Shalat adalah kewajiban kaum Muslimin yang pertama kali di hisab di hari Akhir nanti. Uniknya baik dalam shalat wajib maupun shalat Sunnah, Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al-Quran, wajib dibaca. Ada apa dengan surat yang juga disebut sebagai Ummul Kitab atau Ummul Quran ini??
Surat Al-Fatihah termasuk dalam kategori ayat Madaniyyah, yaitu turun setelah hijrah ke Madinah. Ayat ini terdiri atas 7 ayat. Sehubungan dengan judul di atas yaitu Ibrah dari bani Israil, maka fokus hanya dengan ayat 6 dan 7 surat tersebut.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
“Mereka” yang dimaksud telah dianugerahi nikmat pada ayat di atas adalah para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh, sebagaimana ayat berikut :
“Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (Terjemah QS. An-Nisa(4):69).
Sementara yang dimaksud “mereka yang dimurkai” (Al-Maghdub) adalah kaum Yahudi. Allah swt memurkai mereka karena kebanyakan orang Yahudi tidak berbuat amal kebaikan padahal Allah swt telah memberi mereka bekal lmu yang banyak. Sedangkan “mereka yang sesat” (Adh-Dholal) adalah kaum Nasrani. Mereka beramal ibadah tapi tanpa ilmu, yaitu dengan mengatakan “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga“. Padahal baik kaum Yahudi maupun Nasrani sejatinya adalah masuk dalam golongan orang beriman.
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”. ( Terjemah QS. Al-Maidah(5):73).
Allah swt mengingatkan kaum Muslimin agar tidak meniru keduanya. Umat Islam tidak cukup hanya beriman tapi juga wajib beramal ibadah sesuai ilmu yang dimiliki, yaitu ilmu yang berasal dari Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan kata lain orang beriman tapi tidak beramal sholeh/kebaikan seperti mendirikan shalat, zakat dll, Allah swt tidak menjamin yang bersangkutan kelak bisa masuk surga. Ayat-ayat Al-Quran yang menggandengkan iman dan ber-amal sholeh jumlahnya cukup banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut :
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam” ( Terjemah QS. Ibrahim (14):23).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya”.( Terjemah QS. Al-Kahfi(18):107).
Uniknya ayat-ayat tersebut tidak hanya ditujukan khusus bagi umat Islam saja tapi juga umat agama lain.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah(2):62).
Ajaran Yahudi, