In the old days, the Dutch would highly value our culture. Nowadays, many Indonesians want to replace it by Arab culture and clothing.” ( Dulu orang Belanda sangat menghargai budaya kita. Sekarang banyak orang Indonesia ingin menggantikannnya dengan budaya dan pakaian Arab).
“ Nonik-nonik Belanda ikut berkebaya. Belanda gak pernah berniat menghancurkan budaya lokal Nusantara. Siapa justru yg paling berniat mengharamkan budaya lokal ini? “.
Belakangan ini pernyataan-pernyataan semacam pernyataan diatas banyak bermunculan di medsos, ntah itu di FB, Twitter atau sekedar BC melalui grup-grup WA ataupun BB dan yang sejenisnya. Pernyataan bernada provokasi kebencian dan antipati terhadap budaya Arab tampak sekali nyata. Namun yang tambah tidak lucunya lagi mengapa harus membandingkannya dengan Belanda yang selama 350 tahun telah menjajah negri kita tercinta ini.
Bersamaan dengan itu muncul pula apa yang disebut dengan Islam Nusantara. Pada pembukaan acara Istighosah menyambut Ramadhan dan pembukaan munas alim ulama NU, di Masjid Istiqlal 14 Juni 2015 lalu, muncul istilah Islam Nusantara. Ketua Umum PBNU yang kembali terpilih Said Aqil Siradj mengatakan, NU akan terus memperjuangkan dan mengawal “ model” Islam teranyar tersebut.
“Yang paling berkewajiban mengawal Islam Nusantara adalah NU,” kata Said Aqil, yang disambut tepuk tangan meriah ribuan anggota NU yang memadati ruangan dalam Masjid Istiqlal.
“Islam Nusantara ini didakwahkan untuk merangkul, melestarikan dan menghormati budaya, tidak malah memberangus budaya. Dari pijakan sejarah itulah, NU akan terus mempertahankan karakter Islam Nusantara yaitu “Islam yang ramah, anti radikal, inklusif dan toleran.” ,” ujarnya usai acara kepada wartawan yang hadir pada acara tersebut.
NU tampaknya tidak main-main. Sebuah situs dengan nama yang sama tak lama kemudianpun lahir. Dalam situs tersebut dikatakan bahwa sejumlah media online Islam ternama seperti eramuslim.com, hidayatullah.com, voa-alislam dll telah berusaha menggiring opini publik bahwa Islam Nusantara adalah sebuah upaya halus bagi proses deislamisasi di negeri tercinta ini. Situs ini juga tak lupa mengingatkan bahwa media-media online tersebut adalah media Islam “radikal” yang sempat di blokir BNPT beberapa waktu lalu. ( Namun setelah didemo banyak pihak karena alasan yang mengada-ada kembali dibuka tidak lama kemudian).
Hmm … Apa maksud ketua NU tersebut ? Apakah itu berarti Islam secara umum, yang bukan Nusantara, kebalikan dari semua itu ?? Bukankah Islam itu ya Islam tidak ada pengkotak-kotakan dalam Islam.
Barat saat ini memang sedang mengalami Islamophobia akut apalagi paska tragedi Paris Attact yang disusul insiden penembakan di St Bernardino California beberapa hari lalu dan memakan 14 orang korban meninggal. Yang membuat calon presiden AS Donal Trump uring-uringan dan sesumbar mengeluarkan pernyataan bahwa bila ia terpilih akan melarang Muslim memasuki negaranya, meski hanya sebagai turis sekalipun !
Padahal siapapun pelakunya, baik itu ISIS ataupun orang yang mengaku beragama Islam jelas tidak bisa mewakili Islam, baik pemeluk maupun ajarannya. Islam tidak mengajarkan kekerasan. Contoh paling mudah adalah dengan melihat bagaimana Rasulullah Muhammad saw bersikap. Bagaimana nabi Allah yang berakhlak mulia ini menghadapi orang-orang yang memusuhi beliau, mengejek bahkan bersengkongkol hendak membunuh beliau. Perang baru dilakukan setelah kaum yang memusuhi Islam makin lama makin membahayakan jiwa dan perkembangan Islam. Itupun bila mereka telah meminta ampun dan berjanji tidak lagi akan mengganggu maka kita diwajibkan berhenti memeranginya.
