Feeds:
Posts
Comments

Archive for August, 2016

Tanpa terasa saking asyiknya mendengarkan penjelasan mas Ziyadi akhirnya sampailah kami di tujuan. Mobil di parkir di sebuah resto di tepi jalan. Rupanya resto  dimana kami mampir untuk makan siang ini adalah resto yang biasa dijadikan pos awal pendakian ke gunung Rinjani. Jadi agak mengherankan juga mengapa pelayanannya begitu lamban, padahal kami hanya memesan nasi goreng dengan harapan bisa menghemat waktu. Karena kami ditunggu di pos penyeberangan ke gili Trawangan pukul 19.00 sore itu.

Sekitar pukul setengah 2, usai makan dan shalat jamak qoshor Zuhur-Ashar, akhirnya kami baru bisa memulai perjalanan menuju air terjun. Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit menuruni sekitar 300 anak tangga yang terbuat dari beton, air terjun Sendang Gile pun mulai terlihat. Tetapi guide kami menyarankan untuk melihat lebih dulu air terjun Tiu Kelep, setelah itu baru Sendang Gile. Alasannya selain karena pasti nanti menyusuri rute yang sama, Tiu Kelep jauh lebih cantik dan spektakuler. Kelihatannya ia khawatir kami kehabisan waktu hingga tidak sempat melihat air terjun tersebut.

20160711_15211620160711_151639Ternyata saran tersebut tidak salah. Tiu Kelep memang sangat sayang untuk dilewatkan. Selain perjalanannya yang mengasyikkan yaitu menembus hutan, melewati dan meloncati bebatuan besar, menyusuri dan memotong aliran sungai  yang dingin nan jernih, air terjunnya sendiri memang benar-benar cantik.

Pepohonan dengan hijau daunnya yang sungguh mempesona membingkai lukisan alam tersebut menjadi semakin indah mempesona. Air terjun setinggi 42 meter ini bertingkat-tingkat dengan penampungan kolam yang tidak terlalu dalam hingga bisa digunakan untuk berendam.

IMG_3191

Tiu Kelep

Sesuai namanya yaitu Tiu yang berarti kolam dan Kelep yang berarti terbang, air terjun ini laksana kolam penampungan buih akibat air terjun yang berhamburan ditiup angin kencang. Jadi jangan heran meskipun kita tidak berendam bahkan berdiri agak jauh dari jatuhnya air, pakaian akan tetap agak basah terkena tempias air yang turun dari ketinggian dan tertiup angin.

20160711_164118

Sendang Gile

Tak lama, dengan menempuh jalan yang sama, kamipun kembali ke parkiran, tak lupa mampir ke air terjun Sendang Gile tentu saja. Sesuai perkiraan pak guide, air terjun tersebut memang tidak terlalu istimewa, terutama bila dibandingkan Tiu Kelep. Menjelang pukul 5 sore mobil meluncur menuju penyebrangan ke gili Trawangan. Kami tiba agak terlambat, akibatnya terpaksa menunggu boat lain untuk menyeberang. Syukur tidak perlu menunggu terlalu lama, Alhamdullah.

Sesuai info yang kami trima, hotel pertama yang akan kami tinggali di gili Trawangan ini, agak jauh dari pelabuhan, dan satu-satunya angkutan yang ada di pulau ini hanya andong, alias kereta kuda, cidomo orang Lombok menyebutnya. Untuk itu kami sengaja tidak membawa koper melainkan 3 tas yang tidak seberapa besar. Namun tak urung, ketar ketir juga hati ini. Karena selain lumayan jauh, sebagian besar jalanannyapun bukan jalan aspal melainkan jalan tanah yang tidak rata, gelap dan beberapa kali harus melewati celah  pepohonan pula. Belakangan kami baru tahu ini adalah jalan potong dari pada harus mengelilingi pantai. Hotel kami terletak di pantai sisi utara sementara pelabuhan di sisi timur.

