Suatu hari di sebuah pelatihan hidroponik ada seorang ibu bertanya kepada instruktur yang merupakan seorang pakar tanaman.
“Pak Iwan saya punya pohon apel Brazil ( atau yang semacamnya saya tidak begitu ingat). Mulanya pohon tersebut sangat subur. Batang dan dahannya terlihat kokoh, daunnya lebat begitupun buahnya. Pohoh tersebut sempat berbuah selama beberapa kali. Lezat buahnya. Namun belakangan ini tanpa saya sadari pohon tersebut keropos tanpa saya tahu apa penyebabnya. Apa yang sebenarnya terjadi pak ya?”, tanyanya dengan air muka duka.
“Oh akarnya bu itu”, jawab sang instruktur tegas.
“Tanaman sebagus apapun kelihatannya bila akarnya tidak ditanam secara baik pasti tidak akan kuat bertahan lama. Jangan sembarangan menanam pohon. Perhatikan akarnya. Akar harus benar-benar tertanam dalam di dalam tanah. Itu sebabnya pohon ibu baru beberapa kali berbuah sudah keropos”, jelasnya.
Saya yang kebetulan berada di dekat lokasi percakapan dan mendengar percakapan tersebut langsung terkesiap. Tiba-tiba saja saya teringat ayat berikut :
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”. ( Terjemah QS. Ibrahim(14):24-26).
Allahuakbar … Maha benar Allah dengan segala firman-Nya !
Saya teringat pohon Bougenville di rumah yang pernah dipindahkan ke lokasi baru karena di tempat yang lama akan dibuat teras tambahan. Pohon yang sebetulnya mudah perawatannya ini ditanam secara sembarangan. Pohon itu terihat agak miring dan bunganya tidak pernah tumbuh lagi. Padahal sebelumnya sangat rimbun, daun dan bunganya yang warna-warni tumbuh dengan indahnya. Sayangnya saya baru menyadari hal tersebut setelah batangnya mulai kurus dan kropos hingga akhirnya mati. Selidik punya selidik akhirnya ketahuan ternyata penyebabnya hanya akar yang kurang dalam tertanam …
Ya, akar memang mempuyai kedudukan yang amat penting, yaitu sebagai jangkar agar pohon dapat berdiri kokoh, tahan terhadap tiupan angin kencang. Selain juga sebagai penyerap nutrisi makanan. Begitupun manusia. Manusia membutuhkan akar agar dapat kokoh berdiri, tahan terhadap segala godaan dan nafsu duniawi yang menyesatkan. Itulah iman. Iman yang tertanam kuat di hati ibarat akar kokoh suatu tanaman. Hanya hati atau qalbu yang bersih yang mampu mengenal dan ingat akan Tuhannya. Hati adalah penimbang yang dapat membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Itulah fitrah manusia yang dibawanya ketika lahir.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (Terjemah QS. Ar-Ruum (30):30).
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Terjemah QS. Az-Zariyat (51):56).
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka…” QS.Al-A’raaf(7):172-174).
Demikianlah Allah swt membuat perumpamaan. Iman ibarat akar atau fondasi sebuah bangunan, amal ibadah dengan mencontoh rasulullah sebagai nutrisi yang dilakukan secara teratur ibarat batang pohon, serta akhlak yang baik ibarat bunga dan buahnya. Inilah contoh hamba Allah yang kelak dijanjikan masuk surga. Yang ketika di dunia mampu memberikan manfaat yang banyak bagi orang lain. Dengan akar yang kuat yang tahan menghadapi angin kencang hingga dapat dijadikan tempat bersandar, batang dan dahan serta dedaunan yang rimbun dapat dijadikan tempat berteduh. Sementara bunga-bungaannya yang indah mampu menyejukkan hati. Dan buahnya yang lezatpun dapat dinikmati. Alangkah indahnya …
Dari Nu’man bin Basyir Nabi Muhammad s.a.w bersabda,”Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada sepotong daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggota badannya tetapi seandainya daging itu rusak dan kotor, maka kotor dan rusaklah seluruh anggota badannya. Daging yang dimaksudkan ini adalah hati.“( HR. Bukhari dan Muslim)
Sayangnya dengan berjalannya waktu, ketika seseorang telah melewati masa balighnya, potensi melupakan fitrah tersebut menjadi semakin besar. Kenikmatan dan hingar bingar dunia bisa menyesatkannya. Dan memang begitulah pekerjaan pasukan syaitan dibawah pimpinan Iblis yang tidak pernah mengenal lelah mencari mangsa yang akan dijadikannya teman di neraka kelak.
Akibatnya hati yang mulanya bersih dan sehat itu sedikit demi sedikit menjadi kotor dan sakit, bahkan bila terus didiamkan bisa mati suri. Akibatnya segala gerak langkah dan perbuatannya, meski perbuatan baik sekalipun tidak mampu mendatangkan ridho-Nya. Karena perbuatannya tidak berdasarkan kriteria dan perintah Allah sebagai Sang Pemilik.
Ini yang banyak terjadi di Barat. Mereka berbuat baik tapi atas dasar “ baik” menurut pemikiran dan akal mereka. Perzinahan dan Homoseksual contohnya. Kedua hal tersebut mereka bela habis-habis atas dasar HAM tanpa mempedulikan hak Sang Pencipta sebagai yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi mahluk ciptaan-Nya. Juga toleransi kebablasan yang seringkali justru melanggar batas toleransi yang disyariatkan-Nya.
” Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat”. ( Terjemah QS. Al-Kahfi(18):103-105).
Itulah perumpamaan akar pohon yang ditanam tidak dengan benar. Yang bunga maupun buahnya bagai fatamorgana, yang tidak dapat memberi kenikmatan dan manfaat yang sesungguhnya, yaitu surga-Nya.
Na’udzubillah min dzalik.
Jakarta, 23 Januari 2016.
Vien AM.
Assalamualaikum penulis..saya suka sangat penulisan penulis..dapat tambahkan sedikit sebanyak ilmu pengetahuan saya..Alhamdulillah..
Waalaykumsalam, Alhamdulillah … Trimakasih juga sudah mampir …