Palestina belum juga ada tanda-tanda kemajuan kecuali berkibarnya bendera di PBB, sudah ditambah lagi kemelut Suriah yang dari hari ke hari makin saja membara. Krisis Suriah yang sudah memasuki tahun ke 5 makin berkepanjangan dengan masuknya Rusia yang terang-terangan membela rezim Syiah Bashar Asad melawan koalisi Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan Arab Saudi.
Prediksi Rasulullah 15 abad silam bahwa Islam di akhir zaman layaknya sebuah piring yang dikerubuti orang yang memangsanya tampaknya sudah menjadi kenyataan.
Dari Thauban ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama.”
Maka para sahabat r.a. pun bertanya, “Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?”
Sabda Baginda SAW: “Bahkan masa itu mereka lebih banyak tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut.”
Sahabat bertanya lagi, “Mengapa mereka banyak tetapi seperti buih di laut?”
Jawab Rasulullah SAW, “Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.”
Sahabat bertanya lagi, “Apakah itu al-Wahn?”
Rasulullah SAW bersabda: “Cinta dunia dan takut akan kematian.”
Ya Bumi Syam yang merupakan julukan Suriah dan di akhir zaman nanti diprediksi bakal menjadi ajang pertempuran antara pasukan Musimin melawan kaum yang Kafir, saat ini memang layaknya piring yang diperebutkan musuh-musuh Islam. Kecuali Arab Saudi yang keberadaannya di arena pertempuran di pihak sekutu Amerika Serikat perlu dipertanyakan. Meski kemungkinan besar hanya merupakan strategi apalagi bila mengingat sosok raja Salman yang baru menduduki jabatan tertinggi Januari 2015 lalu.
Suriah dibawah Basyar Asad yang Syiah itu memang harus diperangi secara sungguh-sungguh. Syiah dengan Tauhidnya yang menyimpang adalah duri dalam tubuh Islam, layaknya musuh dalam selimut. Apalagi sejak revolusi Iran dibawah pimpinan Khomeini yang kemudian menyebar-luaskan Syiah Rafidhoh yang benar-benar ekstrim kesesatannya. Celakanya, Syiah inilah yang saat ini berkembang pesat hingga masuk ke Indonesia. Syiah Rafidhoh dikenal sangat membenci Islam Sunni yang sejak dulu merupakan mayoritas di dunia. Itu sebabnya pula mengapa Arab Yahudi terpaksa turun tangan menghadapi Yaman yang dikuasai Syiah Houti yang didukung Iran. Perlu diingat posisi Yaman yang memang berbatasan langsung dengan Arab Saudi.
Jadi apa yang terjadi saat ini di Suriah bukan lagi perang saudara antar sesama Muslim sepeti yang sering diberitakan media sekuler. Revolusi damai yang dilakukan rakyat Suriah pada Maret 2011 terhadap rezim Syiah Basyar Asad dan dihadapi dengan cara kekerasan itu kini telah didomplengi pihak-pihak yang tidak senang melihat Islam bersatu. Meski kenyataannya Sunni dan Syiah sejak dulu memang sering bentrok apalagi sekarang dengan adanya perbedaan mencolok seperti dijelaskan di atas.
Ditambah lagi dengan adanya ISIS, organisasi yang dibidani dan didanai Amerika, dengan mencatut nama Islam, dan diterjunkan di sekitar Irak dan Suriah jadilah Suriah yang sudah kacau makin kacau saja. Strategi negara adi daya yang saat ini berada dibawah pimpinan Obama ini tampaknya benar-benar berhasil. Umum bahkan sebagian besar umat Islam sendiri akhirnya menjadi rancu, tidak dapat membedakan mana kaum Mujahidin yang berjuang rela menghadapi musuh Allah dengan ISIS yang berjuang karena bayaran dengan cara brutal pula. Keberingasan ISIS yang didukung dana dan senjata yang sangat besar telah berhasil mencoreng wajah Islam yang sesungguhnya.
