Belum juga Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama, wakil gubernur DKI Jokowi itu resmi dilantik naik jabatan menggantikan kursi gubernur yang ditinggalkan sang calon presiden terpilih. Tetapi pria asal Bangka ini telah nekad mengeluarkan instruksi larangan pemotongan hewan kurban di lokasi SD. Instruksi ini ditanda-tanganinya pada 17 Juli 2014 selaku petugas pelaksana gubernur DKI. Ketika itu Jokowi sedang sibuk pilpres.
(http://www.arrahmah.com/news/2014/09/26/instrusksi-ahok-larangan-qurban-di-sd-teror-terhadap-sekolah.html ).
Kontan hal ini memicu polemik berkepanjangan. Sejumlah nara sumber menyebutkan instruksi tersebut jelas menyalahi pasal 29 UUD 1945 dimana seharusnya Negara, dalam hal ini pemerintah, menjamin kebebasan beribadah bukan malah melakukan pelarangan. Apalagi instruksi tersebut dikeluarkan tanpa alasan yang jelas. Meski beredar juga kabar bahwa alasannya adalah agar murid-murid SD yang notabene masih berusia belia itu tidak menjadi trauma. Ahok juga sempat mengatakan bahwa hal tersebut bukan idenya, namun permintaan sejumlah kepala SD. http://beritapopuler.com/ahok-dan-kebohongan-berlapis-soal-larangan-potong-hewan-qurban/
Apapun alasan yang dikemukakan Ahok sudah pasti membuat umat Islam bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dibalik semua ini. Ironisnya, meski MUI menyatakan bahwa calon gubernur DKI ini terlalu berlebihan dalam bersikap, ia tetap tegas mengatakan bahwa pemotongan hewan kurban di lokasi SD dilarang. Kali ini beralasan : “”Sekarang kan banyak penyakit ebola, rabies, flu burung sama macem-macem lah,” dalihnya di Gedung Balai Kota, seperti dikutip dari MetroTV, Kamis (2/10/2014).
Jadi atas dasar alasan yang mana sebenarnya Ahok berbicara ??
Kolom Opini Republika Sabtu 4 Oktober 2014 memuat artikel menarik. Artikel itu ditulis oleh Dr Badrul Munir, seorang dokter spesialis syaraf RS Saiful Anwar Malang,. Dokter sekaligus dosen fakultas kedokteran Universitas Brawijaya ini mempertanyakan alasan Ahok bahwa penyembelihan hewan kurban dapat menyebabkan kelainan psikologi atau trauma terhadap anak.
Ilmu Psikoneurobehavior , ungkap Badrul, menyatakan bahwa usia sekolah dasar ( 7-12 tahun) saat perkembangan otak di lobus frontalis dan parietalis ( dahi dan pelipis) hal yang paling menonjol adalah mulai berkembangnya fungsi kognisi ( berpikir, logika, analisis), kreatifitas dan kemampuan berbahasa. Jadi pada usia-usia inilah seorang anak memiliki kemampuan tinggi untuk merekam segala apa yang didengar dan dilihatnya. Artinya anak di usia tersebut harus dibekali paparan yang positif agar kelak bisa menjadi dasar prilaku positif.
Dengan kata lain, pendidikan dasar, seperti pendidikan moral dan agama, melalui contoh nyata dan penyampaian bahasa yang baik dan tepat, di usia SD adalah waktu yang sangat tepat, jauh lebih baik dari ketika anak sudah di tingkat SMP atau SMA.
Demikian pula dengan ‘psikologi’ kurban. Setelah selama beberapa waktu murid-murid SD, khususnya yang beragama Islam, mendengar kisah nabi Ibrahim dan putanya, nabi Ismail, tentang ketaatan kepada Tuhannya. Maka pada hari raya Iedul Adha, giliran murid-murid yang di ajak menyaksikan bagaimana caranya mempraktekkan ketaatan tersebut. Jadi bila sebelumnya murid-murid belajar tentang teorinya maka kini saatnya mereka diajari tentang prakteknya. Menjadi tugas guru dan pengajar untuk memberikan pemahaman yang utuh tentang syariat berkurban kepada anak, secara runtut dan utuh, tidak separuh-separuh.
Nilai-nilai HAM yang belakangan ini sedang ‘in’ bahkan bisa ditambahkan kepada murid-murid. Bahwa pemotongan hewan bukan dimaksudkan sebagai tanda kebiadaban, keberingasan apalagi tanda pelampisan kekuasaan manusia atau ketidak-pedulian manusia terhadap hewan hingga bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM kepada hewan. Justru kebalikannya. Pemotongan hewan kurban, selain tanda ketaatan kepada perintah Allah, juga realisasi dari keberpihakan kepada HAM.
Semua manusia berhak untuk hidup, dalam keadaan sehat jasmani rohani. Itu sebabnya setiap orang harus makan dan mengkonsumsi makanan bergizi, daging hewan contohnya. Sayangnya, tidak semua orang mampu membeli makanan hewani yang relative mahal itu. Itu sebabnya yang mampu harus berbagi, yaitu berkurban di hari raya Iedul Adha. Tentu saja ini hanya simbolis, karena berbagi kepada orang miskin tidak hanya pada hari tersebut namun bisa setiap waktu.