Untung kami mengambil keputusan makan malam dulu di sekitar pelabuhan yang relative jauh lebih ramai dibanding sisi hotel dimana kami akan tinggal. Untuk yang mencari ketenangan hotel Jambuluwuk tampaknya memang pilihan yang tepat. Sisi timur menurut saya terlalu crowded, hampir semua resto yang berjejer di sisi tersebut tampak bersaing untuk menarik perhatian pengunjung dengan memasang musik keras-keras, baik yang life maupun yang tidak. Turis-turis bule, seperti biasa, dengan pakaian yang memamerkan aurat, berjoget dengan riangnya. Bau minuman keras terasa menyengat hidung.

“ Waduh makan dimana nih kita, halal g yaa ?” tapi tak lama kemudian terlihat tulisan “halal” terpampang di depan sebuah restoran tak jauh di depan kami. Tanpa pikir panjang kamipun segera masuk dan memilih makanan. Dan belakangan kami baru sadar ternyata tidak mudah mencari restoran yang memajang label “halal”… L …

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Al-Baqarah (2):173).

Untungnya kami berdua berjilbab, besoknya ada saja orang yang mengingatkan dan menunjukkan mana restoran yang halal dan mana yang tidak. Untuk amannya akhirnya kami memilih restoran khusus sea food.

IMG_322820160712_11543520160712_125742Esok paginya setelah sarapan di resto hotel, seusai rencana kami langsung cek out dan cek in ke hotel tidak jauh dari pelabuhan. Selanjutnya dengan sepeda sewaan kami berkeliling pulau yang luasnya hanya sekitar 15 km2 itu dan dapat dikelilingi dalam waktu kurang lebih 1 jam.  Sesekali kami berhenti untuk menikmat indahnya pemandangan pulau berpasir putih ini. Airnya yang biru kehijauan, bersih,  jernih dan tenang ini sungguh indah di pandang mata. Belum lagi pemandangan bukit hijau di daratan Lombok sana. Allahuakbar …

Namun sayangnya, bersepeda di pulau ini tidaklah mudah karena selain padatnya turis yang lalu-lalang, banyaknya cidomo juga membuat jalanan makin crowded. Apalagi tidak jarang kuda-kuda tersebut dipacu dengan kecepatan tinggi bahkan tak jarang dikebut dan saling menyusul. Anak saya bercerita sempat melihat sebuah cidomo menabrak turis yang sedang berjalan kaki, na’udzubillah min dzalik …

20160713_091038Sekitar pukul setengah 3 perahu dengan tulisan “ Glass bottom boat” yang telah disewa Surya Travel siap menanti di pelabuhan. Maka segera setelah makan siang kami meninggalkan gili Trawangan menuju perairan antara gili tersebut dengan gili Meno dan gili Air.  Di suatu tempat sekitar 4 km dari garis pantai perahu berhenti dan kami dipersilahkan turun untuk snorkeling bila tidak puas menikmati keindahan kehidupan bawah laut melalui kaca yang ada di dasar perahu dan ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Maka di tengah perairan nan luas itu ber-empat kamipun menceburkan diri ke dalamnya. Ada terselip sedikit rasa takut tapi keinginan menyaksikan kebesaran Allah di bawah sana berhasil mengalahkan rasa tersebut. Ikan-ikan, terumbu dan karang dengan aneka bentuk dan warna yang begitu indah berhasil melupakan bahaya ombak laut yang mulai datang mengancam.

“Jangan terlalu ketengah, hari sudah mulai sore, ombak mulai membesar”, beberapa kali guide kami memperingatkan.

Sayangnya penyu yang dijanjikan bisa kami jumpai tidak juga kunjung datang, padahal beberapa kali kami melihatnya tidak jauh dari perahu yang kami tumpangi. Untuk itu perahu sempat berputar beberapa kali demi mengejar penyu-penyu tersebut. Akhirnya ketika kami sudah hampir putus asa, guide kami memutuskan untuk menghentikan perahu dan ia menerjunkan diri mengejar penyu yang terlihat sedang berenang tidak berapa jauh dari perahu kami.