Yang terakhir adalah tragedy di Paris yang diberi nama Paris Attack pada 13 November lalu. Serangkaian bom bunuh diri dan serangan bersenjata menimpa pusat kota mode dunia ini. Serangan bom bunuh diri yang dimulai di stadion sepak bola dimana hadir presiden Perancis dan mentri luar negri Jerman untuk menyaksikan pertandingan persahabatan antar dua negara tersebut diikuti dengan rangkaian tembakan di restoran, gedung pertunjukkan musik dan beberapa tempat sudut lain di Paris.
Maka dalam hitungan menitpun seluruh dunia menyampaikan duka cita yang mendalam atas serangan yang memakan korban 130 orang itu. Tak lama kemudian ISIS mengklaim bertanggung-jawab atas serangan brutal tersebut, dengan alasan sebagai “upah” bergabungnya Perancis ke dalam pasukan sekutu dalam memerangi ISIS di Suriah. Sejumlah pemimpin negara serempak berkumpul mengutuk dan sepakat meningkatkan gempuran.
Islamophobia yang sudah dimulai sejak serangan September 2001 dan sempat menurun kini kembali menjangkiti Barat. Dan korbannya sudah dapat dipastikan yaitu kaum Muslimin, terutama yang tinggal di Barat. Akibatnya rasa takut dan rasa Percaya Diri umatpun akhirnya runtuh, termasuk di negri kita tercinta Indonesia. Yang hingga demi memperbaiki nama baik Islam ada sebagian kaum Muslimin yang mulai mereka-reka bagaimana cara mengatasi hal ini. Sayangnya dengan cara yang berlebihan, diantaranya dengan menyatakan bahwa semua agama adalah sama, seperti yang dilakukan JIL dan yang teranyar dengan lahirnya Islam Nusantara. Celakanya lagi, ini didomplengi kaum Syiah yang terus berusaha keras agar dapat diterima kaum Muslimin di Indonesia yang mayortas Sunni ini.
Padahal tidak seharusnya umat Islam terjebak oleh hal ini, terjebak antara terorisme dan jihad yang sengaja dipelesetkan Barat. ISIS jelas bukan Islam. Islam tidak pernah mengajarkan membunuh perempuan, anak-anak dan orang yang tidak bersalah. Lihatlah bagaimana ISIS menyerang masjid, kaum Muslimin di pengungsian dan sebagainya. Bahkan baru-baru ini kabarnya ODOJ ( One Day One Juz), suatu komunitas baca Al-Quran telah menerima ancaman dari ISIS !
Tidak dapat dipungkiri sikap dan reaksi dunia terhadap suatu permasalahan memang terlihat jelas pilih kasih. Coba bandingkan, bagaimana reaksi dunia ketika terjadi ledakan bom diri di Ankara yang memakan korban lebih dari 80 orang tewas dan ratusan lainnya terluka, persis sebulan sebelum Paris Attack. Padahal pemerintah Turki menegaskan biang keladinya sama dengan Paris Attack yaitu ISIS, meski tidak ada klaim resmi dari organisasi teroris tersebut.
Belum lagi kerusuhan yang tidak kurang dasyatnya yang terjadi setiap hari di tanah Palestina yang dijajah Israel sejak puluhan tahun silam. Penangkapan, penculikan, perkosaan dan penembakan terhadap rakyat sipil, baik anak di bawah umur, perempuan maupun orang lanjut usia terjadi setiap hari tanpa adanya reaksi dunia seperti yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu. Sama halnya dengan yang terjadi terhadap Muslim Rohingnya yang merupakan minoritas di Myanmar, juga Muslim Uighur yang tertindas di Cina.
Sementara itu kemarahan Perancis akibat Paris Attack tak tanggung-tanggung. Hanya selang beberapa hari setelah tragedy, Perancis mengirimkan jet-jet tempurnya untuk menggempur kota-kota di Suriah yang diduga sebagai markas ISIS terlaknat. Tak ayal lagi sejumlah fasilitas umum seperti rumah sakit, pabrik dan pasarpun hancur berantakan diterjang amukan bom yang dijatuhkan jet-jet tersebut. Sayangnya ternyata tidak tepat karena ISIS mengklaim bahwa apa yang mereka sasar itu telah mereka kosongkan.