Dari sejarah kita juga dapat menyaksikan betapa Islam ketika berkuasa hak-hak non Muslim tetap terpelihara. Yerusalem dibawah kekuasaan Sultan Salahuddin contohnya, ataupun Sultan Mehmed yang hidup sezaman dengan Dracula si penguasa kejam nan sadis dari Rumania. Bandingkan dengan ketika Kristen berkuasa di suatu wilayah, Spanyol dibawah raja Ferdinand dan ratu Isabella, yang mengusir dan membunuhi kaum Muslimin dan Yahudi, misalnya.
Atau yang terjadi hingga detik ini, tengok bagaimana Zionis Israel Yahudi memperlakukan rakyat Palestina. Semua orang tahu bagaimana kejam dan sadisnya mereka bertindak selama puluhan tahun lamanya. Namun apa yang dilakukan Barat yang notabene Kristen dan saat ini sedang memegang kontrol dunia ??? Padahal mereka inilah yang dengan gencar menggaungkan pentingnya HAM, toleransi dan demokrasi.
Jadi sungguh tidak penting apa yang dilakukan ketua NU dan kroni-kroninya itu dengan Islam Nusantaranya. Yang justru memberi kesan hendak memojokkan Islam dengan segala yang berbau Arab. Islam yang memang lahir di semenanjung Arabia, dibawa oleh nabinya yang juga orang Arab dengan membawa kita suci Al-Quran yang berbahasa Arab, jelas tidak bisa dilepaskan dari dunia Arab. Bukankah ketika shalat minimal 5x seharipun wajib menghadap Kiblat yang ada di Mekah ? Begitupun kewajiban haji dan umrah yang hanya bisa dilakukan di Mekah dan sekitarnya.
Yang juga perlu diingat, Rasulullah Muhamad saw ketika datang membawa ajaran Islam, yang dilawan adalah budaya dan kebiasaan Arab jahiliyah, yang telah melupakan ajaran Tauhid yang pernah diajarkan nabi Ibrahim dan putranya nabi Ismail ribuan tahun silam, jauh sebelum nabi Muhammad saw datang. Ketika itu kesyirikan meraja-lela, patung-patung yang dengan beribu alasan disembah. Itu sebabnya hal pertama yang dilakukan Rasulullah begitu menaklukan kota Mekah adalah menghancurkan semua patung yang ada di dalam Kabah.
Setelah itu secara bertahap kebiasaan bermabuk-mabukan, perzinahan, riba, pelecehan kaum perempuan dll dilarang. Termasuk juga kebiasaan kaum perempuan mempertontonkan auratpun dilarang, yaitu dengan perintah menggunakan jilbab. Dengan demikian jelas, jilbab bukanlah budaya Arab melainkan aturan Islam !
“ Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. ( Terjemah (QS. At-Taubah(33):59).
Jadi alangkah ironisnya bila detik ini ada orang yang mengaku ulama/santri/cendekiawan Muslim namun gemar mengolok-olok segala yang berbau Arab atau mengklaim bahwa Islam adalah sebuah budaya, yaitu budaya Arab, yang mencoba merubah dan mengutak-atik budaya Nusantara. Bahkan dengan santainya membandingkan dengan Belanda yang menurutnya tidak pernah berusaha merusak budaya Indonesia.
Mungkinkah mereka lupa bagaimana masuknya penjajahan Belanda ke Nusantara ?? Bagaimana keadaan Jawa, Sumatra, Sulawesi bahkan Ternate sebelum masuknya penjajahan berabad-abad lamanya itu ? Lupa bahwa Islam sudah ada jauuh sebelum Belanda menjajah negri yang dikarunia Allah swt rempah-rempahan dan aneka kekayaan bumi .. Lupa bahwa nenek moyang kita dulu lebih mahir membaca huruf-huruf Arab dari pada huruf latin. Bahkan dulu hari libur itu Jumat bukan Minggu.
Mereka juga agaknya lupa betapa banyaknya ulama yang syahid dalam mempertahankan bangsa dan agama dari penjajahan Belanda … Apakah ini bukan namanya deislamisasi, penghapusan Islam dan menggantinya dengan budaya Barat ???
Menjadi pertanyaan besar apa sebenarnya maksud dan tujuan Islam Nusantara? Siapa tokoh-tokoh di balik ini semua. Yang pasti sosok ketua NU Said Aqil Siraj adalah sosok yang dikenal kontroversial. Beberapa kali ia mengeluarkan pernyataan yang terlihat membela Syiah.
Berikut tanggapan imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Ali Musthafa Ya’qn ub tentang ketua NU tersebut.
”Pernyataan Kiai Said sungguh tidak pantas dilakukan sebagai pemimpin NU. Pernyataan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan pemikiran Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari dan juga bertentangan dengan AD/ART NU itu sendiri,” kata Kiai Ali Musthafa Ya’qub dalam diskusi terbatas yang digelar PCNU Jember .