“ Saya ikut mas !”, spontan anak kami yang lelaki berteriak sambil menyerahkan kamera pinjaman mas Ziyadi yang telah disiapkan untuk mengambil foto dalam air. Hal yang patut diapresiasi dari travel ini, selain disediakannya charger hp dari aneka merk dalam mobil. Hebat kaan  …

DCIM100MEDIA

DCIM100MEDIA

Tak lama ayahnya anak-anakpun menyusul. Melihat antusiasme ketiganya saya dan putri kami yang tadinya tidak lagi ingin snorkeling karena lelah akhirnya ikut terjun juga.  Setelah beberapa waktu “hunting” akhirnya bisa juga kami melihat penyu tersebut. Dan itu semua berkat kerja keras mas Arnold yang mengejar dan menggiringnya ke arah kami. Hebatnya lagi ia menyelam tanpa bantuan satupun alat  menyelam. Tak salah rekan-rekan sesama  profesinya memberinya julukan manusia lumba-lumba.

Sore itu dengan perasaan puas kami kembali ke gili Trawangan. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan, trima-kasih ya Allah atas kesempatan ini. Begitu perahu merapat ke pelabuhan, saya dan suami segera kembali ke hotel untuk istirahat. Sementara anak-anak dengan bersepeda langsung menuju pantai di depan Ombak Sunset hotel. Mereka mendapat info bahwa lokasi yang berada di sisi barat gili tersebut merupakan tempat terbaik untuk menyaksikan sunset. Di pantai tersebut terdapat ayunan yang sering digunakan wisatawan untuk berfoto sunset dengan gunung Agung sebagai latar belakang. Sayang cuaca tidak kompak, langit berawan, akibatnya sunsetpun tidak terlihat.

Menjelang Subuh keesokan paginya, agak surprised, kami dibangunkan oleh alunan indah ayat-ayat Al-Quran yang keluar dari pengeras suara masjid satu-satunya yang ada di pulau tersebut. Ayat-ayat suci tersebut berkumandang hingga kami meninggalkan pulau. Usut punya usut ternyata hari tersebut adalah hari ke tujuh setelah Lebaran. Rupanya masyarakat Lombok, khususnya Lombok Utara, Lombok Barat dan Mataram,  sejak lama punya tradisi merayakan hari yang mereka namakan Hari Lebaran Ketupat ini. Bahkan seringkali perayaan lebaran ini lebih meriah dari pada hari Lebaran Iedul Fitri. Selama perjalanan dari gili Trawangan ke pantai selatan Lombok yang merupakan hari akhir liburan kami, mas Ziyadi bercerita mengenai hal tersebut.

“Itu sebabnya saya menyarankan meninggalkan gili Trawangan sepagi mungkin. Jalanan bakal macet demikian pula pantai-pantai yang pasti bakal penuh sesak”, jelasnya.

Ritual Lebaran ketupat dimulai sejak menjelang Subuh. Setelah shalat Subuh berjamaah dan berzikir, mereka beramai-ramai menyantab hidangan, biasanya ketupat dan opor, yang dibawa setiap keluarga. Setelah itu biasanya sekitar pukul 10 jamaah berbondong-bondong melakukan ziarah kubur ke makam para wali dan pemuka agama disamping makam keluarga mereka.

Makam Batu Layar salah satunya. Makam yang terletak di ketinggian tikungan jalan raya Senggigi dengan pemandangan pantai yang indah ini adalah salah satu makam yang dikeramatkan rakyat Lombok.  Kabarnya disini dimakamkan keturunan rasulullah Muhamad saw. Ada juga yang berpendapat disinilah Sayid Duhri Al Haddad Al Hadrami, seorang tokoh pembawa Islam asal Baghdad dimakamkan.

http://lombok.panduanwisata.id/wisata-religi/wisata-religi-ke-makam-batu-layar/

Lebaran Ketupat juga dimanfaatkan sebagian warga untuk melakukan aqiqah ( mencukur rambut bayi). Para orang-tua berbondong-bondong membawa bayi mereka ke  masjid-masjid untuk dicukur dan didoakan para sesepuh agama( kyia).

Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari KETUJUHnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan DICUKUR rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]

Sumber: https://almanhaj.or.id/856-ahkamul-aqiqah.html

Lain lagi dengan perayaan Lebaran Ketupat di dusun Karang Langu, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara. Sejak lama mereka memanfaatkan lebaran tersebut dengan  acara saur sangi (penebusan janji) atas niat yang pernah diucapkan. Mereka yang pernah bernazar dan nazarnya tercapai merayakannya dengan cara yang unik. Yaitu mengalungkan ketupat ke leher orang/binatang yang dinadzarkan, lalu warga berebut mengambil ketupat yang dikalungkan di leher orang/binatang bersangkutan. Setelah itu biasanya diikuti dengan Perang Topat, yaitu saling melempar ketupat.

http://www.lombokpost.net/2015/08/03/lebaran-topat/

Berikut adalah hukum mengenai nadzar dalam Islam.

