Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2016

“ Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja., … … ”. ( Terjemah QS. Al-Mumtahanah(60):4).

Keteguhan nabi Ibrahim dalam mempertahankan aqidah inilah yang membuat Allah swt menjadikannya sebagai keteladanan. Untuk itu pula nabi Ibrahim as disebut sebagai bapak tauhid. Juga sebagai bapak para nabi, karena semua nabi yang diutus setelah nabi Ibrahim as adalah keturunan dari kedua putra beliau, yaitu nabi Ismail as dan nabi Ishaq as. Dan ini semua tidak terlepas dari doa dan permohonan Ibrahim as yang kemudian dijabah Tuhannya, Allah Azza wa Jalla.

“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku”. ( Terjemah QS. Ibrahim(14):40).

“ Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya ( khalilullah)”. ( Terjemah QS. An-Nisa (4):125).

Maka tak salah bila Allah swt kemudian menjuluki bapak para nabi ini dengan gelar kekasih Allah ( khalilullah). Sedangkan yang dimaksud orang yang mengikuti agama Ibrahim yang lurus di ayat di atas adalah nabi Muhammad saw.

Kepasrahan dan ketaatan Ibrahim  kepada Tuhannya sungguh tak dapat diragukan lagi. Puncaknya adalah ketika Allah swt memerintahkannya agar menyembelih putra beliau satu-satunya ketika itu, yaitu nabi Ismail as.  Padahal telah lama Ibrahim merindukan hadirnya seorang anak. Dan baru ketika usia lanjut, yaitu 99 tahun, beliau mendapatkannya. Untuk itu Sang Khalik maka mengabadikan peristiwa fenomenal tersebut dalam surat Asf-Shaffat (37) ayat 102 berikut :

Maka tatkala anak itu ( Ismail) sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Namun yang lebih mencengangkan lagi adalah jawaban sang putra tercinta yang menurut riwayat baru berusia sekitar 7 tahun ( ada yang berpendapat 13 tahun). Bagaimana mungkin anak seusia itu sudah mempunyai tingkat ketakwaan yang begitu tinggi?? Darimana ia mendapatkan keberanian dan kesabaran rela disembelih sang ayah yang bahkan pernah “membuangnya” ke gurun sahara yang tak berpenghuni ketika bayi dulu ??

Ia ( Ismail ) menjawab:

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ada baiknya kita tengok sedikit ke belakang siapa sebenarnya Ibrahim, ayah yang begitu beruntung mendapat anugerah anak yang sangat patuh, berbakti kepada orang-tua sekaligus takut pada Tuhannya.

Nabi Ibrahim as di Kaldan.

Ibrahim sejak kecil telah terbiasa menjajakan berhala buatan ayahnya, Aazar. Ketika itu penduduk Kaldan, kota dimana beliau tinggal memang  dikenal sebagai penyembah berhala, termasuk bulan, bintang, matahari dll. Namun demikian Ibrahim tidak pernah percaya bahwa segala macam sesembahan tersebut mampu memberikan manfaat. Kegelisahan Ibrahim tersebut tercatat dengan apiknya pada ayat 75-79 surat Al-An’am, yang berakhir dengan penyerahan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla, Sang Pencipta sekaligus Pemilik alam semesta dan seluruh isinya.

Berangkat dari keyakinan tersebut maka Ibrahimpun mulai berani memprotes keyakinan ayahnya, dengan cara yang santun, tidak kasar, bahkan cenderung mengajak untuk berpikir. Dan ketika akhirnya ayahnya tetap menolak ajakannya bahkan mengancamnya, Ibrahim tetap mendoakannya. Ini mencerminkan betapa tingginya akhlak beliau. Berikut percakapan yang terekam dalam surat Maryam  ayat 46-48:

Berkata bapaknya:

“Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.

Berkata Ibrahim:

“Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo`a kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo`a kepada Tuhanku”.

