Malaikat, jin dan manusia adalah 3 makhluk ciptaan Allah yang sering disebut dalam Al-Quranul Karim. Perbedaan pokok di antara ketiganya adalah dari bahan penciptaannya. Malaikat terbuat dari materi cahaya, jin dari materi api dan manusia dari materi tanah.
Dalam tafsir Ibnu Katsir diberitakan bahwa Iblis, yang merupakan kakek moyang jin, sebagaimana Adam yang merupakan kakek moyang manusia, awalnya adalah hamba yang shaleh. Bersama malaikat ia rajin beribadah. Hingga tiba suatu saat Allah swt menciptakan Adam dan memerintahkan malaikat dan Iblis agar bersujud kepada Adam. Perintah ini sebenarnya hanya untuk mengetahui seberapa jauh tingkat ketaatan keduanya kepada Sang Khalik. Dan ternyata karena kesombongannya Iblis menolak. ia merasa bahwa dirinya yang terbuat dari api, jauh lebih terhormat dari pada Adam yang hanya terbuat dari tanah. Berikut rekaman surat Al-Araaf ayat 11 dan 12 yang mengabadikan peristiwa tersebut.
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?”
Menjawab Iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah“.
Kesombongan yang diperlihatkan Iblis di atas adalah kedurhakaan Iblis pertama terhadap Allah Azza wa Jalla. Berbeda dengan Adam yang begitu menyadari kekeliruannya ketika ia tetap memetik buah Kuldi padahal Allah melarangnya, ia langsung bertobat. Sebaliknya dengan Iblis. Bukannya menyesal, ia malah menantang Sang Khalik agar hukumannya ditangguhkan hingga akhir zaman nanti.
Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan“.
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah(2):35-37).
Allah berfirman: “Turunlah kamu ( Iblis) dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.
Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. (QS.Al-Araaf(7):13-18).
Inilah yang membedakan antara keduanya, meski akibatnya keduanya sama-sama harus turun ke muka bumi. Adam ( dan Hawa) turun ke bumi dalam keadaan terhormat, bersih dari dosa. Sementara Iblis turun dalam keadaan terhina dan tercela bahkan terkutuk. Inilah awal permusuhan dan perseteruan antara bangsa jin dan bangsa manusia, yang akan terus terjadi hingga akhir zaman nanti.
Namun dalam perkembangannya, tidak semua bangsa jin itu jahat, hina dan terkutuk. Seperti juga bangsa manusia yang tidak semua bersih dan bebas dari dosa. Jadi, baik jin maupun manusia ada yang beriman, sholeh dan taat namun ada juga yang ingkar dan kafir. Hal ini terlihat dari surat Al-Jin ayat 11 hingga 15 berikut.
“ Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada) Nya dengan lari”.
“ Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Qur’an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan”.
“ Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta`at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta`at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam”.
Sementara syaitan sebenarnya bukanlah makhluk melainkan sifat jahat yang bisa dimiliki baik oleh jin maupun manusia.
“ dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (QS. An-Naas(114):4-6).
Secara lengkap dan jelas surat Jin menceritakan bagaimana proses berimannya sebagian jin. Dikisahkan, sebelum kedatangan Rasulullah saw, bangsa jin biasa naik ke langit untuk mencuri dengar pembicaraan para malaikat, hingga para jinpun bisa meramalkan masa depan manusia, apa yang akan terjadi dan menimpa manusia. Hal ini kemudian disampaikan kepada para dukun dan tukang-tukang sihir, tentu saja dengan tambahan disana sini. Itu sebabnya sihir dan ilmu hitam di masa itu sangat populer dan marak berkembang di kalangan masyarakat, karena sering kali bisa mendekati kenyataan.
Hingga suatu saat mereka terkejut mendapati pintu langit dipenuhi penjagaan yang sangat ketat hingga mereka tidak lagi mudah mencuri dengar rahasia langit. Maka Iblispun sebagai raja jin memerintahkan pasukannya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Menyebarlah kalian semuanya di muka bumi dari barat sampai timur, dan perhatikanlah dengan seksama apa sebenarnya yang telah terjadi.”
Maka setan-setan dari bangsa jin itu kemudian menyebar, mengelilingi muka bumi dari barat ke timur, hingga sampailah mereka di kota Makkah. Di atas sebuah masjid yang dikemudian hari dinamakan masjid Jin, mereka melihat cahaya terang memancar dengan terangnya, hingga mencuat ke ujung langit. Mereka segera mendekat dan memperhatikan apa yang sedang terjadi di dalamnya. Ternyata di dalam sana Rasulullah Muhammad saw sedang membacakan ayat-ayat suci Al-Quran.
“ Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. ”. (QS. Al-Jin (72):19).
Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata:
“Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak”. (QS. Al-Jin (72):1-3).
Rupanya itulah yang terjadi. Sebagian jinpun beriman. Dan sejak itu pulalah pintu langit dijaga ketat oleh para malaikat. Maka sejak itulah bangsa jin tidak lagi dapat mencuri dengar pembicaraan di langit, kalau tidak ingin dikejar panah api yang dilontarkan oleh malaikat penjaga.
“ dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)”. (QS. Al-Jin (72):8-9).
Akhir kata, dari ayat-ayat di atas saja ada beberapa kesimpulan yang tampaknya dapat kita ambil,
1. Sombong, adalah sifat buruk yang tidak boleh disepelekan begitu saja. Iblis, hamba Allah yang tadinya adalah hamba yang sholeh, ternyata terpeleset hanya karena nafsu sombongnya, yang merasa api yang menjadi materi dasar pembuatannya itu lebih baik dari tanah yang merupakan materi dasar penciptaan Adam as.
« Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebiji sawi »(HR. Ibnu Majah ).
2. Taubat, adalah perbuatan yang sangat mulia dan tinggi di sisi Allah swt. Nabi Adam as dan istrinya, Hawa telah membuktikan hal tersebut.
3. Nasab seseorang tidak menentukan kesholehan. Buktinya anak cucu Iblis yang telah dikutuk karena kesombongan dan keenggannya untuk bertobat ,tetap ada yang sholeh. Sebaliknya anak cucu Adam yang telah diampuni dosa dan kesalahannya, juga tetap ada yang kafir.
4. Iblis dan pasukannya, yaitu setan dari jenis jin dan manusia akah senantiasa mengganggu kita, hingga akhir zaman nanti. Tujuannya agar bisa menjadi ‘teman’mereka dalam memasuki neraka jahanam.
5. Hidup di dunia hanya sementara, akhiratlah tempat kembali. Ibaratnya kita sedang menjalani ujian yang hasilnya akan menentukan kemana nanti kita akan kembali, surga atau neraka. Yang sayangnya kita tidak pernah tahu, kapan ujian tersebut harus kita serahkan ke “penguji”.
6. Tidak perlu lagi mempercayai para dukun dan tukang sihir karena bangsa jin sebagai sumber kepercayaan yang dulunya bisa mencuri dengar rahasia langit, sejak diutusnya Rasulullah saw ke muka bumi ini tidak dapat lagi melakukan hal tersebut.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 13 Agustus 2013.
Vien Muhadi.