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah : 1. Memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau 2. Memberi pakaian kepada mereka atau 3. Memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya 4. Puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)”. {QS. Al-Maidah (5):89).

“Janganlah bernadzar. Karena nadzar tidaklah bisa menolak takdir sedikit pun. Nadzar hanyalah dikeluarkan dari orang yang pelit”. (HR. Muslim)

“Barangsiapa yang bernadzar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nadzar tersebut. Barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya.” (HR. Bukhari).

http://www.alkhoirot.net/2012/02/hukum-nadzar.html

Sebagai catatan, mayoritas penduduk Lombok adalah Muslim, biasanya mereka dari suku Sasak, yaitu 80 %. Sedangkan sekitar 15 % pemeluk Hindu. Jadi kebalikan dari Bali, yang 80 % Hindu dan 15 % Muslim. Suku Sasak sendiri adalah suku yang masih dekat dengan suku Bali hanya saja berbeda kepercayaan. Selain suku Sasak Lombok dihuni juga oleh suku Bali, Jawa, Cina dan Arab.

( Bersambung).

Read Full Post »

Liburan Lebaran tahun ini kami memilih Lombok sebagai tujuan. Sebenarnya sudah agak lama kami berniat ingin mengunjungi Lombok, yaitu sejak melihat foto-foto anak kami yang baru pulang dari hiking ke gunung Rinjani. Foto-foto gunung ke 2 tertinggi di Indonesia ( 3726m) dengan danau Segara Anakan tersebut sungguh memukau hati.

Sayangnya untuk menikmati pemandangan menakjubkan ciptaan Allah ini tidaklah mudah, karena harus dengan cara hiking lebih dari 24 jam. Itu bila dihitung dari pos pendakian terdekat. Hal yang rasanya mustahil dilakukan orang-orang seumur kami dan tidak terbiasa hiking pula. Akhirnya kandaslah keinginan tersebut. Hingga suatu hari kami mendengar kabar bahwa Lombok bukan hanya Rinjani dan danau Segara Anakan.

Setelah googling dan bertanya kesana kemari maka hatipun mantab liburan kali ini ke Lombok – Nusa Tenggara Barat. Dan Surya Travel Lombok Paket Suka-Suka adalah travel yang kami putuskan bakal mendampingi kami selama 5 hari 4 malam. Travel ini kami pilih karena dapat leluasa memilih obyek turis yang diinginkan.

Pariwisata Lombok memang sedang naik daun, menyaingi Bali yang sejak lama sudah mendunia. Lombok yang terletak tepat di sebelah timur Bali ini mempunyai luas kurang lebih sama dengan Bali, yaitu 5.435 km², selisih sedikit dengan Bali yang luasnya 5.636 km2.

Lombok terbagi atas 4 kabupaten yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Lombok Utara, dengan ibu kota di Mataram. Sementara dataran tinggi dimana gunung Rinjani berada terletak di Lombok Utara. Di ke 4 kabupaten tersebut tersimpan keindahan alam Lombok yang sungguh mempesona.

                                                                              *****

Dengan menumpang Citylink kami ber-empat ( saya, suami dan putra-putri ) tiba di bandara Lombok International Airport (LIA)  pada Sabtu, 9 Juli 2016 lebih kurang pukul 10.00 wit. Bandara yang diresmikan penggunaannya pada 2011 ini terletak di Praya, Lombok Tengah menggantikan bandara lama di Mataram.

Begitu keluar bandara, mas Ziyadi dari travel perjalanan yang selama 5 hari akan memandu kami sudah menunggu dan terlihat diantara para penjemput. Sesuai rencana dengan mengendarai Avanza kami langsung melaju ke Tanjung Ringgit dan pantai Pink yang letaknya tidak berjauhan. Oya karena jarak Tanjung Ringgit cukup jauh sementara disana tidak ada penjual makanan maka di bandara sebelum keluar tadi kami sengaja membeli bekal makan siang.