Ibrahim juga pernah dihukum bakar oleh raja Namrud karena berani memotong kepala berhala sesembahan raja dan penduduk Kaldan. Hal ini sengaja beliau lakukan untuk membuktikan bahwa berhala yang mereka sembah itu sama sekai tidak bermanfaat, yang bahkan untuk melindungi dirinya sendiri saja tidak mampu. Kisah menantang dan lucu ini diabadikan dalam surat Al-Anbiya ayat 52-66, diantaranya sebagai berikut :

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

Mereka berkata:

“Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”.

Mereka berkata:

“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.

Mereka berkata:

“(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan”.

Mereka bertanya:

“Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”

Ibrahim menjawab:

“Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.

Nabi Ibrahim as berhijrah.

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. ( Terjemah QS. Al-Anbiyya (21):69.

Dengan rahmat Allah swt Ibrahim as dibebaskan dari panasnya kobaran api raja Namrud. Setelah itu Ibrahimpun pergi meninggalkan negri Kaldan dan tinggal selama beberapa tahun di Mesir sebelum akhirnya menetap di Palestina hingga akhir hayat beliau. Hijrah ini persis seperti yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw yang pergi meninggalkan Makkah ke Madinah karena penduduk Mekkah semakin memusuhi nabi dan tidak mau menerima ajakan nabi untuk bertauhid, menyembah hanya kepada Allah swt, Sang Pencipta Yang Satu, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Dalam pengembaraan panjang tersebut Ibrahim as tetap menjalankan dakwah menuju Tuhannya. Hingga ketika Ibrahim mencapai usia senja Allah swt tidak juga menganugerahi seorangpun keturunan, Sarah, istri Ibrahim, meminta suaminya agar mau menikahi Hajar, budak pemberian raja ketika mereka tinggal di Mesir. Dan Allahpun mengabulkan keinginan pasangan tersebut. Tidak hanya dengan lahirnya Ismail dari rahim Hajar, namun juga menyusul Ishaq yang lahir dari rahim Sarah yang telah berusia tua.

“ Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do`a. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. ( Terjemah QS. Ibrahim (14):39-41).

Namun demikian untuk membuktikan ketakwaan keduanya, bapak maupun anak, Allah swt mengujinya lagi dengan cobaan yang maha berat, yaitu penyembelihan ! Meski akhirnya Allah berkenan mengganti sang anak yang telah pasrah sementara sang ayah dengan tegar siap melaksanakan perintah, dengan hewan sembelihan besar. Allahuakbar …

“ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. ( Terjemah QS. Asf-Shaffat(37):103-108).

Ibrahim as dan Ismail as membangun Ka’bah di Makkah.

Nabi Ibrahim as meski tetap tinggal di Palestina bersama Sarah dan putranya ishaq as namun secara berkala beliau datang mengunjungi Hajar dan Ismail di Mekah. Mekah, berkat sumber air zam-zam yang terus mengucur deras sejak peristiwa Hajar yang berlarian bolak-balik  7x demi mendapatkan air untuk putranya tercinta, tidak lagi sepi seperti ketika Ismail dan ibunya ditinggalkan Ibrahim beberapa tahun lalu.

“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S. Ibrahim : 37)

Ya doa nabi Ibrahim as diatas itulah tampaknya yang menjadi penyebab kota Mekah yang tadinya tandus dan tak berpenghuni berkembang menjadi kota yang subur, yang buah-buahannya menjadi sumber rezeki bagi penduduknya.  Di kota inilah Ismail tumbuh menjadi anak yang sholeh, yang senantiasa mendirikan shalat.

