Tekad para ulama untuk kembali ke jalan alias berunjuk rasa pada Jumat 4 November, bila pemerintah berkeras tidak juga memanggil Ahok dan menjadikannya tersangka, menjadi kenyataan. Unjuk rasa ini tetap konsisten dengan tujuannya yaitu Ahok harus segera diadili.
Uniknya karena unjuk rasa ini dipicu oleh adanya pelecehan terhadap ayat suci Al-Quran, tak heran bila melalui pengajian/majlis taklim persiapan unjuk rasa berawal. Melalui grup-grup WA majlis taklim pengumpulan dana bermula. Tanpa adanya paksaan infak terkumpul dengan cepat. Karena umat Islam berkeyakinan membela agama adalah jihad yang sangat tinggi nilainya.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. ( Terjemah QS.Al-Anfal (8):60).
Jihad yang berasal dari kata Jahada yang bisa berarti bersungguh-sungguh, tidak selalu berarti perang secara fisik. Tapi juga bisa segala amal perbuatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan maksimal demi mencari ridho-Nya. Termasuk berinfak, itulah yang disebut berinfak di jalan Allah swt.
Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728H) mendefinisikan jihad dengan pernyataan, “Jihad artinya mengerahkan seluruh kemampuan yaitu kemampuan mendapatkan yang dicintai Allah dan menolak yang dibenci Allah”.
Beliau rahimahullah juga menyatakan, “Jihad hakikatnya adalah bersungguh-sungguh mencapai sesuatu yang Allah cintai berupa iman dan amal sholeh dan menolak sesuatu yang dibenci Allah berupa kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan”.
Itulah sebabnya dalam waktu singkat terkumpul uang yang kabarnya mencapai puluhan milyar rupiah. Dana inilah yang kemudian dipakai ibu-ibu sukarelawan untuk memasak makanan dan membeli minuman bagi mereka yang ber-unjuk rasa di hari Jumar, 4 November 2016. Juga penyediaan akomodasi selama mereka berada di Jakarta, gratis. ( Dan ternyata masih bersisa hingga dapat digunakan untuk mengobati dan menyantuni mereka yang terluka akibat gas air mata di penghujung unjuk rasa. ). Jadi sungguh ngawur pernyataan bahwa dana unjuk rasa 411 berasal dari uang korupsi, apalagi bila dihubungkan dengan mantan presiden SBY, apa hubungannyaa?!??
http://beritahangat157.blogspot.com/2016/11/mengungkap-fakta-dana-terselubung-aksi.html
Inilah energi Al-Maidah 51, sebuah energi raksasa yang berhasil menyedot 2.3 juta umat Islam di seluruh Indonesia untuk datang berkumpul di masjid Istiqal dan mengadakan long march hingga ke istana. Termasuk saya dan suami yang seumur hidup tidak pernah sekalipun ikut apa yang namanya unjuk rasa, padahal usia kami berdua sudah tidak lagi muda, melainkan sudah diatas setengah abad.
Jadi sungguh kami merasa begitu terhina ketika ada yang mengatakan bahwa orang yang ikut ber-unjuk rasa 4 November lalu adalah mereka yang ingin mencari perhatian, ingin masuk tv. Na’udzubillah min dzalik.( Lebih parah lagi, beberapa hari lalu dalam sebuah wawancara tv Australia, Ahok yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, secara sembarangan mengatakan bahwa pendemo dibayar 500 ribu oleh seseorang yang ia sebutkan Jokowi mengetahuinya. Pantaskah seorang pejabat mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya sama sekali ??!!? ).
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Ankabut(29):69).
Keikut-sertaan kami berdua, dan sebagian besar kaum Muslimin pada aksi unjuk rasa damai beberapa hari lalu murni karena dorongan ingin membela ayat-ayat Allah yang telah dilecehkan. Memang ada sebagian Muslim yang dengan nyinyir mengatakan Islam tidak akan terhina atas perkataan Ahok di pulau Seribu 27 September lalu.
Memang tidak ! Namun ibaratnya seorang ibu yang sangat kita cintai dilecehkan orang, pantaskah seorang anak yang baik berdiam diri dan tidak membelanya ??? Persis seperti apa yang dikatakan Aa Gym, hanya orang yang mempunyai hati, yang benar-benar mencintai Al-Quran, yang menganggap bahwa Allah swt, rasulullah Muhammad saw dan kitab suci Al-Quran adalah yang paling patut dicintai dibanding apapun, yang akan merasakan sakitnya hati atas perkataan Ahok. Jadi sungguh tidak benar apa yang dikatakan Jokowi paska demo bahwa demo ditunggangi kepentingan politik.
