Feeds:
Posts
Comments

Archive for November 10th, 2012

7 bulan telah berlalu sejak peristiwa kontroversial Muhamnad Merah. François Hollande telah terpilih menjadi presiden Perancis menggantikan Nicolas Zarkozy yang diakhir pemerintannya makin memperlihatkan keberpihakannya pada Yahudi.

Tampaknya himbauan sekitar 700 ‘masjid’ di Perancis agar kaum Muslimin mengggunakan hak pilihnya  benar-benar didengar. Dan tentu saja, atas izin-Nya, Perancis telah memiliki pemimpin  baru yang diharapkan lebih ‘menjanjikan’’. Sekedar info,  Perancis saat ini memang dikabarkan telah memiliki  ribuan masjid. Namun sebenarnya masjid tersebut kalau di tanah air kita hanya patut disebut musholla atau langgar. Masjid sebagaimana masjid yang kita kenal dapat dihitung dengan jari tangan.

Contohnya adalah ‘masjid’ di jalan Myrha di Paris 18. Di sekitar masjid ini ada masjid lain yang berdiri tidak begitu berjauhan.  Sejak beberapa tahun belakangan, kedua masjid kecil ini tidak mampu memuat umat Islam yang ingin mendirikan kewajiban shalat Jumat. Akibatnya jamaahpun tumpah ruah ke jalan-jalan di antara dua masjid tersebut.

Ini yang akhirnya membuat pemerintah mengeluarkan larangan shalat di jalanan. Sebagai gantinya pemerintah menawarkan sebuah bekas gudang besar untuk digunakan shalat Jumat. Sayangnya, lokasi yang ditawarkan tersebut jauh dari tempat tinggal Muslim di daerah Paris 18 ini. Demikian pula, masjid Agung Paris atau Grande Mosquee de Paris yang terletak di Paris 5.

Tak dapat dipungkiri, perkembangan Islam di Perancis memang sangat pesat. Sama sekali tidak sebanding  dengan jumlah masjid yang ada. Masjid sebagai rumah ibadah jelas merupakan kebutuhan yang tak dapat diabaikan. Dengan alasan laicite, pemerintah tidak boleh memberikan bantuan keuangan untuk pembangunan peribadatan agama apapun. Untuk itu kaum Muslimin harus mencari dana sendiri.

Itu sebabnya, setiap Jumat selalu ada himbauan dari masjid agar kaum Muslimin mau mengulurkan tangan. Suami saya menceritakan, di ‘masjid tenda’ tempat ia biasa mendirikan shalat, selalu ada saja jamaah yang menginfakkan dana yang sangat besar untuk pembangunan masjid ini. Tidak tanggung-tanggung, 1000 euro per orang ! Subhanallah ..

Namun demikian, tetap saja membangun masjid bukan hal semudah membalik tangan. Ntah berapa banyak masjid yang tersendat-sendat penyelesaiannya meski dana sudah mencukupi. Grand Mosque di Toulouse adalah salah satu contohnya. Sejak 2 tahun lalu masjid ini sebenarnya tinggal menanti finishing setelah 5 tahun pembangunan yang tersendat-sendat.

Menurut seorang pemilik restoran Indonesia di kota tersebut,  penduduk setempat tidak mengizinkan adanya masjid di lingkungan mereka. Akibatnya masjidpun tetap dalam keadaan demikian. Tertutup bedeng tinggi menunggu dimakan rayap ! Padahal masjid itu dibangun tidak jauh dari lokasi masjid lama yang terselip di antara pemukiman. Sementara sekitar 2000 hingga 2500 jamaah Jumat mengantri untuk shalat di depan masjid kecil yang hanya mampu memuat 5 % dari jamaah tersebut.

Lain lagi halnya dengan Masjid Agung Strasburg. Masjid ini baru terealisasi setelah 20 tahun lamanya menjadi proyek dan wacana. Bulan September lalu masjid yang saat ini menjadi masjid terbesar di Perancis ini memperingati satu tahun hari jadinya. Hebatnya, Manuel Valls, mentri dalam negri dan kebudayaan Perancis, hadir dalam acara tersebut. Alhamdulillah …

Namun, lagi-lagi  FN ( Front Nasional) partai politik pimpinan ayah dan anak Mari dan Marine Le Pen, tokoh yang dikenal sangat memusuhi Islam, mencoba mengangkat dan mempermasalahkan sumber dana yang digunakan masjid tersebut. 25 % dana pembangunan masjid adalah hasil infak umat Islam setempat. Sedangkan sisanya adalah bantuan dari pemerintah Maroko, Arab Saudi dan Kuwait. Ini yang dijadikan masalah.

Menurut Marine, dana bantuan yang diterima dari luar negri adalah bentuk campur tangan dan tekanan terhadap negara. Apalagi dana bantuan tersebut digunakan untuk pembangunan rumah ibadah. « Ini adalah pengkhianatan terselubung terhadap prinsip negara yang sekuler », katanya. Namun Valls menolak pernyataan tersebut. « Marine Le Pen tidak berhak sesumbar mendifinisikan apa itu sekuler. Ini adalah provokasi”, ujar mentri dalam negri tersebut.