Ibrahim dan Ismail ini pulalah yang diberi kepercayaan Allah Azza wa Jalla agar meninggikan Ka’bah yang berdasarkan mayoritas pendapat ulama pertama kali dibangun oleh nabi Adam as. Inilah rumah ibadah tertua yang pernah ada di muka bumi.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. ( Terjemah QS.Al-Baqarah(2):127-128).

ka'bah1Dan untuk mengembalikan kesucian dan kemurnian ajaran Ibrahim as yang sepeninggal beliau telah diselewengkan selama ribuan tahun, Allahpun menurunkan rasulullah Muhammad saw dengan kitab suci Al-Quran sebagai pegangannya. Itu sebabnya hari ini bisa kita saksikan jutaan umat Islam setiap tahun berbondong-bondong pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dengan berbagai rangkaiannya, seperti tawaf, sai, lempar jumrah, potong hewan kurban dll. Jadi ritual haji yang dilakukan umat Islam setiap bulan Dzulhijjah itu sebenarnya sudah ada sejak zaman nabi Ibrahim as. Begitupun perintah-perintah lain seperti shalat, zakat dll.

“ … … (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu ( Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. ( Terjemah QS. Al-Hajj (22);78).

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman”. (QS.Ali imran(3): 68).

Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda “ Para nabi diperlihatkan kepadaku. Aku melihat Musa as, ternyata ia seperti seorang laki laki dari Syanuah. Aku melihat Isa ibnu Maryam as, ternyata orang yang kulihat paling mirip dengannya adalah Urwah ibnu Mas’ud. Kemudian aku juga melihat Ibrahim as, ternyata orang yang kulihat paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini ( maksudnya, Rasulullah saw sendiri). (HR Tirmidzi, Muslim dan Ahmad).

Itulah skenario Allah swt  mengapa Ibrahim meninggalkan Ismail di lembah tandus Mekah ketika bayi dulu. Keyakinan bahwa Tuhannya tidak akan “mendzaliminya” membuatnya mantab meninggalkan istri dan putranya tercinta di lembah sepi tak berpenghuni tersebut. Dari alur Ismail inilah, satu-satunya keturunan Ibrahim menjadi nabi yaitu Muhammad saw, yang ditakdirkan sebagai nabi penutup guna meluruskan ajaran Ibrahim. Padahal dari jalur Ishaq banyak keturunan beliau yang menjadi nabi, diantaranya yaitu Musa as, Daud as dan Isa as. Sungguh betapa beruntungnya orang yang dberi hidayah agar mengenal Islam, memeluknya lalu mentaati serta mencontoh nabinya.

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam. (Terjemah QS. Al Baqarah (2): 132)

Demikian pula perintah berkurban setahun sekali pada hari raya Haji dengan menyembelih kambing, sapi atau unta sungguh tidak ada artinya dibanding perintah Ibrahim as agar menyembelih putranya tercinta.

Ironisnya, Indonesia yang penduduknya mayoritas Islam, dan tercatat sebagai negara yang tiap tahun terbanyak mengirimkan jamaah haji, ternyata sebagian dari mereka tidak menunjukkan ke-Islam-annya dengan baik. Ini terbukti dari banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh orang yang mengaku Islam bahkan sudah berhaji, prostitusi yang makin hari makin merajalela, berbagai kejahatan seperti pemerkosaan, narkoba, perjudian dll yang makin tak terbendung.

Menjadi pertanyaan besar, sudahkah para orang-tua mendidik anak-anaknya dengan baik, dengan men-tarbiyah diri sebagaimana yang dilakukan Ibrahim terhadap putranya ? Mengajarkan dengan santun pentingnya ber-tauhid, menggantungkan diri secara total kepada Allah Yang Esa ? Yakin bahwa rezeki itu telah diatur Sang Khalik hingga tidak perlu mengemis kepada sesama manusia ? Bahwa hidup hanyalah sementara dan akhirat adalah tujuan yang dengan demikian orientasi berpikirnya tidak melulu duniawi?

