1 Ramadhan 1438 H. Kami mengawalinya dengan takziyah ke rumah bude, sepupu ibu yang wafat, meski agak terlambat karena almarhumah telah dimakamkan sehari sebelumnya. Selama ini bude tinggal bersama putra sulung beliau yang mengalami kelumpuhan sejak 3 tahun yang lalu. Dengan penuh kasih sayang bude yang sudah sepuh itu merawat putranya yang juga sudah tidak muda itu, yaitu 48 tahun. Kebetulan putra beliau tersebut memang belum menikah.
Ketika kami tiba di rumah duka, Andi, katakanlah begitu nama sang putra sulung, sedang dimandikan perawatnya. Setelah menyampaikan duka cita dan berbincang seputar hari-hari akhir almarhumah dengan salah satu putra bude yang menemui kami, dan Andipun sudah selesai dirapikan perawat, kamipun menemuinya.
Tak disangka, ternyata Andi masih mengenali kami semua, ia bahkan ingat nama-nama kami, dan bisa berkomunikasi seadanya. Padahal bila dilihat keadaannya cukup mengenaskan, tulang kedua kaki dan kedua tangannya tampak bengkok. Dan tak jarang ia mengulang-ngulang perkataan dan apa yang diinginkannya sambil membentur-benturkan kepalanya ke bantal. Kadang-kadang ia juga menatap ke atas beberapa lama, tanpa berkedip, tanpa ekspresi.
Hingga saya terpancing bertanya : “Apa yang kamu lihat Andi?”. “ G ada”, jawabnya cepat.
“Kalau begitu apa yang kamu pikirkan?”, tanya saya lagi. “Allah”, jawabnya tegas.
Saya terkesiap, masya Allah. Memang sejak tadi ia terdengar bershalawat, kadang membaca Al-Fatihah atau ayat Qursi, di sela-sela permintaannya meminta air minum yang diucapkan looping alias tak henti-henti dan dengan nada yang datar.
Ketika saya menasehatinya agar berdoa, memohon kepala Allah agar diberi kesembuhan, sontak iapun berucap “ Ya Allah, aku mau sembuh” secara berulang-ulang meski dengan nada datar tanpa intonasi. Spontan sayapun berucap ” Sabar yaa … ini semua adalah cobaan dari Allah swt. Jangan pernah bosan berdoa. Insya Allah, nanti kalau Allah berkehendak memanggil kamu menyusul ibu dan bapak, Allah akan memasukkan kamu ke surga, dikasih istri yang cantik, sholehah”. “Aamiin”, jawabnya, sambil terus menatap saya, penuh harap.
“ Sama koq, orang yang diberi pasangan hidup, anak, sehat, rezeki berlimpah, semua itu cobaan”, lanjut saya lagi. Tapi “jleb”, saya terhenyak, tersentil oleh kata-kata saya sendiri. Astaghfirullah … Ya Allah, benar sekali, semua ini hanyalah cobaan, titipan-Mu yang pada saatnya nanti harus dikembalikan dan dipertanggung-jawabkan penggunaannya.
“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.( Terjemah QS. Al-Fajr(89(15-16).
Susah maupun senang adalah ujian, bukan kemuliaan bukan juga kehinaan. Keduanya harus dipertanggung-jawabkan. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un … Ya Allah jangan lalaikan kami dari peringatan-Mu, aamiin …
Dari cerita adiknya, saya baru tahu, ternyata sepupu saya tersebut divonis dokter mengidap gangguan mental yang nama kerennya Skizofrenia. Sejujurnya saya tidak begitu mengenal penyakit tersebut. Dari hasil searching internet di dapat Skizofrenia berasal dari 2 kata bahasa Yunani, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Jadi Skizofrenia adalah gangguan mental atau keretakan jiwa/ kepribadian yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.
Ranti, sang adik, bercerita bahwa hal itu terjadi sejak ayah mereka yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Andi, wafat. Rupanya ia tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Selama beberapa waktu ia selalu murung dan cenderung mengucilkan diri. Beberapa kali ia menceritakan didatangi almarhum ayah yang sangat dicintainya itu.