Bukan Marine Le Pen namanya kalau ia lalu surut menghadapi tanggapan negative sang mentri. Beberapa minggu kemudian, tersebar kabar bahwa masjid yang sedang dibangun di kota Poitiers  di duduki oleh sekelompok orang. Poitiers terletak di 340 km selatan Paris. Mudah ditebak, mereka adalah dari kelompok Le Pen.

Lebih mengesalkan lagi, orang-orang ini berdiri di atap masjid yang belum selesai dibangun itu sambil membentangkan spanduk raksasa bertuliskan « Charles Martel ».  Charles Martel adalah tokoh terkemuka Perancis, kakek  Charlemagne salah seorang raja Perancis,  yang dianggap sebagai pahlawan besar karena keberhasilannya menghentikan penyebaran Islam ke pelosok  Eropa, Perancis khususnya. Peristiwa pahit ini terjadi pada tahun 732 M.

 Baca : https://vienmuhadi.com/2010/06/06/menilik-jejak-islam-di-eropa-8-perancis-selatantenggara/ ).

Apa ini maksudnya?? Apakah mereka bermaksud mengulang “kemenangan” tokoh tersebut  mengusir kaum Muslimin dari negri ini ??  Astaghfirullah .. Bila saja mereka mengetahui nikmatnya Islam, pasti mereka akan menyesal, meratap sedih mengapa “pahlawan”mereka menolak kedatangan kebenaran, bahkan mengusirnya .

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; .. dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.  Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu)“.(QS. Fathir (35):15-16).

Terlihat jelas bahwa dendam kesumat masih bercokol di dada orang-orang yang mengaku bangsa maju dan beradab ini. Bayangkan, kemelut pertempuran ribuan tahun lalu masih saja  digenggam hingga detik ini.Lupakah mereka bahwa saat ini kita hidup di zaman demokrasi dimana orang bebas memilih agama. Abad modern dimana perjanjian antar Negara harus ditegakkan, dimana batas-batas Negara dan hukum tiap Negara harus dihormati. Abad dimana penjajahan dan perebutan wilayah suatu Negara adalah bentuk suatu kejahatan yang tidak dapat diampuni.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS. Al-Hujurat(49):13).

Sebenarnya tidak hanya itu saja. Bahkan mantan presiden AS George G Bush pun ternyata tetap menyimpan dendam Perang Salib yang terjadi di abad 10 – 11 lalu. Pernyataan ini, entah sengaja entah tidak, pernah diungkapkannya ketika ia masih menjabat orang no 1 negara adidaya ini. Jadi, mungkin saja, memang ada orang atau kelompok tertentu yang ingin agar rasa permusuhan di antara kaum Muslimin dan Nasrani itu tetap tumbuh subur.

Padahal demi terjaganya perdamaian dunia adalah alasan utama didirikannya PBB. Meski pada kenyataannya Israel yang selama puluhan tahun  menduduki tanah Palestina tetap saja bisa ongkang-ongkang kaki. Bahkan Barat tampak jelas mendukungnya. Ironisnya lagi, Barat yang katanya berpikiran pintar dan modern, dengan tenangnya mengeroyok Afganistan dan Irak, apapun alasannya.

Belum selesai dengan FN, ada lagi masalah lain. Adalah Jean-François Copé, calon presiden dari UMP. Beberapa waktu lalu, pada suatu pertemuan  resmi tiba-tiba ia berolok-olok tentang seorang anak muda yang bakal dirampas rotinya oleh sekelompok preman dengan alasan Ramadhan tidak boleh makan !  Apa maksudnya ?? Peristiwa yang di kemudian hari dikenal dengan nama « Pain au Chocolat » karena roti yang diceritakan dirampas itu adalah pain au chocolat, roti coklat yang populer di negri ini, tentu saja memancing reaksi di sana sini.

Untuk itu, CCIF, sebuah organisasi yang dibentuk pada tahun 2003 dan bertujuan khusus melawan Islamophobia, istilah untuk rasa takut terhadap Islam, menggelar operasi yang diberi nama « Pain au Chocolate pour tous ». Pada acara ini puluhan anggota CCIF membagi-bagikan lebih dari 400 roti coklat lezat kepada para pejalan kaki yang baru saja turun dari kereta api. Acara ini digelar di pelataran stasiun St Lazare yang setiap hari dibanjiri ribuan penumpang yang datang dan pergi dari berbagai daerah satelit kota Paris.

Acara di bulan Oktober yang ditujukan utamanya untuk menanggapi pernyataan konyol Copé diatas secara santai, juga dimaksudkan untuk sosialisasi tentang manisnya Islam. Jadi selain membagi-bagikan roti secara gratis, para anggota CCIF dan simpatisannya ini juga membuka konsultasi untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar Islam. Sebuah upaya yang patut diacungi jempol.

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 10 November 2012.

Vien AM

Read Full Post »