Kedatangan raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al-Saud, Sang Penjaga Dua Kota Suci ( Khadimul Haramain) pada hari Selasa, 1 Maret 2017, disambut meriah oleh berbagai pihak. Ini adalah kunjungan pertama setelah 47 tahun silam almarhum raja Abdullah bin Abdul Aziz mengunjungi Indonesia. Padahal selama kurun waktu tersebut presiden kita seperti Gus Dur, SBY dan Megawati telah berkunjung ke Arab Saudi. Terakhir adalah Jokowi yaitu pada September 2015.
Kunjungan kepala negara produsen minyak terbesar di dunia tersebut bagaikan oasis di padang pasir bagi sebagian besar umat Islam yang sejak beberapa bulan belakangan ini terasa terpinggirkan. Kasus penistaan agama yang berlarut-larut, menyebabkan perpecahan baik di antara umat Islam sendiri maupun dengan umat agama lain, bahkan merambat hingga ke sentiment anti Arab. Olok-olok “ sok Arab”, “ onta”, “pindah saja ke Arab” dll menjadi hal biasa di medsos. Belum lagi ulama-ulama MUI dan GNPF-MUI yang terus dicari-cari kesalahannya oleh pihak kepolisian.
( Kabar terakhir menurut ustad Bahtiar Nasir, kapolri telah menemui beliau dan menyatakan bahwa kasus beliau akan segera ditutup dan tidak akan diperpanjang. Hhmm … semoga saja benar, Alhamdulillah … )
Kedatangan raja beserta rombongan besar, dengan membawa sendiri kendaraan canggih lengkap dengan segala perlengkapannya, apalagi dengan membawa dana pinjaman yang jumlahnya sangat besar, tanpa bunga dan tanpa tenaga kerja seperti yang apa yang dilakukan RRC, sungguh membuat hati ini terhibur. Seolah ini adalah jawaban permohonan jutaan kaum Muslimin pada aksi bela Islam 411, 212 dan 112 dari Sang Khalik.
“Siapa yang berjalan untuk membantu saudaranya sesama muslim maka Allah akan menuliskan baginya suatu kebaikan dari tiap langkah kakinya sampai dia pulang dari menolong orang tersebut. Jika dia telah selesai dari menolong saudaranya tersebut, maka dia telah keluar dari segala dosa-dosanya bagaikan dia dilahirkan oleh ibunya, dan jika dia ditimpa kecelakaan (akibat menolong orang tersebut) maka dia akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab ” (HR. Abu Ya’la ).
Seperti kita ketahui hubungan pemerintahan RRC dengan Indonesia di era Jokowi saat ini sedang berada di puncaknya. Termasuk pinjaman hutang yang nilainya fantastis. Celakanya lagi, pinjaman tersebut juga mencakup tenaga kerja buruh dari daratan Tiongkok sana. Padahal pengangguran di negri ini semakin hari semakin menumpuk.
https://ekbis.sindonews.com/read/1005965/33/china-sebut-kerja-sama-era-jokowi-terbaik-1432716916
http://www.konfrontasi.com/content/global/utang-era-jokowi-dan-utang-raksasa-china
Bahkan kasus penistaan agama yang berlarut-larut itupun kabarnya ada indikasi campur tangan 9 naga/taipan cina yang mempunyai kepentingan agar proyek reklamasi berjalan lancar. Maka tak heran jalan apapun ditempuh demi terpilihnya si petahana sekaligus penista yang telah berstatus tersangka itu.
http://www.mediabangsaku.com/2017/03/raja-salman-datang-ke-indonesia.html
Sayangnya, pada acara penyambutan raja Salman yang sangat dielu-elukan itu, Jokowi tetap mengajak orang yang telah membuat heboh negri ini. Meski memang posisinya yang masih aktif sebagai gubernur DKI memungkinkan hal tersebut. Tapi juga jangan lupa adanya Undang-Undang ( Pemda) pasal 83 ayat 1 tentang seorang pejabat dengan status tersangka harus di non aktifkan secara sementara.
