Belakangan ini marak beredar pemberitaan tentang Gafatar, yang kemudian berlanjut dengan keluarnya fatwa MUI tentang kesesatan organisasi tersebut. Heboh tentang Gafatar muncul paska adanya laporan kehilangan demi kehilangan orang, khususnya di kantor polisi DIY Yogyakarta.
Pada akhir Desember 2015 seorang dokter bernama Rica Tri Handayani dilaporkan hilang bersama putranya yang masih balita. Ketika itu ia baru datang dari Lampung ke Yogya untuk menjenguk suaminya yang sedang mengambil spesialisi dokter, tetapi nyatanya sang suami tidak pernah bertemu dengan sang istri. Setelah lebih kurang 2 minggu, akhirnya polisi berhasil menemukan dokter muda tersebut di bandara Pangkalan Bun – Kalteng, bersama 6 orang lainnya. Memang selama 2 minggu dan beberapa hari setelahnya polisi kebanjiran pengaduan orang hilang.
Anehnya, setelah melalui pemeriksaan, pengakuan dokter Rica terhadap polisi tidak sama dengan pesan yang ditinggalkannya untuk sang suami. Kepada polisi ( sama dengan pengakuan 2 sepupu Rica yang sementara dituduh sebagai pelaku penculikan) Rica beralasan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sementara kepada suaminya ia berkata ingin berjuang di jalan Allah.
Yang pasti pada akhirnya polisi berkesimpulan bahwa Rica adalah mantan anggota Gafatar, sebuah organisasi yang mendeklarisasikan sebagai ormas yang bergerak di bidang sosial. Di situs resminya ormas yang didirikan pada tahun 2012 ini mencantumkan ketahanan dan kemandirian pangan sebagai program kerja mereka. Mereka memajang dokumentasi berbagai kegiatannya, diantaranya perkemahan, pelatihan kebencanaan, pelatihan untuk remaja, dan lain-lain.
“Gafatar bukan organisasi keagamaan,” demikian aku ketua umumnya yang di posting pada Februari 2015.
Namun Abu Deedat, anggota MUI, seorang kristolog sekaligus ketua umum Fakta ( Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) mengingatkan agar umat Islam waspada terhadap sepak terjang dan ulah Gafatar.
“Di beberapa daerah termasuk di Jakarta mereka banyak mendompleng kegiatan PMI seperti donor darah dan aksi sosial lainnya hingga menjerumuskan banyak orang ke dalam ormas tersebut,” ungkapnya.
Dari penelusurannya, terbongkar Gafatar yang merupakan sempalan NII, adalah organisasi terlarang yang beberapa kali berganti nama. Adalah Abdus Salam alias Ahmad Mushaddeq yang mengikrarkan diri sebagai rasul melalui aliran sesat Al-Qiyadah Al-Islamiyah pada tahun 2006. Aliran ini berusaha merangkul sebanyak mungkin pengikut dengan cara mencampur-adukkan ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi. Dan mengklaim bahwa Mushaddeq adalah sang messiah yang ditunggu ke 3 agama besar tersebut. Aliran ini juga tidak mau mempercayai hadist. Selain itu juga tidak mewajibkan shalat dan puasa bagi pengikutnya karena dianggap masih dalam periode Mekkah. (?).Aliran ini diperkirakan sempat memiliki 60 ribu pengikut, kebanyakan pelajar dan mahasiswa.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.(Terjemah QS. Al-Ahzab(33):40).
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Aku dilebihkan dari para nabi yang lain dengan enam hal: aku diberi ‘jawa’i’ al-Kalim (kalimat yang singkat tapi padat), aku ditolong dengan rasa takut pada musuh, dihalalkan bagiku harta rampasan (ghanimah), bumi dijadikan masjid dan suci bagiku, aku diutus kepada segenap makhluk dan aku menjadi penutup para nabi.” (HR.at-Turmudzy dan Ibn Majah).
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaanku dan perumpamaan para Nabi seperti perumpamaan seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah lalu ia sempurnakan dan buat indah kecuali ada satu tempat ubin lagi. Siapa saja yang memasukinya lalu melihatnya pastilah berkata, ‘Alangkah indahnya kecuali tempat ubin ini. Maka, akulah tempat ubin itu, para nabi ditutup denganku.” (HR.al-Bukhary dan Muslim)
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, sehingga tidak ada Rasul atau pun nabi setelah (sepeninggal)-ku.” …. (HR.at-Turmudzi dan Ahmad).
Syukurlah setahun kemudian yaitu pada tahun 2007, MUI menetapkan bahwa aliran ini sesat, dan sang nabi palsu itupun dijebloskan ke penjara. Selanjutnya Al-Qiyadah Al-Islamiyah merubah namanya menjadi Milah Abraham, kemudian Negara Karunia Tuhan Semesta Alam (NKSA) dan terakhir sebagai Gafatar. Gafatar sendiri diresmikan pada tahun 2012 dengan merubah wajahnya aslinya namun sebenarnya masih tetap dengan misi lamanya.