Pendek kata sudahkan kita menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai panduan hidup, secara kaffah, tidak setengah-setengah dan memilah-milah sesuai keinginan dan nafsu? Tak dapat dipungkiri lingkungan memang sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Apalagi di zaman dimana demokrasi ala Barat yang sudah kebablasan ini. Adalah tugas orang-tua untuk mencarikan lingkungan yang baik bagi anak-anaknya, yaitu lingkungan yang bersih dari kekufuran bukan sekedar bersih secara fisik.

Semoga Allah swt memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk mengikuti rasulullah saw dalam mencontoh Ibrahim as sebagai panutan, aamiin Allahumma aamiin …

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 19 September 2016.

Vien AM.

Read Full Post »

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata: Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah Ta’ala (mengharapkan wajah-Nya) maka Allah akan membangunkan baginya rumah (istana) di Surga”. (HR. Bukhari-Muslim).

Penduduk Lombok dikenal sangat religius. Tak heran bila pulau ini diberi julukan pulau seribu masjid saking banyaknya masjid di pulau ini. Tampaknya hadist di atas begitu membekas di hati mereka hingga mereka berlomba-lomba membangun masjid. Sayang pada akhirnya masjid sering kali kekurangan jamaah, karena masjid lebih banyak dari pada jamahnya. Untuk mengatasi hal itu, agar semua masjid tetap ramai digunakan sebagaimana mustinya, dan tidak malah mubazir maka dibuatlah jadwal giliran masjid penyelenggara shalat Jumat.  Subhanalah ..

Kepedulian yang tinggi terhadap ajaran Islam dan segala yang berhubungan dengan dunia Islam juga ditunjukkan pemerintah daerah. Diantaranya yaitu target menjadi juara umum MTQ sekaligus menyiapkan bonus bagi para pemenang. Juga rencana pemerintah membuka penerbangan langsung dari Dubai ke Lombok dan sebaliknya.

https://pesonalombokntb.blogspot.co.id/2016/08/siapkan-bonus-ntb-targetkan-juara-umum.html

Menjelang siang, sesuai perkiraan jalanan bertambah padat. Motor dan kendaraan bak terbuka yang dijejali penumpang bercampur aduk memenuhi jalanan. Tujuan terakhir mereka adalah pantai yang tersebar di pulau ini. Mereka datang membawa keluarga besar dari berbagai pelosok Lombok. Polisi terlihat disiagakan di berbagai tempat. Kami sempat melihat sejumlah motor dengan pengemudi tanpa helm dan kendaraan bak terbuka yang dipenuhi penumpang dihentikan polisi.

“Kalau menurut peraturan memang tidak boleh. Tapi anehnya, pengemudi motor yang memakai ikat kepala khas Bali dibebaskan. Tidak demikian dengan yang memakai kopiah”, gerutu mas Ziyadi.

Awalnya kami tidak memahami maksudnya. Belakangan baru ngeh maksudnya yang memakai ikat kepala khas Bali itu pemeluk Hindu, sedangkan yang pakai kopiah pemeluk Islam. Judulnya toleransi yang tidak pada tempatnya, batin saya … alias g nyambung.com   .. namanya peraturan umum pemerintah yang tidak bersangkutan dengan agama, harusnya ya berlaku untuk semualah.

20160713_122828Tanpa terasa tibalah kami di tujuan yaitu pantai bagian selatan Lombok yang tak kalah cantik dengan gili Trawangan hanya saja kalah promosi. Kami memulainya dari pantai Mawun. Pantai ini dapat jelas dibedakan dari pantai lain karena bagaikan memiliki pintu gerbang, yaitu dua bukit hijau yang mengapitnya. Meski demikian gelombang dengan buihnya yang putih memukau dengan leluasa dapat memasuki pantai ini, memanjakan wisatawan yang sengaja datang dari segala penjuru dunia untuk meng-ombang-ambingkan tubuh. Dan sama dengan rata-rata pantai di pulau ini, selain pasirnya putih, airnya yang biru kehijauan sungguh jernih dan bersih.