Itupun harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya hewan ( kambing, sapi atau unta) tidak boleh yang masih berada dibawah umur. Tidak boleh menakuti-nakuti dan mempermainkan hewan yang akan dipotong. Itu pula sebabnya pisau harus tajam, agar hewan tidak terlampau merasa kesakitan. Ini masih ditambahkan, tidak mengasahnya di depam hewan yang akan disembelih, karena hal ini akan membuat hewan ketakutan. Ini wajib ditanamkan kepada murid-murid.
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah ).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya di leher kambing, kemudian dia menajamkan pisaunya, sementar binatang itu melihatnya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini ?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih).
( http://www.konsultasisyariah.com/tata-cara-menyembelih-sesuai-sunah/ ).
Perlu juga disampaikan kepada murid, bahwa HAM sejati adalah milik Allah swt sebagai Pemilik Alam semesta ini. Bahwa HAM adalah bukan milik perorangan, kelompok atau golongan tertentu. Artinya selama suatu perintah dikeluarkan oleh Sang Khalik, tidak mungkin ada pelanggaran di dalamnya. Karena sebagai pemilik Ia pasti tahu yang terbaik untuk mahluk-Nya. Pemakaian jilbab, perintah berpuasa, kepatuhan anak kepada orang-tua, hormat istri kepada suami dll dapat diberikan sebagai contohnya.
Adapun bila dalam prakteknya ada murid yang merasa mual, takut dll ketika melihat darah keluar dari hewan yang disembelih, ini manusiawi. Kecuali bila sampai takut secara berlebihan hingga menimbulkan phobia ataupun trauma. Namun Dr Badrul berani mengatakan bila ini sampai terjadi pada umumnya dikarenakan pola asuh yang salah sejak anak masih kecil. Jadi bukan karena menyaksikan penyembelihan kurban di sekolah.
Yang perlu dikhawatirkan, tambahnya, justru ketika anak merasa cuwek bahkan menikmati berbagai game sadis atau senang menonton film brutal yang acap kali menjadi hobby anak, dan didiamkan saja oleh orang-tuanya. Malangnya, pemerintah tidak pernah merasa ada yang salah dengan hal ini. Padahal permainan games yang mengandalkan kecepatan otak dan gerak untuk menghancurkan lawan tanding akan terekam kuat di bawah sadar, dan menjadi dasar prilaku kekerasan anak di kemudian hari.
Jadi apabila alasan pelarangan Ahok karena trauma atau alasan negative lain yang berhubungan dengan syaraf jelas tidas dapat ditrima. Tapi jika karena alasan kebersihan, ini adalah tanggung jawab masing-masing sekolah bagaimana agar hal tersebut bisa ditanggulangi.
Terakhir, semoga saja tidak ada alasan “lain” alias mengada-ada yang memang disengaja untuk memojokkan umat Islam. Karena bagaimanapun secara sadar atau tidak kita sebenarnya sudah memancing kemarahan Sang Khalik, karena telah menjadikannya pemimpin. Bukankah Allah swt telah jelas-jelas melarangnya ??
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah (5):51).
Ironisnya, ternyata hanya FPI yang berani secara terang-terangan memprotes pengangkatan Ahok sebagai gubernur. Itupun diacuhkan oleh Ahok, bahkan ia menganggap FPI seharusnya dibubarkan. Lebih jauh, dengan pongah ia berkata bahwa masyarakat sekarang sudah pintar jadi tidak perlu lagi membawa-bawa isu SARA. Malah bikin malu, ujarnya.
Apa maksud Ahok tidak peduli bahkan malu ?? Apakah ini berarti bahwa masyarakat khususnya umat Islam sudah tidak peduli lagi dengan agama dan ajaran mereka? Bisa jadi ia benar sekali, buktinya yaitu tadi, tidak menjadikan ayat-ayat suci sebagai pegangan. Na’udzubillah min dzalik …
Nasi sudah menjadi bubur. Penduduk DKI sudah memilih Ahok sebagai wakil gubernurnya Jokowi. Sementara rakyat Indonesia juga sudah memilih Jokowi untuk diangkat sebagai R1. Konsekwensinya jelas, Ahok akan menjadi gubernur begitu Jokowi resmi dilantik menjadi presiden RI. Begitulah yang tertera pada Undang-Undang No 34 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Lalu siapa yang bisa dan berani menghalanginya bila tahun depan pak gubernur kita ini melanjutkan gebrakan maut lanjutan pelarangan pemotongan hewan kurban di lingkungan SDnya yaitu dengan melarang murid SD berpuasa karena alasan kesehatan, jilbab bagi murid sekolah dst dst . Apakah ini namanya bukan pelanggaran HAM??
“ Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. … … ”. (QS.Al-Baqarah(2):109).
Mungkinkah hanya doa saja yang dapat membuatnya berpikir benar dan tidak emosional ? Tidak ada yang tidak mustahil selama Allah menghendaki. Buktinya koalisi Prabowo yang kalah dalam pilpres beberapa waktu lalu berhasil memenangkan kursi MPR dan DPR. Allahuakbar … Semoga selanjutnya Allah swt ridho memberi mantan bupati Belitung ini hidayah-Nya, agar dapat kembali ke jalan yang benar.
Ya Allah beri kami pemimpin yang mampu melindungi kami, khususnya warga DKI, agar dapat menjalankan ibadah sebaik mungkin, aamiin aamiin aamiin YRA.
“ … … … Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al-Baqarah(2):109).
Wallahu’alam bish shawwab
Jakarta , 7 Oktober 2014.
Vien AM.
Read Full Post »