Keberpihakan pemerintah terhadap orang-orang yang memusuhi Islam memang tidak dapat disembunyikan. Selain Ahok, Jokowi juga memberi kesempatan khusus ketua umum PDIP Megawati dan putrinya, Puan Maharani yang kebetulan menjabat sebagai menko, untuk bertemu langsung dengan raja Salman. Tanpa sedikitpun merasa risih, mantan presiden RI ini menemui sang Khadimul Haramain tanpa menutup auratnya. Padahal bahkan ratu Elizabeth dari Inggris yang notabene non Muslim saja menutupnya ketika berhadapan dengan raja Arab Saudi.
Megawati selama ini dikenal sangat memusuhi Islam dan segala yang berbau Arab. Pada pidato terakhir di acara ulang tahun partai yang dipimpinnya ia bahkan melontarkan pernyataan yang berbau komunisme yaitu mempertanyakan adanya kehidupan akhirat yang merupakan ruh semua agama.
‘Para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan diri mereka sebagai pembawa ‘self full filling prophecy’, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan apa yang pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, padahal notabene mereka sendiri tentu belum pernah melihatnya’.
Selanjutnya, pada acara temu ulama yang digelar di istana dimana puluhan ulama pimpinan pesantren dan ormas dundang. Ternyata nama Habib Riziek Syihab sebagai ketua ormas besar FPI dan ustad Bachtiar Nasir yang merupakan ketua umum GNPF-MUI, tidak termasuk di dalam daftar yang diundang. Padahal ke dua tokoh tersebut sedang mencuat namanya. Pasti raja Salman yang dikenal sangat peduli terhadap dunia Islam sudah mendengar kiprah keduanya. Demikian pula aa Gym, dai kondang pimpinan pesantren terkenal Darut Tauhid, yang selama ini dikenal kalem dan tidak pernak bicara politk namun belakangan ikut bicara keras tentang ayat haramnya memilih pemimpin kafir. Beliau juga tidak termasuk dalam daftar undangan.
Mungkin menjadi pertanyaan mengapa umat Muslim begitu menaruh harapan kepada raja Salman yang baru pada Januari 2015 dinobatkan sebagai raja Arab Saudi. Berikut beberapa diantara alasannya:
- Raja Salman adalah seorang raja yang sangat takut pada Tuhannya. Ia seorang yang taat beribadah. Pada usia 10 tahun Salman muda sudah menjadi hafizd.
- Jauh sebelum diangkat menjadi presiden, raja Salman sudah mendukung Mursi, presiden Mesir yang bermaksud menerapkan syariat Islam tapi kemudian dikudeta, agar diberi kesempatan menyelesaikan jabatannya.
- Begitu menjadi raja, raja Salman mencopoti pejabat yang diangkat berdasarkan hubungan kekerabatan. Bahkan raja tidak ragu menjatuhan hukuman pancung di hadapan khalayak terhadap keponakannya sendiri karena membunuh orang. Raja Salman mengatakan, “Tidak ada perbedaan antara pangeran dan rakyat biasa dihadapan hukum. Semua diperlakukan sama.”
- Raja Salman menjalin hubungan yang sangat baik dengan Turki dibawah presiden Erdogan yang sama-sama menjunjung syariat.
- Dan lain-lain.