Tak lama setelah itu kami menuju pantai Kuta. Berhubung sempitnya waktu kami hanya mampir untuk makan siang. Sebagai catatan, pantai Mawun, pantai Kuta, pantai Seger/Mandalika dan Tanjung Aan yang akan menjadi penutup liburan kami di Lombok terletak pada satu garis pantai yaitu menghadap langsung ke benua Australia dengan samudra Hindia sebagai batas lautnya. Pantai-pantai tersebut berlekak-lekuk dengan cantiknya.

IMG_3276Usai makan kami segera menuju pantai Seger atau sering juga disebut pantai Mandalika. Pantai bernama unik ini ternyata menyimpan legenda yang sungguh tragis. Alkisah, adalah seorang raja yang mempunyai putri cantik bernama Mandalika. Menjelang dewasa banyak pangeran yang jatuh hati pada sang putri dan ingin meminangnya.

IMG_3324IMG_3311Sayangnya sang putri tidak dapat memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Akhirnya iapun memilih untuk menerjunkan diri ke dalam laut sebagai lambang bahwa ia lebih mencintai rakyatnya dari pada para pangeran tersebut. Anehmya tubuh sang putri tidak dapat ditemukan, sebagai gantinya justru muncullah ribuan “nyale” semacam cacing laut di laut dimana sang putri menerjunkan diri. Kabarnya, nyale-nyale tersebut adalah penjelmaan sang putri.

_MG_9327Maka sejak itu pada beberapa hari setelah bulan purnama bulan tertentu rakyat berbondong-bondong datang untuk memperingati peristiwa tragis tersebut. Di pagi buta itu, setelah subuh, mereka berburu nyale untuk dijadikan obat. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Bau Nyale ( Berburu Nyale).  Di tepi pantai tersebut dapat kita lihat adanya patung seorang putri yang sedang berlari dikejar tiga orang pangeran.

http://lombok-cyber4rt.blogspot.co.id/2013/01/putri-nyale-mandalika-cerita-rakyat.html

Segera setelah kendaraan di parkir, anak-anak dengan tidak sabar lagi langsung turun dan menaiki bukit yang ada di pantai tersebut. Bukit tersebut lumayan terjal padahal kami belum sampai ke bukit Merese yang merupakan tujuan utama. Jadi untuk menghemat tenaga, saya dan suami memutuskan untuk cukup menikmati keindahan pantai Seger dari pendopo yang ada di situ. Apalagi keluar dari resto tadi saya sempat terpeleset dan sedikit terkilir. Beruntung mas Ziyadi dengan cekatan membalurnya dengan ramuan tanaman khas Lombok yang rupanya selalu dibawanya. Dan kelihatannya cukup manjur, buktinya saya dapat naik ke bukit Merese tak lama setelah anak-anak puas menyaksikan keindahan pantai dari atas bukit … Alhamdulillah

Bukit Merese adalah bukit memanjang menyerupai teluk menjorok ke laut dengan permukaan datar yang cukup luas. Bukit ini menjadi batas antara pantai Seger dan tanjung Aan. Masya Allah, Allahuakbar … hanya itu rasanya yang paling pantas diucapkan untuk mengagumi pemandangan menakjubkan dari bukit ber-rumput hijau ini. Dari bukit ini pemandangan dari sisi manapun tidak akan mampu membuat kita berhenti berdecak kagum. Akses naik ke bukit ini adalah dari tanjung Aan di sisi kanan. Sampai atas, kita bisa memilih lagi ke kiri atau ke kanan.

IMG_3425IMG_3399Ke kanan kita akan di suguhi keindahan pantai Seger dan pantai serta laut dan bukit-bukit yang ada di sebelah kanan/barat tanjung Aan. Kami tiba di lokasi ini menjelang pukul setengah 4, artinya matahari sudah mulai condong turun ke arah tersebut. Akibatnya foto-foto ke arah ini “back light”. Namun demikian pesona keindahan yang terekam tetap saja mengagumkan meski harus diakui tidak seindah mata kita. Ombak yang berkejaran susul menyusul dengan buih putih dan gemuruh suaranya sungguh sayang untuk dilewatkan begitu saja.

