“ … … mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):97).
Ya ibadah haji adalah kewajiban bagi yang mengaku Muslim dan memiliki kemampuan untuk melakukannya. Kemampuan yang dimaksud dalam ayat tersebut bukannya harus kaya raya dalam arti mempunyai harta yang berlimpah. Melainkan cukup memiliki biaya untuk mengadakan perjalanan pulang pergi ke tanah suci, biaya hidup selama disana dan biaya cukup bagi keluarga yang ditinggalkan selama yang bersangkutan berhaji. Serta yang utama dalam keadaan sehat sehingga ia mampu melakukan seluruh rentetan rukun dan wajib haji.
Haji adalah impian bagi seorang Muslim sejati. Puncaknya adalah wukuf di Arafah. Itulah saat dimana semua orang berkumpul dalam kedudukan yang sama di hadapan Tuhannya, Allah Azza wa Jalla. Baik yang kaya maupun miskin, raja maupun rakyat biasa, lelaki maupun perempuan, tua maupun muda, apapun warna kulitnya, semua bersimpuh, rukuk dan sujud memohon ampunan dan ridho-Nya. Bagi seorang Muslim, hari-hari haji adalah hari-hari yang merupakan puncak spiritual yang sungguh tinggi nilainya dihadapan Sang Khalik. Pada hari itu para jamaah memandangi langit Arafah. Disebutkan dalam hadits qudsi bahwa Allah berfirman kepada para malaikat:
“Lihatlah kepada hamba-Ku di Arafah yang lesu dan berdebu. Mereka datang kesini dari penjuru dunia. Mereka datang memohon rahmat-Ku sekalipun mereka tidak melihat-Ku. Mereka minta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun mereka tidak melihat Aku”.
Saat itu Allah mendekat sedekat-dekatnya kepada hamba-hamba-Nya yang wuquf di Arafah untuk mendengarkan ungkapan dan keluhan hati mereka, menatap dari dekat wajah dan perilaku mereka. Nabi Muhammad saw bersabda :
“ . . . Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu ? “
Maka tak heran bila kita sering mendengar kisah seorang Muslim, dengan segala keterbatasannya, pergi menunaikan haji. Keterbatasan tersebut bermacam-macam, ada yang kurang mampu secara harta, ada yang secara fisik, dan ada juga yang dengan perjuangan berat dengan berbagai alasan. Perjalanan haji di jaman modern ini tidaklah begitu sulit dilakukan. Akan tetapi, tidak semua orang seberuntung itu, ada sebagian orang yang harus menempuh perjalanan berbulan-bulan untuk sampai ke Mekah. Berikut adalah diantara kisahnya :
1. Bulat Nassib Abdulla , seorang pemuda Rusia.
Pada tanggal 8 September 2016, Bulat Nassib Abdulla, seorang pemuda Rusia, tiba di Makkah, setelah bersepeda menempuh jarak 6600 km dari tempat tinggalnya. Ia diterima sebagai tamu kehormatan dan mendapat banyak penghargaan dari organisasi pramuka Saudi. Selain melakukan ibadah haji, pemuda berusia 24 tahun tersebut mendapatkan kehormatan bergabung dalam tim relawan yang bertugas melayani para jamaah dari berbagai negara. Pemuda tersebut dimasukkan ke dalam kloter peziarah Pramuka Hulaifah Saudi.
Bulat meninggalkan Rusia pada hari pertama Ramadhan, 6 Juni 2016. Setelah melewati beberapa negara seperti Azerbaizan, Yordania, Cyprus, Turki. Tiga bulan kemudian, akhirnya ia berhasil sampai di Madinah.
“Haji diwajibkan untuk sekali dalam seumur hidup bagi semua umat Islam di seluruh dunia. Setiap tahun Muslim di seluruh dunia mengunjungi Makkah untuk melakukan ibadah tersebut. Pada haji tahun 2016 ini, semoga Allah menerima ibadah haji dan doa kami serta melindungi kita dari setiap hal yang buruk,” ujarnya.