Harap maklum Tanjung Ringgit yang terletak di ujung tenggara Lombok kabupaten Lombok Timur itu belum begitu tersentuh. Tidak banyak travel yang bersedia mengantar wisatawan ke tempat ini, karena selain jaraknya yang jauh, jalanannyapun sebagian masih rusak parah.  Kami sempat memergoki sebuah mobil terperosok ke dalam lubang besar semacam got kering yang ada di tepi jalan. Ironisnya lagi, kelihatannya mobil tersebut sudah berada di tkp beberapa hari. Kemungkinan besar mobil derek tidak bisa datang dan mengangkatnya, karena sulitnya medan.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam tibalah kami di pertigaan menuju pantai Pink dan Tanjung Ringgit. Mas Ziadi mengusulkan untuk mengunjungi lebih dulu pantai Pink atau pantai Tangsi orang Lombok menyebutnya, baru Tanjung Ringgit.

“ Sempatkan naik ke bukit, pemandangan dari atas sangat indah”, pesan guide kami sebelum kami turun dari mobil.

Pantai Pink

Pantai Pink

Pantai Pink

Pantai Pink

Dan memang tidak salah apa yang dikatakannya itu. Pantai Pink ini sudah unik berkat pasir lembutnya yang berwarna pink. Airnya yang jernih biru tosca menambah keindahannya. Namun dilihat dari atas bukit kecantikan pantai Pink makin terlihat nyata. Perbedaan warna air laut antara yang biru, hijau kebiruan dan tosca terlihat makin jelas, yang saking jernihnya bebatuan yang ada di dalam lautpun bisa terlihat. Sejumlah perahu dengan warna dasar biru menambah semarak pantai ini.

Tak lama setelah puas menikmati pantai ini kami segera menuju Tanjung Ringgit. Ternyata perjalanan dari pantai Pink menuju Tanjung ini lebih parah lagi. Jalanan ini lebih tepat disebut jalan setapak yang menembus semak belukar. Tampaknya ini bukan jalan umum. Selain motor rasanya tidak mungkin kendaraan bisa memasuki areal ini, kecuali nekad. Itu kesan saya pribadi. Dan nyatanya memang tidak ada jalan selain jalan yang baru kami lalui ini.

Bisanya naik boat dari pantai Pink bu, kalau tidak mau lewat jalan ini”, jelas mas Ziyadi menjawab rasa penasaran saya.

“Wah pantas kebanyakan travel g mau ngantar wisatawan ke tanjung ini. Sayang mobilnyalah”, bisik suami saya.

Tanjung Ringgit

Tanjung Ringgit

Tanjung Ringgit

Tanjung Ringgit

Tanjung Ringgit

Tanjung Ringgit

Namun begitu kendaraan muncul dari balik semak di ketinggian, dibawah sana tampak pemandangan yang benar-benar menakjubkan, mengingatan Cliff of Moher di Irlandia yang terkenal  itu. Allahuakbar. Deretan tebing batu terlihat berkelok menghiasi tepi samudra Hindia yang berwarna hijau kebiruan. Ombak putih tampak susul menyusul membenturkan diri ke  sepanjang tebing terjalnya, menimbulkan deburan ombak yang sungguh membuat hati ini tentram mendengarnya. Airnya yang begitu jernih mampu memperlihatkan bebatuan yang ada di dalamnya.

Uniknya lagi, di bawah salah satu tebing curam ini terdapat sumur air tawar yang airnya dapat diminum.  Sumur tersebut berada tak jauh dari goa raksasa yang ada di tanjung ini.

“ … … Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”(QS. Ar-Rahman(55):16-21).

Disamping keindahannya yang begitu mempesona, Tanjung Ringgit memiliki situs sejarah peninggalan dari masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia, diantaranya yaitu meriam dan mercusuar yang masih aktif hingga saat ini. Tanjung Ringgit adalah wilayah pertahanan Belanda dan Jepang di wilayah selatan Indonesia yang memisahkannya dari benua Australia, dengan lautan Hindia sebagai pembatasnya.

