Feeds:
Posts
Comments

Archive for June 2nd, 2013

Tanpa terasa 3.5 tahun telah berlalu. Dua bulan lagi selesai sudah tugas suami di Paris, Perancis.  Hidup di Eropa memang ada lebih kurangnya. Salah satu lebihnya, kita dapat bepergian dan mengunjungi negara tetangga dengan biaya relatif jauh lebih murah dibanding pergi dari tanah air.

Dan Rusia akhirnya menjadi salah satu tujuan akhir kami.  Ini dikarenakan kami baru mengetahui belakangan bahwa Islam dinegri ini sedang menggeliat dari tidur lelapnya. Video youtube tentang umat Islam yang shalat menyesaki jalanan seperti juga yang pernah terjadi di Perancis sebelum ada pelarangan, menyadarkan kami akan realitas tersebut. Video yang diberi judul “Russia’s serious problem” dan dikomentari dengan nada sinis serta sound track  thriller ini menjadi bukti nyata kebencian dan kejengkelan Barat terhadap Islam.

http://www.youtube.com/watch?v=VCOATypshlY

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar“.(QS. Al-Fath(48):29).

Ini masih ditambah dengan buku “Geliat Muslim Di Rusia” karya Aji Surya, seorang diplomat yang sedang bertugas di Moskow. Dengan begitu jelas ia memaparkan  betapa tingginya antusias masyarakat Muslim Rusia  untuk kembali menjalankan ajaran yang sempat dikebiri ex pemerintahan komunis yang pernah memiliki julukan negri Beruang Merah ini.

“Sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling melengkapi (memperkokoh) satu sama lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka dengan bekal semangat persaudaraan sebagaimana dianjurkan Rasulullah saw pada hadist di atas berangkatlah kami menuju Moskow, Rusia. Berkunjung ke Moskow di bulan Oktober, akhir bulan pula, sebenarnya memang bukan pilihan yang tepat. Itu adalah musim dingin, temparatur maksimal hanya 4 derajat Celcius. Namun pilihan kami saat itu hanya ada 2, pergi atau tidak sama sekali. Dan kami memutuskan untuk memilih pilihan pertama, pergi !

Itineri kami adalah Moskow, St Petersburg, Kazan dan kembali lagi ke Moskow. Kami terbang pada hari Kamis, 25 Oktober 2012  dengan menumpang Lufthansa pukul 8.15 waktu Perancis  dengan transit di Franfurt selama kurang lebih 3 jam. Perjalanan Franfurt- Moskow sekitar 3 jam, sementara perbedaan waktu antara Paris dan Moskow 2 jam. Itu sebabnya pukul 16.50 kami baru mendarat di airport Moskow.

Begitu keluar dari airport kami langsung disambut kemacetan luar biasa, kalah mungkin Jakarta. Kendaraan berjalan tidak beraturan, saling salip dan ganti jalur begitu melihat kesempatan. Bahkan tidak jarang tiba-tiba berputar balik melawan arah dan berbelok masuk ke jalan alternative, benar-benar persis seperti di Jakarta ..:-(

Repotnya lagi sang sopir taxi yang kami tumpangi ini tidak bisa berbahasa Inggis. Akibatnya kami hanya bisa pasrah saja dibawa ngebut dan berputar-putar ke sana kemari. Kami hanya bisa berdoa semoga bisa cepat sampai hotel dalam keadaan selamat. Alhamdulillah doa kami di dengar-Nya. Kami tiba di hotel setelah matahari lama telah terbenam. Itupun setelah sang sopir beberapa kali berhenti dan bertanya kepada penduduk setempat.

Jujur kami tidak menyangka bahwa hotel terletak jauh dari pusat kota. Namun yang lebih menyedihkan lagi, ternyata recepsionis hotelpun tidak bisa dan tidak mengerti bahasa Inggris, olala … 😦 …  Dengan menggunakan bahasa tarzan alias bahasa tubuh kami akhirnya berhasil cek-in.