Ironisnya, di tengah hebohnya penyambutan raja Salman, mereka yang mengaku Islam tapi membenci agamanya sendiri, terus saja memojokkan Islam. Para Munafikun, bekerja sama dengan orang-orang Syiah, terlihat jelas ingin menjatuhkan marwah dan martabat raja Salman beserta kerajaannya, diantaranya dengan isu Wahabi. Mereka juga menyebarkan foto eksotis putri Ameera yang mereka nisbatkan sebagai putri raja Salman. Padahal itu sama sekali tidak benar. Ameera adalah bekas mantu raja karena sudah bercerai dari suaminya, yaitu pangeran al-Waleed bin Thalal putra raja. Seandainyapun putri raja bersikap demikian, jangankan anak raja yang notebene manusia biasa, putra nabi Nuh as pun, bukanlah seorang yang patuh pada perintah Tuhannya.
http://www.masjumat.com/2017/03/06/princess-ameera-putri-raja-salman-yang-tidak-berjilbab/
Yang lebih menjengkelkan lagi, foto itu kemudian disandingkan dengan beberapa foto Muslimah Indonesia berhijab dan diberi komentar nyinyir “ sok Arab”. Sungguh menyakitkan. Tidakkah mereka menyadari bahwa perintah berhijab adalah perintah Allah, bukan ikut-ikutan atau latah “sok Arab” !
“ Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. ( Terjemah QS.Al-Ahzab (33):59).
Mengenai Wahabi. Isu wahabi adalah isu lama yang dihembus-hembuskan musuh Islam agar sesama Muslim saling bermusuhan. Padahal aliran sesat Wahabi yang dibawa Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum al Farisi pada abad ke 2 H itu adalah ajaran Khawarij. Sedangkan “wahabi” yang dinisbatkan kepada kerajaan Arab Saudi adalah merujuk kepada Muhammad bin Abdul Wahab an-Najd yang hidup pada abad 12 H. Ulama kenamaan asal Najd ( Arab) ini adalah seorang ahlussunnah wal jamaah tulen.
http://beritajatim.com/internasional/291329/sosok_tegas,_raja_salman_pernah_eksekusi_pangeran.html
Menjadi pertanyaan besar, bagaimana kira-kira reaksi raja Salman mendengar berita ustad Dr Khalid Balsamah yang di tengarai “wahabi” digruduk banzer NU ketika sedang berceramah ??? Padahal paska pertemuan lintas agama di istana beberapa hari lalu, raja Salman memberikan pujian terhadap toleransi ber-agama di Indonesia.
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. ( Terjemah QS. Al-Hujurat (49)13).
Sungguh sedih dan malu hati ini membayangkan kekecewaan yang bakal muncul dari balik wajah lembut sang khadimul Haramain. Kekecewaan demi kekecewaan, dari hari pertama penyambutan hingga hari-hari akhir yaitu ketika penanaman pohon. Seakan tidak belajar dari pengalaman, bagaimana raja Salman meninggalkan Obama yang ketika itu masih menjabat presiden negara adi daya Amerikat Serikat, demi memenuhi panggilan shalat. Pada hari penanaman pohon bersama Jokowi, setelah dibisiki ajudannya, raja Salman segera meninggalkan lokasi padahal acara belum selesai. Ada apa gerangan ?? Ternyata azan Zuhur telah berkumandang … Itu sebabnya ketika acara penyiraman pohon Jokowi terlihat tidak ditemani sang tamu agung yang lebih memilih mendahulukan panggilan Tuhannya … Allahu Akbar …
Dari ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang amal apakah yang paling dicintai oleh Allah. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’uud berkata : “Lalu apa ?”. Beliau menjawab : “Berbuat baik kepada kedua orang tua”. Ibnu Mas’uud berkata : “Lalu apa ?”. Beliau menjawab : “Jihad di jalan Allah”. ( HR. Bukhari Muslim).
Demikianlah Allah swt membalas hamba-Nya yang taat, yang ber-ahklak mulia dengan balasan yang setinggi-tingginya, tidak hanya di akhirat nanti tapi juga di dunia … Masya Allah …
http://www.masjumat.com/2017/01/27/kelebihan-arab-saudi-dalam-hal-suksesi-kepemimpinan/
Wallahu’alam bi shawwab.
Jakarta, 6 Maret 2017.
Vien AM.
Leave a Reply