Ingin rasanya berlama-lama menikmati keindahan alam cipta-Nya tersebut kalau tidak mengingat waktu yang terbatas. Sore ini kami masih harus menjalani perjalanan ke Senggigi dimana kami akan menginap. Juga mampir ke tempat tenun Lombok yang khas itu. Memang hari pertama ini adalah perjalanan terjauh yang akan kami tempuh. Kami masuk hotel sekitar pukul 9 malam setelah mampir makan malam di sebuah restoran di Senggigi, tak begitu jauh dari hotel.

20160823_083838

Senggigi

Senggigi

Senggigi

Senggigi

IMG_9239Esok paginya selesai sarapan kami menyempatkan diri menikmati keindahan pantai yang ada di belakang hotel. Sekali lagi kami harus mengakui betapa jernihnya air laut di pulau seribu masjid ini. Warna airnya yang biru kehijauan sungguh mempesona. Uniknya lagi, batu-batu karang yang ada di sepanjang pantai tersebut juga berwarna biru. Bentuknyapun tidak seperti umumnya yang dijumpai di  pantai lain.

Setelah itu kami segera bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke 3 gili yaitu gili Kedis, gili Sudak dan gili Nanggu. Ke tiga gili ( gili artinya pulau dalam bahasa Lombok) ternyata tak kalah indahnya dengan Gili Trawangan yang telah dikenal lebih dulu. Setidaknya ketiga gili tersebut belum seramai gili Trawangan hingga pantai dan air lautnya masih sangat bersih.

Gili Kedis yang ditempuh hanya dalam waktu 15 menit dengan perahu dari penyebrangan di tepi jalan raya Sekotong adalah benar-benar pulau yang super mungil. Tak sampai 5 menit kita bisa mengelilingi pulau imut tersebut. Pulau yang juga sering disebut pulau romantik ini tidak berpenghuni dan tidak ada satupun bangunan diatasnya. Yang ada hanya sederetan pepohonan dengan beberapa bangku panjang dan toilet dimana kita bisa salin pakaian.

Gili Kedis

Gili Kedis

Gili Kedis

Gili Kedis

Air laut di pulau berpasir putih ini sungguh mempesona yaitu gradasi biru dan hijau tosca dengan dasar laut tidak begitu dalam yang saking jernihnya bisa terlihat dasarnya. Karang-karang besar di tepi pantai yang seolah sengaja ditata sebagai pengganti kursi benar-benar menantang untuk dimanfaatkan menikmati pemandangan indah di sekeliling pantai. Yaitu perbukitan hijau yang berada di daratan Lombok yang jaraknya tidak seberapa jauh, selain gugusan pulau yang menyembul di laut lepas di balik pulau tersebut.

Gili Sudak

Gili Sudak

Tak lama dengan perahu yang sama kami melanjutkan perjalanan ke

DCIM100MEDIA

gili Sudak dan gili Nanggu yang jauh lebih besar dari gili Kedis. Setelah makan siang di satu-satunya restoran yang ada di gili Sudak yang  harganya sama sekali tidak sesuai dengan apa yang kita makan, kami langsung lanjut ke gili Nanggu. Disini kami mencoba ber-snorkeling ria, hal yang belum pernah saya lakukan seumur hidup. Alhamdulillah, trima-kasih ya Allah …

Walaupun awalnya agak sulit mengatur nafas melalui snorkeling akhirnya bisa juga kami menikmati alam bawah laut ciptaan Allah di gili ini. Terus terang surprised bisa melihat keindahan terumbu, aneka warna karang laut dan ikan tanpa harus terlalu jauh berenang dari bibir pantai. Dengan bermodalkan botol kemasan berisi potongan kecil roti tawar, aneka jenis ikanpun merebut mendekat, Masya Allah …

Kami kembali menyebrang ke daratan Lombok menjelang pukul 5 sore. Setelah numpang mandi di kamar mandi penduduk tak jauh dari tempat penyeberangan dan shalat Zuhur – Ashar yang di jamak qoshor, kamipun langsung tertidur pulas di dalam kendaraan.

“Apabila Nabi bergegas untuk melakukan perjalanan maka ia mengakhirkan shalat Zhuhur sampai waktu Ashar dan menjamak keduanya. Dan mengakhirkan shalat Maghrib sampai mengumpulkan (menjamak) antara Maghrib dan Isya ketika bayang-bayang merah sudah terbenam (tanda masuk waktu Isya)”. (HR. Muslim).