2. Mohammad, dari RRC.
Mohammad, demikian nama lelaki setengah baya yang melakukan perjalanan sejauh 8.150 kilometer dengan mengayuh sepeda dari rumahnya di provinsi Xinjiang menuju Arab Saudi. Setelah menempuh perjalanan 2 bulan, pada tanggal 21 Agustus 2016, tibalah Muhammad di tujuan.
Mohammad berkisah bahwa ia termasuk orang yang tak mampu membayar biaya berhaji secara normal. Namun hal tersebut tak membuatnya putus asa. Ia mengumpulkan bekal sebisanya, kemudian sebagai seorang yang terbiasa bersepeda iapun mengkomunikasikan perjalanan spektakulernya kepada komunitas sepeda di Arab Saudi. Alhasil, begitu ia sampai di kota Thaif, kota peristirahatan tak jauh dari Makkah, ia pun disambut oleh kelompok bersepeda kota itu dan mengiringinya hingga ke Mekah.
“Kami adalah klub sepeda pertama di Arab Saudi yang menyambut pesepeda Muslim Cina, dan kami berharap pada klub-klub sepeda lokal lainnya untuk dapat menerima Mohammad dengan hangat serta memperkenalkannya dengan kota-kota mereka,” kata Nayef Al Rawas, Ketua klub sepeda lokal di kota Taif.
3. Senad Hadzic dari Bosnia.
Pada tahun 2012, demi mencapai impian melaksanakan haji, Senad Hadzic (47 tahun), berjalan kaki sejauh 5.900 km dari desanya di Bosnia menuju Mekah. Ia meninggalkan kota kelahirannya, Banovici, Bosnia, dan berjalan kaki sekitar 3.540 mil melintasi Bosnia, Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah, Yordania dan Arab Saudi untuk akhirnya mencapai Mekah.
“Saya berjalan atas nama Allah, untuk Islam, untuk Bosnia-Herzegovina, untuk orang tua saya, dan untuk kakak perempuan saya,” jelas Hadzic.
Berbekal ransel seberat 20 kg berisi peralatan hidup sekedarnya dan uang 200 euro di tangan, Hadzic memulai perjalanan spiritualnya. Bila ia lelah atau malam hari tiba ia istirahat dan tidur di masjid yang ditemuinya, atau di taman kota, dan kadang-kadang juga di jalanan. Namun demikian ia menyatakan perjalanannya yang berat itu terasa ringan begitu akhirnya ia tiba di Mekah : “Aku benar-benar sangat senang dan menurutku ini adalah tempat yang paling indah di dunia.”
4. Nathim Cairncross dan Imtiyaz Ahmad Haron, dari Cape Town
Pada tahun 2010, Nathim Cairncross (28) dan Imtiyaz Ahmad Haron (25), dua orang pemuda dari Cape Town, Afrika Selatan mengayuh sepeda ke Arab Saudi untuk melakukan perjalanan haji.
“Mengayuh sepeda ke Arab Saudi dari Cape Town adalah pengalaman yang melelahkan. Kami memang berniat melakukan perjalanan haji dengan cara ini agar kami bisa merasakan sendiri kerasnya melakukan ibadah haji,” kata Cairncross, seorang pemuda yang berprofesi sebagai perencana tata kota.
Ketika ditanya mengapa mereka memilih untuk naik sepeda, Cairncross berkata: “Ini memberi kita banyak kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang dari negara yang berbeda. Selain itu, selama perjalanan kami bisa berdakwah di mana pun kami berhenti untuk menginap.”
5.Salim Moumou, seorang pemuda Perancis.
Pada tahun 2007, Salim Moumou, seorang mahasiswa Perancis berusia 25 tahun melakukan perjalanan sejauh 4800 km ke tanah suci dengan bersepeda. Ia memulai perjalanannya dari kota asalnya di Perancis. Ia melalui Belgia, Swiss dan Italia lalu dari Italia berlayar ke Turki. Ia mengakui bahwa perjalanan spiritual tersebut termotivasi oleh kisah kakeknya yang mengayuh sepeda mulai dari Suriah, Jordania, kemudian Arab Saudi.
“Kakek saya butuh waktu enam bulan untuk sampai ke Mekah, saat itu kondisi untuk makan dan tidur masih sangat sulit. Saya ingin merasakan kondisi yang sama dan kesulitan yang sama.” katanya penuh semangat.
