Feeds:
Posts
Comments

Archive for January 27th, 2019

Madinah sebelum hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin, selain dihuni bangsa Arab juga orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi ini menguasai perdagangan serta perekonomian Yatsrib ( nama lama Madinah).  Mereka juga menguasai lahan-lahan pertanian terbaik dan oase-oase kota. Jumlah mereka makin lama makin besar hingga hampir separuh penduduk Yatsrib.

https://konsultasisyariah.com/29347-sejarah-yahudi-ada-di-madinah.html

Hal ini menyebabkan kabilah-kabilah Arab yang tinggal di kota tersebut membenci mereka. Ditambah lagi sikap orang-orang Yahudi yang arogan dan suka menekan orang-orang Arab. Riba dalam segala hal yang dipraktekkan Yahudi secara semena-mena membuat hubungan kedua etnis tersebut semakin buruk.

Dalam keadaan seperti itu orang-orang Yahudi masih juga suka meng-adu domba kabilah Aus dan kabilah Khajraz, dua kabilah Arab terbesar di Madinah yang sejak lama memang sudah sering bertikai. Akibat adu domba tersebut 5 tahun sebelum hijrahnya nabi dan para sahabat, pecahlah perang Buats. Perang besar ini nyaris menghancurkan seluruh harta benda yang dimiliki ke dua kabilah tersebut.

Beruntung akhirnya mereka menyadari hal tersebut. Mereka segera mengakhiri peperangan dan berjanji tidak akan mau lagi di adu domba Yahudi. Mereka mulai mendambakan seseorang yang dapat menyatukan dan memimpin mereka melawan dominasi Yahudi, dalam segala hal.

Itu sebabnya ketika mereka mendapat kabar telah datang seorang nabi di Mekah mereka sangat antusias. Merekapun mengirim utusan untuk mengetahui  kebenaran berita tersebut. Karena sejak lama orang-orang Yahudi sering menakuti-nakuti mereka dengan berkata:

“Bersama Nabi yang akan segera datang, kami akan menumpas kalian sebagaimana yang dahulu pernah dialami oleh kaum ‘Aad dan lram,”.

Orang-orang Yahudi memang meyakini bahwa di akhir zaman nanti akan datang seorang nabi. Hal tersebut tersirat di kitab suci mereka, Taurat. Bahkan kedatangan orang-orang Yahudi ke Madinah, menurut beberapa sumber, memang didasarkan ciri-ciri kota dimana nabi tersebut akan datang.

Maka ketika nabi Muhammad saw datang dan hijrah ke Madinah, dengan penuh suka cita penduduk Madinah non Yahudi menyambut beliau. Mereka berbondong-bondong memeluk Islam, dan langsung menobatkan rasulullah Muhamad saw sebagai pemimpin mereka.

Sebaliknya orang-orang Yahudi yang merasa kecewa karena ternyata nabi yang di harapkan kedatangannya itu bukan dari kaumnya, mengingkari dan memusuhi rasulullah.

Kemudian setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah, yang membenarkan apa yang ada pada mereka (yakni: yang ada pada Kitab Suci mereka, Taurat, mengenai kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam), yang sebelum itu selalu mereka harapkan kedatangannya agar mereka dapat mengalahkan orang-orang kafir, namun setelah apa yang mereka ketahui itu datang, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu”. ( Terjemah QS.Al-Baqarah (2):89).

Namun demikian rasulullah tidak pernah memaksa orang-orang Yahudi untuk menerima ajaran Islam. Rasulullah yang kemudian mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah, tetap memperlakukan mereka dengan baik. Sebagai warga Madinah, selain mendapatkan perlindungan dan berbagai hak, bersama penduduk Madinah lainnya mereka juga diberi tanggung-jawab membela dan mempertahankan kota dari musuh.

Namun apa lacur kepercayaan tersebut tidak mereka manfaatkan dengan baik. Sering kali mereka memancing keributan. Bahkan ketika Madinah diserang orang-orang Quraisy Mekah yang ingin membunuh Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah yang hijrah ke Madinah ( kaum Muhajirin), orang-orang Yahudi  berkhianat.