Artinya yang menjadi korban lagi-lagi hanyalah rakyat biasa. Suriah yang telah ditinggalkan 60 % penduduknya itupun makin merana hidupnya. Belum lagi pengungsi Suriah yang hidup di pengungsian yang menjadi sasaran kemarahan penduduk setempat. Yang bahkan oleh para pemimpin sejumlah negara bagian di Amerka kabarnya mulai diawasi pergerakannya. Ini semua akibat ulah teroris pelaku bom bunuh diri yang membiarkan jejaknya “ tercecer “ dengan “ ditemukannya” sebuah passport Suriah di lokasi kejadian. Persis seperti yang dilakukan teroris pelaku Charlie Hebdo, yang passportnya “ tercecer” di mobil sewaannya. ???
Terakhir, Turki yang beberapa hari lalu menembak jatuh jet tempur Rusia yang nyasar memasuki wilayah udara Turki, harus menerima sejumlah sanksi Rusia yang secara teori bakal membuat negara ini cukup terpukul. Putin bahkan dengan kejinya menyebar fitnah bahwa Turki dibawah Recep Tayyib Erdogan, satu dari pemimpin Islam terbaik era ini, sebenarnya adalah antek-antek ISIS.
Padahal Rusia yang katanya berkomitmen melawan ISIS demi mendukung Suriah dibawah Bashar Assad sebenarnya beberapa kali bukannya menargetkan ISIS melainkan para pejuang oposisi. Diantaranya faksi oposisi Turkmen yang merupakan etnis Turki yang tinggal di Suriah utara yang berbatasan dengan Turki. Disamping itu pasukan Rusia, bersama pasukan rezim Suriah, juga sering menjadikan warga sipil sebagai target mereka. Rumah penduduk, pasar, sekolah, rumah sakit bahkan konvoi truk yang membawa bantuan kemanusiaan dari Turki yang sedang melintaspun tak luput dari serangan mereka. Mereka juga tak segan menggunakan senjata kimia hingga menewaskan 140 jiwa rakyat Suriah.
Untuk itu tak salah bila akhirnya para ulama manca negara, diantaranya ulama Mesir kenamaan Syeikh Yusuf Qaradawi menghimbau kaum Muslimin untuk berjihad membantu penderitaan kaum Muslimin di Suriah yang tertindas. Anehnya, Tempo dengan ringannya mengabarkan bahwa para ulama telah menelan ludah sendiri karena sebelumnya telah mengutuk tindakan brutal ISIS. Tampak jelas bahwa majalah sekuler ini ingin menyesatkan pembacanya antara gerakan terorisme ISIS dan jihad membela kaum Muslimin yang terdzalimi. Persis seperti provokasi Barat yang selama ini beredar.
http://jakartagreater.com/ulama-arab-saudi-serukan-muslim-dunia-jihad-lawan-rusia/
Pertanyaannya tegakah kita mengulangi kesalahan dengan membiarkan tanah Palestina yang direbut penjajah Zionis Israel 67 tahun lalu itu dengan kembali membiarkan bumi Syam yang merupakan tanah warisan para nabi itu kepada musuh-musuh Islam ??? Membiarkan negara-negara yang memproduksi senjata secara massal seperti Amerika Serikat, Perancis dan Rusia mengeruk keuntungan dengan menggunakannya secara semena-mena terhadap kaum Muslimin ???
Bukankan Islam mengajarkan bahwa jihad tidak melulu dengan perang bersenjata? Melainkan juga dengan pena, dengan pikiran, dengan harta dan bisa juga dengan boikot ekonomi dengan tidak membelanjakan uang kita untuk membeli produk musuh??
“ Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Terjemah QS. At-Taubah(9):122)..
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 30 November 2015.
Vien AM.
Leave a Reply