi isi museum tersebut. Lukisan yang diambil dari buku Syiah, book of divination “Fal”, tentang imam Reza yang sedang melindungi rakyat dalam perjalanan laut adalah contohnya. Di gambar itu imam Reza terlihat sedang duduk di atas kudanya sambil melemparkan panah ke arah mahluk berbentuk ajaib, syetan.
Bahkan potongan-potongan patung kepala mirip yang sering ada di candi dan pura Budha dan Hindupun banyak dipajang di museum ini. Jelas, tempat ini bukan tempat yang tepat untuk belajar tentang Islam yang benar. Sama dengan tidak benarnya melihat Islam hanya dari pemeluknya, terutama bila pemeluk tersebut tidak mengerti ajarannya sendiri.
Namun bagi orang yang mau berpikir jernih, bagaimanapun keberadaan departemen baru ini pasti akan membuka mata mereka, bahwa Islam sangat patut untuk dipelajari.
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS.Al-Alaq(96):1-5).
Wallahu’alam bi shawwab.
Paris, 24 November 2012.
Vien AM.