( http://sangpencerah.com/2016/01/membongkar-kesesatan-gafatar.html ).
“ Bukankah nabi sendiri sudah memperkirakan bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya 1 yang masuk surga. Dan saya yakin Milah Ibrahim inilah yang satu itu”, demikian alasan yang dikemukakan seorang kenalan ketika saya menanyakan mengapa ia mau menjadi pemeluk aliran sesat tersebut.
Dari ‘Auf bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Yahudi terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, satu (golongan) masuk Surga dan yang 70 (tujuh puluh) di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang 71 (tujuh puluh satu) golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 (tujuh puluh dua) golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang masuk Surga itu) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jama’ah.’ (HR. Ibnu Majah).
(http://almanhaj.or.id/content/453/slash/0/kedudukan-hadits-tujuh-puluh-tiga-golongan-umat-islam/).
Link diatas adalah beberapa hadist mengenai adanya golongan yang terpecah tersebut. Namun kalau diperhatikan lebih seksama, sebenarnya aneh juga. Aliran tersebut tidak mempercayai hadist namun mengapa ia justru menjadikan hadist diatas sebagai pegangan??
Dan lagi jelas dikatakan bahwa satu golongan yang benar dan masuk surga tersebut adalah Al-Jamaah, yaitu mereka yang berpegangan pada Al-Quran dan As-Sunnah atau Al-Hadist. Apalagi dengan adanya temuan MUI baru-baru ini bahwa terdapat lebih dari seratus aliran sesat di Jawa Barat. Apakah itu berarti perkiraan Rasulullah salah ?? Jawabannya pasti tidak ! Bukankah Allah swt telah menjamin segala apa yang dikatakan dan dikerjakan Rasul itu tidak mungkin menyimpang dari kebenaran ?
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya”. (Terjemah QS. An-Najm(53):1-3).
Dan kalaupun terjadi kekhilafan Allah yang akan langsung menegurnya. Seperti yang diabadikan-Nya melalui surat ‘Abasa misalnya. Surat ini turun menegur Rasulullah yang bermuka masam ketika ada orang buta datang menghadapnya. Ketika itu Rasul memang sedang berusaha mengajak pemuka-pemuka Quraisy agar mau mendengar ajaran Islam. Beliau tidak mempunyai maksud sedikitpun melecehkan orang buta tersebut. Hal sepele sebenarnya namun nyatanya Allah tetap menegurnya. Atau dalam surat AL-Kahfi yang menegur Rasulullah karena lupa mengatakan “ Insya Allah”.
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya-Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”. ( Terjemah QS. Al-Kahfi(18):23-24).
Jadi sudah pasti kitalah yang salah memahaminya. 73 golongan yang dimaksud Rasulullah itu tidak terbentur oleh nama seperti Muhamadiyah, NU, Salafi, Wahabi, FPI, Ahlusunnah Waljamaah ( Aswaja) dll. Namun isinya. Selama golongan tersebut menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pegangan, itulah golongan yang satu itu, yaitu golongan yang benar, yang dijanjikan masuk surga-Nya, apapun namanya.
Sebaliknya golongan/kelompok/aliran/sekte yang tidak demikian, antara lain mempercayai adanya nabi setelah Muhammad saw seperti Ahmadiyah, Gafatar/Milah Ibrahim, Lia Eden dll, tidak mau mengikuti sunnah/hadist seperti Ingkar Sunnah, menghalalkan mut’ah, memfitnah Umirul Mukminin ( istri-istri nabi) dan para sahabat ( kaum Anshar dan Muhajirin) seperti ajaran Syiah, memelesetkan dan memlintir ayat-ayat Al-Quran seperti orang-orang JIL yang menghalakan homoseksual, dll, apapun namanya, itulah golongan sesat yang 72 itu.
“Salah seorang dari kalian akan menjumpai seorang yang bersandar pada kursi sofanya. Datang kepadanya sebuah perintah dari perintahku yang aku perintahkan atau perkara yang aku larang. Kemudian ia menjawab: “Aku tidak tahu perkara itu. Apa yang kami temukan dalam Al-Quran itulah yang kami ikuti.” (HR. Abu Dawud: 3989, Ibnu Majah: 13, At-Tirmidzi: 2587).
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Terjemah QS. An-Nisa’(4): 80).
“ (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. ( Terjemah QS. An-Nisa(4):13).
Ironisnya, MUI, lembaga dimana berkumpul para ulama yang seharusnya dapat menjadi pengayom tertinggi umat Islam di negri ini, kurang menunjukkan pengaruhnya. Ntah karena kurang didukung pemerintah era ini atau ntah mengapa fatwa mereka sering kali tidak didengar. Akibatnya berbagai aliran yang telah dinyatakan sesat seperti Syiah dan JIL terus saja berkembang tanpa banyak hambatan, hingga detik ini.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 12 Februari 2016.
Vien AM.
Leave a Reply