IMG_3364IMG_3392Sementara bila kita memandang lurus ke depan, dengan duduk-duduk santai di rumput hijaunya yang subur,  jurang yang tidak seberapa terjal akan menjadi pemandangan kita. Kami sempat melihat sekelompok sapi merumput dibawah pengawasan penggembala perempuan tak jauh dari tempat kami.

IMG_3410IMG_3403Sedangkan ke kiri, jalanan menanjak lagi sedikit. Suami mengingatkan untuk segera meninggalkan lokasi karena waktu yang sempit, disamping juga awan gelap yang tampaknya sudah dipenuhi uap air tanda hujan akan segera datang. Namun karena penasaran saya minta izin untuk sebentar saja melongok ke sisi tersebut, menyusul anak-anak yang sudah lebih dulu berada di atas sana. Dan benar saja, keindahan pantai tanjung Aan, batu Payung, gili Anakanjan serta tanjung Embuak di ujung sana, telah menanti.

Tak lama kemudian, diiringi hujan yang mulai turun kami segera meninggalkan lokasi untuk segera menuju bandara.

“Gimana mas, masih sempat g kalo mampir desa Sade, sebentar aja kalau memungkinkan”, tagih suami tanpa bisa menyembunyikan keinginan kuatnya untuk mengunjungi desa asli suku Sasak binaan pemerintah yang memang masuk dalam program terakhir kami.

Insya Allah sempat pak kalau mau sekedar mampir sebentar. Kita memang harus lewat sana koq. Pesawat take off jam 8 malam kan pak?”, jawab mas Ziyadi.

IMG_9273Maka jadilah kami mampir di desa adat dengan rumahnya yang khas itu. Kerangka rumah tersebut terbuat dari bambu tanpa paku, dindingnya dari anyaman bambu,  atapnya dari ijuk sedangkan lantainya dari campuran tanah dan kotoran kerbau. Mulanya agak terkejut juga kami mendengarnya, bagaimana mungkin kotoran hewan dijadikan lantai rumah.

“ Iiih apa g bau yaa??”, bisik putri kami.

Tapi nyatanya ketika kami diajak masuk melihat rumah yang cukup bersih itu tidak sedikitpun tecium bau tidak sedap.

“ Ada tehniknya”, kata sang pemandu sambil tersenyum simpul.

IMG_9270Kami juga menyaksikan warga desa binaan pemerintah yang dihuni kurang lebih 150 kepala keluarga dengan 400 jiwa ini, semuanya masih memiliki hubungan darah, mejadikan menenun sebagai mata pencarian mereka. Uniknya sebagian besar penenun tersebut adalah kaum hawa, yang merupakan isyarat bahwa seorang anak gadis sudah bisa “diculik” alias dinikahi. Harap maklum meski mayoritas warga desa adat ini adalah Muslim namun adat dan tradisi nenek moyang masih terasa kental sekali.

“ Kami sekarang sudah shalat lima waktu, tidak lagi seperti nenek moyang kami yang hanya shalat tiga kali sehari”, jelas bapak pemandu tanpa diminta. Alhamdulillah …

https://id.wikipedia.org/wiki/Sade,_Lombok_Tengah

Begitulah kami menyudahi liburan penuh kesan tersebut. Semoga rakyat Lombok dibawah pemimpinnya yang sholeh akan terus memperoleh keberkahan Allah swt, yang mau berpikir maju dan tidak terus terkungkung adat dan tradisi  yang kurang sesuai dengan ajaran yang mereka peluk, aamiin aamiin ya robbal ‘aalamiin ..

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Baqarah (2):170).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 1 September 2016.

Vien AM.

Read Full Post »