6. Dzhanar Aliyev Magomed Ali dari Chechnya.
Magomed Ali membutuhkan sekitar 10 minggu perjalanan dari Urus-Martan, sebuah desa kecil di Chechnya, ke kota suci Mekah di Arab Saudi. “Aku hanya takut kepada Allah, dan kemungkinan bahwa aku tidak akan sampai ke tujuan,” kata Magomed Ali setelah pulang dari perjalanan ibadah hajinya.
Magomed Ali bukanlah seorang yang masih muda namun semangat dan kemauannya yang begitu tinggi sangat patut diacungi jempol. Dalam usianya yang sudah 63 tahun, ia mencari pengalaman spiritual terbesar dalam hidupnya. Pada tahun 2007 dengan sepedanya yang sudah karatan, ia berhasil melakukan perjalanan sepanjang 12 ribu kilometer, dengan melintasi 13 negara untuk kemudian bergabung dengan hampir tiga juta Muslim dari seluruh dunia untuk melakukan ibadah haji.
Rupanya perjalanan tersebut adalah bentuk nazar Magomed kepada sang ibu, yaitu jika ada sedikit rezeki untuk bertamu ke Baitullah, maka dia ingin melakukannya lewat jalan darat.
7. Konvoi sepeda motor rombongan dari Malaysia.
Pada Mei 2014 serombongan calon jamaah dari Malaysia bersepeda motor dari Kuala Lumpur menuju Madinah. Rombongan berjumlah 12 orang ini berhasil memasuki tanah suci dengan mengendarai 8 sepeda motor dan satu mobil kecil,setelah melewati 12 negara dan mampir di 53 kota.
Pengalaman dua bulan di jalan nyaris tanpa kendala, kecuali ketika tiba di perbatasan antarnegara. Kedutaan Besar Malaysia di masing-masing negara transit harus selalu turun tangan untuk membantu memfasilitasi perjalanan mereka. “Kebanyakan soal prosedur perbatasan saja,” kata mereka.
Perjalanan spiritual dengan cara konvoi sepeda motor yang dilakukan rombongan ini adalah untuk yang ke 3 kalinya.
Tentu masih banyak lagi kisah perjalanan haji mereka yang berangkat tidak secara yang biasa kita dengar. Bahkan saking menggebunya tidak jarang calon jamaah nekad melakukan perjalanan tanpa izin resmi. Choiron Nasichin, adalah salah satu contohnya. Pada tahun 1992, lelaki asal Jombang Indonesia ini nekad menyusup ke dalam pesawat jamaah haji yang berangkat dari bandara Juanda Surabaya. Aksinya baru ketahuan menjelang pesawat turun di bandara King Abdul Aziz Jedah, hingga akhirnya terpaksa dipulangkan ke tanah air. Namun demikian perbuatan kurang baik yang dilandasi keinginan yang begitu tinggi agar bisa beribadah di rumah-Nya ini berbuah menyenangkan. Dua kali ia dibiayai seseorang untuk berhaji, yaitu pada tahun 1994 dan 2005. Allahu Akbar …
Sementara dari Pakistan dilaporkan satu kelompok yang tidak memiliki izin resmi berhasil memasuki pegunungan Taif yang terletak 80 km dari Mekkah. Mereka ini bahkan tak memakai alas kaki dan bekal yang cukup. Dan kalau kita perhatikan di sana memang banyak sekali jamaah yang keadaannya demikian, terutama dari Pakistan dan India.
Jadi sungguh aneh bila di zaman modern ini masih saja ada orang yang mengaku Muslim tapi dengan berbagai alasan enggan menjalankan rukun Islam ke 5 ini padahal ia mampu melakukannya. Apa sebenarnya yang menghalanginya???
Semoga kisah perjuangan para jamaah haji di atas mampu menggerakkan hati mereka yang belum ingin pergi haji segera melakukannya, aamiin ya robbal ‘aalamiin …
Wallahu’ alam bish shawwab.
Jakarta, 25 Desember 2016.
Vien AM.
Leave a Reply