Sekitar 2 jam kemudian sampailah kami di ibu kota Mataram.  Mas Ziyadi meromendasikan sate Rembiga sebagai menu malam hari ini. Tidak salah memang, karena sate yang terbuat dari daging sapi ini benar-benar lezat. Sayang pedasnya bukan main, maklum sambalnya dimasak bersama satenya, tidak bisa dipisahkan. Sebagai info, rata-rata makanan Lombok memang terkenal pedas, tidak terkecuali ayam taliwang dan kangkung plecing yang khas Lombok itu. Juga nasi balap puyung, semacam nasi rames kalau di Jakarta. Untung ayam taliwangnya bisa dipisahkan sambalnya hingga saya bisa ikut mencicipinya.  Alhamdulillah …

20160710_111202Selesai makan, kami berkeliling kota sebentar. Dengan bangga mas Ziyadi memperlihatkan masjid baru yang dalam waktu dekat akan menerima ratusan qori dan qoriah terbaik untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran ( MTQ) Nasional ke 26 di kota ini. Setelah itu kami langsung menuju hotel untuk berstirahat.

Berikutnya adalah air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep yang menjadi tujuan kami. Kedua air terjun yang letaknya berdekatan ini berada di taman nasional gunung Rinjani desa Senaru kecamatan Bayan Lombok Utara. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Senggigi ke tempat ini. Dalam perjalanan mas Ziyadi sempat bercerita tentang adanya masjid di kecamatan Bayan yang merupakan masjid pertama di Lombok.

Masjid  ini dibangun pada abad 16-17, menandakan bahwa Islam telah lama masuk dan dikenal penduduk asli Lombok yaitu suku Sasak.  Dari masa inilah dikenal istilah wetu telu yaitu shalat yang telu ( tiga) kali sehari. Hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kabarnya hal ini dikarenakan para pembawa ajaran Islam pada waktu itu sebelum sempat menyampaikan ajaran Islam secara sempurna karena alasan tertentu harus meninggalkan Lombok.

https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Bayan_Beleq

Untuk diketahui suku Sasak dulunya adalah penganut animisme, kemudian Hindu sebelum akhirnya memeluk Islam, yaitu paska runtuhnya kerajaan Majapahit. Ketika itu para wali yang datang dari Jawa diantaranya sunan Prapen mengajarkan Islam secara bertahap dengan memanfaatkan adat dan tradisi lama. Tak heran bila sampai saat ini ajaran Islam di Lombok masih sedikit menyisakan adat dan tradisi di sana sini. Namun demikian ajaran wetu telu sendiri sudah tidak lagi dipraktekkan masyarakat Lombok kecuali generasi tua yang sudah tidak lagi banyak.

https://id.wikipedia.org/wiki/Wetu_Telu

Ini adalah berkat kerja keras ulama-ulama yang datang kemudian demi menyempurnakan ajaran Islam. Lombok yang juga dikenal dengan julukan pulau seribu masjid dimana ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB) berada, kini dipimpin oleh seorang gubernur yang dikenal sangat Islami. Tokoh muda kelahiran tahun 1972 yang patut dijadikan idola di tengah krisis  keteladanan pemimpin tersebut adalah TGH M Zainul Majdi yang dikenal dengan nama  Tuan Guru Bajang, cucu pendiri organisasi Islam terbesar di NTB.

( Bersambung).

Read Full Post »

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi, sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ” (HR. Bukhari).

alexander-pert 1Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi.

Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun. Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan. Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun.

Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil. Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu,

Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?” Wartawan itu berkata: ”Tidak”.

Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya. Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”.

Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan- kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat.

Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.” Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.

Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”.

Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan. 

Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita.  Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.

Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”

”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.

“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad.

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”

”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”

“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan.

Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”.

”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?” .

Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”

”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”

”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad.

alexander-pert-shalatKemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan. Allahuakbar !

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 9 Agustus 2016.

Vien AM.

Dicopy dari:

http://www.voa-islam.com/read/upclose/2011/01/19/12852/muhammad-alexander-pertz-kisah-bocah-amerika-menemukan-islam-dalam-buku/#sthash.I9WkHzdm.dpbs

Read Full Post »