”Syi’ah memiliki paham bahwa membunuh orang selain Syi’ah itu ibadah. Ini sangat berbahaya sekali kalau disebarkan di Indonesia yang mayoritas umat Islam-nya berpaham Ahlussunnawaljama’ah yang bersebarangan dengan paham Syi’ah. Akan banyak friksi-friksi dan konflik yang berkecamuk di tengah masyarakat. Bahkan ini akan mengancam NKRI karena menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa,” papar tokoh NU ini.
”Bagi saya paham Syi’ah itu lebih berbahaya dari pada paham komunis, ini kalau dilihat dari perspektif ajaran dan dampak yang ditimbulkan di tengah masyarakat,” ujar ulama jebolan King Saud University Saudi Arabia yang dikenal sebagai ahli hadits ini. Pernyataan Ali Musthafa yang dimuat di situs nugarislurus ini juga memperlihatkan bahwa telah terjadi perpecahan di dalam tubuh ormas tertua ini.
https://www.nahimunkar.com/imam-besar-masjid-istiqlal-syiah-kelompok-liberal-sudah-masuk-ke-pbnu/
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah Youtube, yang sungguh tak sepantasnya keluar dari lisan seorang kiyai/ulama, Said menghina kebiasaan para ulama memanjangkan jenggot. Menurutnya, orang orang cerdas pasti tidak berjenggot contohnya Gus Dur, Quraish Shihab, dan Nurcholis Majid.
“Semakin panjang jenggot seseorang, semakin GOBLOK”. Perlu dicatat ketiga tokoh yang disebut Said adalah tokoh JIL yang terbiasa membela Syiah.
Demikian pula pernyataan budayawan Emha Ainun Najib yang lebih di kenal dengan nama cak Nun tentang dukungannya terhadap apa yang telah dilakukan Dedy Mulyadi, bupati Purwakarta belakangan ini. Ia menganjurkan agar sang bupati tegar dalam mempertahankan budaya Sunda. Seperti diketahui bupati tersebut telah menghiasi kota yang dipimpinnya itu dengan bermacam patung, dan membalutnya dengan kain hitam putih kotak-kotak persis seperti Bali dengan budaya kental Hindunya. Hal ini tentu saja mendatangkan banyak kecaman baik dari masyarakat maupun ulama karena dianggap telah mendatangkan kesyirikan yang merupakan musuh utama Islam.
http://www.suara-islam.com/read/index/16241/Ulama-Purwakarta-Sebut-Bupati-Dedi-Mulyadi-Raja-Syirik
Prilaku nyleneh juga datang dari KH Masdar F Mas’udi salah satu ketua NU yang men-share pernyataan cendekiawan NU yang kabarnya tinggal di Kanada. Dengan ringannya cendekiawan tersebut mengata-ngatai kaum Muslimin yang memelihara jenggot dan bercelana cingkrang dengan kata-kata yang sungguh tidak elok.
Menjadi pertanyaan besar apa sebenarnya maksud tokoh-tokoh Syiah dan JIL yang bersembunyi di belakang bendera NU dengan Islam Nusantaranya itu ?? Apa dan siapa sebenarnya yang mereka bidik, budaya Arab atau ajaran Islam itu sendiri, agar kita kembali ke zaman jahiliyah, atau ke ajaran Hindu Budha ??
Atau lebih parah lagi agar wabah Arab Spring segera melanda republik tercinta ini seperti yang terjadi di Suriah, Yaman, Mesir dll ?? Dan memberi kesempatan Yahudi dengan Freemason dan Iluminaty beserta antek-anteknya seperti Syiah, JIL dan musuh-musuh Islam lainnya memperlancar pembentukan tatanan dunia baru dibawah pimpinan si mata satu Dajjal ??
Mari rapatkan barisan jangan lagi kita mau di adu domba. Perbedaan selama bukan di tauhid, mau wiridan, tahlilan, jenggotan, celana cingkrang, NU, Muhammadiyah, Wahabi, Salafi selama berpegang pada Al-Quran dan hadist, menjadikan Rasulullah dan para sahabat sebagai panutan, adalah bersaudara. Itulah Al-Jamaah.
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, yang 71 golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’ (HR. Ibnu Majah).
“ dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia ( Muhammad); dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”. ( Terjemah QS. Al-An’am (6):153).
Wallahu’ alam bish shawwab.
Jakarta, 17 Desember 2015.
Vien AM.
Leave a Reply