http://www.tarbiyah.net/2016/11/apa-yang-menggerakkan-jutaan-orang-demo.html
Itu pula sebabnya mengapa unjuk rasa atau demo besar-besaran tetap terjadi meski Jokowi beberapa hari sebelum hari H, menyempatkan diri menemui Prabowo Subiyanto, ex rival politiknya di pemilihan presiden lalu. Meski Jokowi mengatakan bahwa pertemuan tersebut hanya hal biasa, tidak ada hubungan dengan rencana demo 411.
http://www.warta.co/2016/10/pertemuan-prabowo-dan-presiden-jokowi_51.html
Sayangnya, setelah masuk Isya, demo damai ini ternodai. Yaitu ketika polisi menghujani pendemo dengan gas air mata dan peluru karet. Anehnya, ketika kapolri memerintahkan agar polisi menghentikan tembakan, tidak ada yang mematuhi perintah tersebut!
http://www.aktual.com/tak-dengarkan-instruksi-kapolri-habib-rizieq-ada-komando-lain-kepolisian/
Namun demikian, karena tujuan demo memang bukan untuk mencari keributan, huru-hara apalagi kudeta, para pemimpin demo damai dibawah bendera GNPF-MUI ( Gerakan Nasional Pengawal Fatwa – MUI) baik Habib Riziek dari FPI maupun ustad Bahtiar Nasir dari AQL, juga ustad Arifin Ilham dari Az-Zikra dan Syeih Ali Jaber yang ikut terluka terkena tembakan gas air mata, memerintahkan jamaah/pendemo agar tetap diam di tempatnya, tidak lari apalagi membalas dengan perbuatan anarkis. Dan akhirnya untuk mundur agar tidak mengakibatkan korban lebih banyak lagi.
Meski kalaupun ada sebagian pendemo yang kesal, hal itu mudah dipahami. Karena mereka itu jauh-jauh datang dari luar kota bahkan ada yang dari luar Jawa, ingin agar Jokowi sebagai orang nomor 1 di republik ini, muncul menemui wakil mereka, untuk mendengar keluhan dan aspirasi mereka. Bukankah demikian tugas dan tanggung jawab seorang presiden?
Itu sebabnya demo yang seharusnya berakhir pada pukul 18.00 sesuai izin, berakhir molor. Apalagi mereka makin menyadari bahwa sang presiden ingin melindungi si penista. Maklum rakyat sudah hampir semua tahu kedekatan hubungan antar keduanya. Siapa yang tak tahu bahwa semua kasus yang menyangkut Ahok, seperti kasus RS Sumber Waras, Transjakarta, reklamasi pulau G, tak satupun yang berhasil dibawa ke pengadilan.
Namun rakyat masih memilih diam. Juga terhadap sikap Ahok yang sering menyakitkan umat Islam. Pelarangan takbir keliling, kebijaksanaannya tentang penjualan miras dan daging anjing, olok2 tentang jilbab, penggusuran masjid dll, adalah contohnya. Namun yang paling menyakitkan adalah jargon “ lebih baik kafir tapi baik daripada muslim tapi korupsi” yang tiba-tiba menjadi populer jelang pilkada.
Tetapi ternyata Allah swt tidak ridho. Maka dibuat-Nya Ahok tergelincir melalui ayat 51 Al-Maidah lewat lisannya yang memang tak pernah bisa dikendalikannya itu. Dan inilah yang terjadi. Tak satupun kaum Muslimin sejati yang mau menerima dan memaafkannya.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):54).
Ironisnya, besoknya Jokowi justru sibuk mendatangi ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Mengapa pak presiden harus sibuk mendatangi ormas-ormas tersebut sementara ketika 2 jutaan rakyat dengan susah payah mendatangi istana tidak dilayani??
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa memimpin urusan manusia kemudian ia menutup pintunya bagi orang yang miskin atau bagi orang yang dizhalimi atau bagi orang yang mempunyai keperluan, maka Allah akan menutup pintu kasih sayangnya bagi orang tersebut”. (HR Ahmad).
Apa sebenarnya yang dicari pak presiden, bukankah MUI sebagai lembaga ke-Islam-an tertinggi dimana NU dan Muhammadiyah sudah terwakili di dalamnya, telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahok positif telah melecehkan ajaran Al-Quran? Jangan sampai gara-gara melindungi 1 orang kita jadi terpecah-belah. Tampaknya apa yang dikatakan pangdam RI Gatot Nurmantyo di acara ILC beberapa waktu lalu harus benar-benar kita perhatikan agar bangsa ini tidak dijadikan bulan-bulanan mereka yang tidak ingin Indonesia maju dan aman.