Setelah beristirahat sebentar kami berniat keluar lagi, minimal untuk memastikan posisi stasiun metro terdekat. Karena besok pagi, sebelum matahari terbit, kami harus sudah meninggalkan hotel. Besok adalah hari raya Iedul Adha, kami ingin menjalankan shalat Ied di masjid bersama Muslim Rusia. Ini adalah salah satu tujuan utama kami mengapa kami berada ribuan kilometer dari tempat kami tinggal.

Untuk itu kami sudah siap bakal sulit mendapatkan informasi, tapi harus dicoba daripada besok lebih repot. Benar dugaan kami, recepsionis tidak dapat menangkap pertanyaan kami. Ketika kami hampir putus asa itulah tiba-tiba muncul petugas kebersihan dari dalam. Tampaknya ia mengerti bahwa kami dalam kesulitan. Ia mengatakan sesuatu pada recepsionis. Sang recepsionis segera tersenyum simpul, membuat kami bertanya-tanya ada apakah gerangan.

Tak lama kemudian perempuan Rusia berbadan lumayan gemuk yang tampak hobby tersenyum itupun mengetikkan sesuatu di komputernya, lalu menghadapkannya kearah kami. Awalnya kami tidak mengerti apa yang diinginkannya. Namun setelah kami memperhatikan layar komputer secara seksama, GOOGLE TRANSLATE !  Waah, benar juga, mengapa tidak sejak tadi saja …. 🙂  … Benar-benar ide brilliant!

Singkat kata akhirnya kami tahu arah menuju stasiun metro, yang ternyata lumayan jauh, sekitar 20 menit berjalan kaki. Dan Alhamdulillah, sampai juga kami malam itu di Kremlin/Red Square  yang merupakan ikon negri Tirai Bambu ini. Itu semua berkat kebaikan hati penduduk setempat yang tanpa kami minta mau membantu kami cara membaca peta Metro yang agak sulit itu karena menggunakan huruf Sirilik. Tentu saja ini pasti atas izin-Nya.

Dan atas tuntunan-Nya pula kami bisa sampai di depan pintu sebuah resto halal. Pucuk dicinta ulam tiba, kami memang betul-betul lapar. Terima-kasih Ya Allah … Resto Turki bernama Zam Zam Coffe ini terletak di ujung Rue Tverskaïa tidak jauh dari stasiun metro tepat di seberang kompleks Kremlin dimana berdiri patung seorang marshal sedang duduk di atas kudanya.

IMG_3649IMG_3655Tanpa berpikir 2 kali kami langsung masuk dan memesan makanan. Restoran ini ditata dengan apik. Walaupun namanya Coffe ternyata resto ini menyediakan masakan yang cukup beragam, lumayan ‘berat’ dan lezat pula. Setelah kenyang dan puas menikmati hidangan yang kami pesan, kamipun keluar dan berpose sejenak di dekat resto dengan latar belakang Kremlin. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Segera kami kembali ke hotel dan istirahat.

Esoknya pukul 7 pagi, masih subuh ketika itu, kami telah siap meninggalkan hotel menuju masjid yang kamipun belum tahu persis dimana lokasinya. Di bawah hujan rintik-rintik dan dinginnya udara pagi kami berjalan dengan penuh semangat dan percaya diri, kalau tidak mau dibilang sedikit nekat .. 🙂  …

Informasi yang kami dapat melalui search internet beberapa hari lalu terdapat 4 masjid di kota metropolitan ini. Namun kami masih ragu antara akan shalat di salah satu masjid tersebut atau di KBRI. Karena sebelum berangkat kemarin kami sempat mendapat informasi bahwa KBRI mengadakan shalat Ied. Berdasarkan peta yang kami miliki lokasi keduanya tidak begitu jauh. Stasiun metronyapun sama, yaitu Novokuznetskaya.

Namun ternyata tidak mudah menuju tempat ini. Kami kembali terbentur pada sulitnya mencocokkan nama antara yang dipeta yang berada di tangan kami ( huruf latin) dan yang berada di stasiun. Lagi-lagi huruf Sirilik yang menjadi hambatan. Meski sebenarnya dengan sedikit tambahan waktu bisa ditebak dengan tidak terlalu lama. Paling tidak ini bagi suami saya, tidak bagi saya .. 🙂 .. “ Asal tidak buru-buru lho”, tambah suami saya.