Ironisnya lagi, pengkhianatan tersebut dibantu oleh sejumlah penduduk Madinah yang mengaku Muslim. Itulah kaum Munafikun. Tak tanggung-tanggung pentolan Munafikun Abdullah bin Ubai bin Salul, seorang tokoh Madinah yang sebelum kedatangan Islam nyaris diangkat sebagai pemimpin Madinah. Meskipun akhirnya ia ikut bersyahadat dan memeluk Islam namun tidak rela menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan pimpinan. Rupanya ia tidak berhasil menghilangkan sakit hatinya gagal menjadi pemimpin Madinah.

https://vienmuhadi.com/2017/02/22/abdullah-bin-ubay-bin-salul-dan-kemunafikan/

Tokoh Madinah yang berkawan erat dengan orang-orang Yahudi tersebut sering sekali melawan perintah nabi. Diantaranya dalam membela teman-teman Yahudinya. Suatu hari ketika Rasulullah memerintahkan hukuman bagi bani Yahudi Qainuqa yang telah mengkhianati perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, ia membantah perintah tersebut.

“Hai Muhammad, perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik “, serunya.

Tanpa memperhatikan air muka Rasulullah yang kesal, hal itu terus diulanginya sampai 3 kali. Akhirnya Rasulullahpun menjawab ketus : “Mereka itu kuserahkan padamu dengan syarat mereka harus keluar meninggalkan Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota ini !”. 

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. …”.  (Terjemah QS.An-Nisa (4):138-139).

Pengusiran terhadap Yahudi terpaksa dilakukan karena pengkhianatan mereka sangat membahayakan tidak saja Rasulullah namun juga perkembangan Islam secara keseluruhan. Rasulullah dengan izin Allah swt mengusir mereka dalam 3 tahap. Dan berkat kekompakan dan persatuan kaum Muhajirin dan Anshar yang kokoh Islam akhirnya dapat berkembang hingga ke seluruh semenanjung Arab.

Abdullah bin Ubai bin Salul dedengkot Munafikun memang sudah lama tiada. Namun sifat dan ciri-ciri orang seperti Abdullah bin Ubay hingga detik ini masih sangat banyak. Bahkan makin hari makin banyak !

https://www.eramuslim.com/berita/analisa/tanda-karakter-munafik-abdullah-bin-ubai-bin-salul-saat-ini.htm#.XEvyC1wzaUk      

Sikap mereka yang suka melindungi orang kafir meskipun nyata-nyata telah melecehkan syariat Islam sangat membahayakan agama yang dengan susah payah disebarkan Rasulullah dan para sahabat.

Dengan ringannya ayat-ayat Allah dikesampingkan. Ayat kepemimpinan, misalnya. Padahal ayat ini diturunkan untuk melindungi kaum Muslimin agar hak-hak mereka seperti mengerjakan shalat di masjid, berpuasa di bulan Ramadhan, pemakaian jilbab, larangan riba dll dapat dilaksanakan dengan tenang.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim”. ( Terjemah QS. Al-Maidah (5):51).

Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh tali Islam akan lepas, ikatan demi ikatan. Setiap satu ikatan lepas, maka manusia berpegang pada ikatan selanjutnya. Yang pertama kali lepas adalah hukum (pemerintahan) dan yang paling akhir adalah shalat.”

Kurang banyakkah bukti bahwa Muslim yang tinggal di negara dimana pemimpinnya non Muslim sulit menjalankan syariat agamanya??? Jangankan Palestina, bahkan Perancis yang sering meng-klaim sebagai negara yang mengagungkan toleransi, demokrasi dll, tidak mudah bagi kaum Muslimin untuk menjalankan syariah agama. Yang terakhir adalah Muslim Uighur dibawah pemerintah Cina. Relakah kita anak cucu kita kelak mengalami nasib seperti mereka?? Na’udzubillah min dzalik …

https://www.merdeka.com/dunia/bungkamnya-pemimpin-dunia-saat-warga-muslim-uighur-ditindas-di-china.html

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 27 Januari 2019.

Vien AM.

Read Full Post »