Yang pasti, harus dicatat bahwa demo 4 November yang baru saja berlalu itu sebuah demo yang sangat indah. Dengan jumlah peserta hingga diatas 2 juta, demo terbesar sepanjang sejarah, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia, tentu tidak mudah untuk mengendalikan agar demo dapat berjalan rapi, aman dan teratur.
Bahkan dai kondang aa Gym dengan timnya, secara suka rela mau berpartisipasi pada bagian kebersihan. Beliau sama sekali tidak berorasi. Dengan modal sapu lidi, pengki dan kresek di tangan, mereka menyusuri area demo sepanjang masjid Istiqlal hingga depan istana Merdeka dari sampah makanan dan minuman gratis peserta demo. Uniknya lagi, sampah-sampah tersebut tidak sampai menunggu menggunung baru dibersihkan, tetapi merekalah yang berinisiatif berkeliling membawa kresek “ Sampah sampah” dan para pendemopun memasukkan sampah mereka ke kresek-kresek tersebut.
Juga kisah bagaimana para pendemo membantu kelancaran pernikahan pasangan non Muslim di gereja Katedral yang memang terletak persis di depan masjid Istiqlal. Juga ketika masuk waktu Asar, para pendemo saling membantu menuangkan air mineral untuk berwudhu, bahkan antara petugas kemananan dan pendemo. Untuk kemudian shalat berjamaah, masya Allah !
Juga tentang taman, yang belakangan memang jadi isu sensitive sejak “Metrotipu” begitu para pendemo menyebut Metrotv, menjadikan head line “ taman rusak gara-gara perusuh”. Padahal itu hanyalah akal-akalan Metrotv yang sengaja men-shoot taman yang sengaja ditinggalkan rusak dan ceritanya akan dibersihkan relawan Ahok. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut para pendemo saling mengingatkan untuk tidak menginjak taman/rumput. Meski tidak di semua tempat, karena kami juga melihat mereka shalat di atas rumput, bukan taman memang.
Tapi dari semua pengalaman diatas, bagi saya pribadi yang paling berkesan adalah ketika kami berada persis di perempatan air mancur BI. Di tempat tersebut saking padatmya manusia, kami tidak bisa bergerak, maju maupun mundur. Dalam keadaan seperti itulah tiba-tiba ada sekelompok orang yang mulai bershalawat. Maka tanpa dikomando semua orang yang ada di sekitar kamipun ikut bershalawat. Masya Allah … nikmatnya ….
“ Ini demo atau umrah yaaa?” celetuk suami terheran-heran.
Sebelumnya ustad Andian Parlindungan, ustad yang membimbing kami umrah tahun lalu, sempat berkomentar “ Masya Allah .. serasa haji pindah ke Jakarta nih”.
Ya, kami merasakan hal yang sama. Siang itu, ba’da shalat Jumat di bilangan Kuningan tempat ustad Andian memberikan khutbah Jumat, kami langsung berangkat menuju Sarinah dan memarkir kendaraan di tempat tersebut. Dari situ kami berjalan kaki menuju istana, meski akhirnya tidak berhasil karena jalanan terlalu padat. Langkah kami terhenti di depan gedung MK yang jaraknya tinggal 600 meter dari istana. Dari kami ber-tujuh, hanya ustad Andian dan istri yang terus berjuang menembus jalur ke istana.
Meski tak dapat dipungkiri di beberapa titik kami sempat menyaksikan ada kelompok yang ber-orasi dengan kata-kata keras, juga spanduk dengan tulisan keras seperti hukum bunuh dan yang semacamnya. Dan menurut saya tidak bisa disalahkan juga karena kalau meggunakan hukum syariah memang begitu. Itu sebabnya saya pikir apa yang dilakuan GNPF-MUI mengajukan tuntutan agar Ahok segera diadili sudah bagus. Ini sangat penting demi meredam tuntutan hukum syariah yang bisa jadi menyebabkan isu yang tidak menyenangkan.
Disamping itu, kami juga merasakan kebesaran Allah melalui udara yang begitu bersahabat. Bayangkan, berjalan kaki di Jakarta pada sekitar pukul 1 siang, tapi kami tidak merasakan panas sebagaimana biasanya. Payung dan kacamata hitam yang sudah saya siapkan dari rumah ternyata tidak perlu ke luar dari tas. Allahuakbar …
Wallahu’ alam bish shawwab.
Jakarta, 11 November 2016.
Vien AM.
Bu Syvia Nurhadi, saya Taufik dari audiobuku.com, tertarik untuk kontrak royalti buku seberkas cahaya di Palestina untuk kami jadikan audiobook (mirip sandiwara radio), mohon informasi email bu sylvia, ini email saya mtaufik.online@gmail.com dan ini nomor hp saya 081273669574