Akhirnya, Alhamdulillah, kali ini masih dengan bantuan penduduk setempat, sampai juga kami di stasiun yang dimaksud. ( Untuk selanjutnya kami membaca nama stasiun dan nama jalan dengan cara menebak-nebak, dan lumayan berhasil … :-)…  ).

Waduh sempet g ya kita shalat”, jam telah munjukkan pukul 8.50. Info dari KBRI yang kami terima shalat akan dimulai pada pukul 9.00. Tapi sayangnya stasiun metro dimana kami turun, ternyata amat padat. Polisi berjaga dimana-mana. Kami bahkan tidak bisa keluar, karena pintu keluar ditutup. Bersama ratusan penumpang lainnya kami terpaksa berhimpitan mencari jalan keluar, tanpa hasil. Terpaksa kami pasrah sembari berpikir ada apa gerangan ini.

Menit demi menit berlalu. Ketika pintu akhirnya dibuka kami melihat sekelompok orang bermata agak sipit tapi tidak mirip dengan sipitnya orang Cina, dengan peci khas Rusia berbondong-bondong menuruni tangga jalan memasuki stasiun. Belakangan kami baru tahu  bahwa itu adalah wajah khas mayoritas Muslim Rusia. Kebanyakan mereka berasal dari Kazastan, Dagestan dan Negara-negara bagian Rusia lainnya yang mempunyai nama akhiran “Tan”.

Subhanallah … rupanya stasiun tadi ditutup untuk mengurangi membludaknya kaum Muslimin yang ingin menjalankan shalat Ied ! Yah, apa mau dikata, berarti shalat sudah selesai.  Sayang sekali kami batal menjadi bagian dari mereka.

Kita coba aja ke KBRI yuuk, siapa tahu disana belum mulai”, hibur suami.

Kamipun segera keluar stasiun. Ternyata selama kami di dalam metro tadi turun hujan salju meski hanya tipis. Namun hal tersebut sudah cukup membuat jalanan licin. Genangan air dari salju yang meleleh terlihat di sana sini. Sekelompok pasukan polisi berkuda masih terlihat didepan stasiun. Tampaknya mereka tadi dikerahkan untuk mengamankan jalannya shalat Ied.

Kepada seorang polisi yang berjaga-jaga di sekitar stasiun, kami sempat  menanyakan posisi kami berada dan letak masjid terdekat. Tentu saja dengan menggunakan bahasa tubuh karena pak polisi Rusia tersebut tidak paham bahasa Inggris. Meski ternyata petunjuknya tersebut tidak benar. Mungkin ia tidak tahu apa yang kami tanyakan.

Sebenarnya kami sempat juga melihat beberapa anak muda dengan sajadah kecil di tangan mereka, namun ketika kami bertanya dimana letak masjid, mereka tidak memahami pertanyaan kami. Berkali-kali kami terpaksa bertanya kepada warga setempat. Dari pengalaman tersebut akhirnya kami menyimpulkan bahwa anak muda Cina adalah yang mereka dapat berbahasa Inggris. Kelihatannya mereka adalah mahasiswa. Kepada mereka inilah kami akhirnya sering bertanya.

Namun sayang, hingga lebih dari 1 jam kami berjalan kesana-kemari, kami tidak juga berhasil menemukan gedung kedutaan maupun masjid. Akhirnya kamipun pasrah dan berusaha menikmati kota. Hingga tiba-tiba tanpa sengaja kami melihat sekelompok anak muda dengan “wajah khas Muslim” sedang bercanda. Suami segera menghampiri mereka.

Alhamdulillah salah satu dari mereka mengerti maksud pertanyaan kami. Mereka langsung mengajak kami mengikuti mereka. Ternyata anak-anak muda ini memang sedang menuju masjid untuk Jumatan. Subhanallah, akhirnya ..

( Bersambung)

Read Full Post »