Saya tidak tahu bagaimana prosesnya, yang pasti, akhirnya Andi dibawa ibunya berobat ke seorang psikiater. Dan sejak itu, hingga hari ini, Andi harus selalu mengkonsumsi obat-obatan. Belakangan ia juga sempat terserang stroke hingga 2 kali.
Menurut informasi yang saya dapat, penderita Skizofrenia tidak dapat disembuhkan. Mereka tergantung obat seumur hidup karena bila tidak, bisa menyusahkan bahkan membahayakan orang lain. Saya jadi teringat kasus di Kalbar, dimana seorang polisi membunuh dan memutilasi 2 anaknya, tanpa rasa menyesal sedikitpun. Menurut istrinya, suaminya itu sering mendapat bisikan mahluk halus. Diduga polisi tersebut mengidap Skizofrenia. Tentu saja hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu adanya pembuktian yang jelas.
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…”. (Terjemah QS. Al-Maidah(5: 32)
Ranti juga sempat bercerita, sehari setelah ibu mereka wafat, Ahmad, salah satu adik Andi, melihat “ayah dan ibu” mereka mengunjungi Andi, mereka berdiri di samping tempat tidur Andi. Ironisnya, ketika saya menanyakan hal tersebut kepada Ahmad, ia tertawa.
“Wah mb Ranti ya yang cerita. Nanti aku dikira mengidap Skizofrenia juga niih”, ucapnya dengan nada agak kecut. Menurut Ranti, adiknya itu sejak lama memang memiliki kemampuan melihat hal-hal seperti itu.
Saya segera melirik suami saya. Kebetulan suami saya juga sempat memiliki kemampuan melihat yang ghaib. Demikian pula bapak saya yang sudah 3 tahun lebih menderita kelumpuhan mirip Andi, tapi daya ingat dan komunikasi bapak masih sangat bagus.
Saya teringat, hari-hari pertama bapak mengalami kelumpuhan, beliau sering sekali berhalusinasi. Bapak sering sekali marah-marah dan menyuruh pergi “seseorang” yang dianggap suka mengganggunya. Akhirnya adik saya berinisiatif mendatangkan seorang ustad yang dikenal sering merukyah alias mengusir roh jahat yang datang mengganggu. Alhamdulillah bapak sekarang sudah terbebas dari gangguan tersebut.
Berikut hadist menarik yang diceritakan oleh Aisyah R.ha dan Ibnu Mas’ud R.a :
Rasulullah saw bersabda, ” Setiap kamu ada Qarin dari bangsa jin, dan juga Qarin dari bangsa malaikat”. Mereka bertanya: “Engkau juga ya Rasulullah.”
“Ya aku juga ada, tetapi Allah swt telah membantuku sehingga Qarin itu dapat aku islamkan dan hanya mengajakku dalam hal kebajikan saja.” (Riwayat Ahmad dan Muslim).
https://adamfirdauz.wordpress.com/2012/12/25/tentang-qorin-jin-pendamping-manusia/
Saya jadi berpikir betulkah vonis yang dijatuhkan dokter kepada Andi tempo hari ?? Bukanlah jin termasuk qarin kembaran kita, tidak mengenal mati kecuali pada hari Kiamat nanti, hingga dengan demikian kemungkinan qarin itulah yang menampakkan diri dan mengganggu manusia. Yang ilmu kedokteran kemudian menyebutnya halusinasi ???
Yang pasti ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil. Yang pertama, kita tidak boleh mencintai seseorang, baik itu suami/istri/anak/orang-tua, apalagi harta benda, secara berlebihan. Karena semua itu hanya titipan yang pada suatu hari kelak pasti diminta kembali oleh Sang Pemilik. Kecintaan tertinggi hanya untuk Allah swt.
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Yang kedua, sebagai orang beriman, kita tentu yakin dengan adanya yang ghaib. Dan ada orang-orang tertentu yang diberi-Nya kemampuan melihat dan merasakan hal tersebut. Sebagai contoh yaitu para nabi. Demikian juga ayat-ayat suci Al-Quranul Karim yang turun kepada rasulullah Muhammad saw. Sebagian ayat turun dalam bentuk suara, tanpa terlihat siapa yang berbicara, disamping apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril as yang datang dalam bentuk laki-laki biasa. Itu sebabnya nabi saw sering dituduh gila (majnun) oleh orang-orang Quraisy yang tidak meng-imani beliau. Na’udzubillah min dzalik …
“Berkat ni’mat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila”.( Terjemah QS. Al-Qalam (68):2-6).
Yang ketiga, rasulullah saw mengajarkan kita, kaum Muslimin, agar terbiasa merukyah diri kita sendiri. Diantaranya yaitu dengan membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Al-Baqarah ayat 255 ( ayat Qursi) serta 3 ayat terakhir surat Al-Baqarah.
“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Terjemah QS. Al-Isro (17): 82).
“Bacakan ruqyah-ruqyah kalian kepadaku, tidak apa-apa dengan ruqyah yang tidak mengandung kesyirikan didalamnya.” (HR. Muslim).
http://ruqyahislam.blogspot.co.id/2013/12/ayat-dan-doa-dalam-meruqyah.html
Ke-empat, Islam menganjurkan kita, kaum Muslimin agar menjenguk orang yang sakit dan mengantar jenazah ke kubur. Tujuannya tak lain adalah agar kita banyak bersyukur dan senantiasa mengingat bahwa pada saatnya nanti kitapun akan mati.
” Tiada seorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari; dan jika ia menjenguknya pada sore hari maka ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari, dan baginya kurma yang dipetik di taman surga.” (HR Tirmidzi).
Terakhir, yuuk kita biasakan membaca ta’awuuz, yaitu “A’uzubillahi minas Syaitonir Rajim” sebelum memulai segala aktifitas kita, terutama sebelum membaca Al-Quran, agar kita dijauhkan dari segala macam godaan syaitan terkutuk.
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Terjemah QS. Al-A’raaf(7): 200).
Syukur Alhamdulillah, Andi sekarang telah terbiasa merukyah dirinya sendiri. Beberapa kali ia memanggil-manggil kami, agar senantiasa mendoakannya “ Doain aku ya, baca Al-Fatihah 3x, Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 3x, An-Naas 3x, ayat Qursi 3x”. Secara berulang-ulang ia mengatakan hal tersebut, meski dengan nada datar dan tanpa ekspresi. Kalau saja dari awal ia tahu, paling tidak ada yang mengingatkan hal tersebut, bisa jadi Andi tidak akan menjadi demikian, pikir saya sedih. Ya Allah, berilah sepupu kami tersebut kesabaran dalam menghadapi cobaan-Mu, berilah ia kesembuhan yang baik, bila Kau me-ridhonya, aamiin.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 31 Mei 2017.
Vien AM.
Note:
Beberapa hari yang lalu (15/1/2021) Saya menonton “Beautiful Mind” film berdasarkan kisah John Forbes Nash, seorang ahli matematika Amerika yang divonis menderita Skizofrenia. Selama 9 tahun lebih ia menuruti petunjuk dokternya untuk minum obat secara teratur. Tapi kemudian karena suatu sebab ia memutuskan untuk menghentikannya, dan memulai pengobatan sendiri dengan cara belajar meyakinkan diri untuk dapat membedakan mana halusinasi mana tidak.
Dan berkat dukungan istrinya tercinta ia berhasil keluar dari “penyakit” tersebut. Sampai hari tuanya Nash memang tidak berhasil mengusir halusinasi tersebut, tapi ia sudah dapat membedakannya dari dunia nyata. Ia bisa mengabaikannya hingga akhirnya dapat mengajar kembali bahkan menerima nobel penghargaan.
Nash meninggal pada tahun 2015 di usia 86 tahun bersama sang istri tercinta dalam kecelakaan mobil yang dikendarainya. Ia memang bukan seorang Muslim. Wajar kalau tidak mengenal ruqiyah. Namun paling tidak ia berhasil keluar dari “penyakit” tersebut dan berhasil menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Leave a Reply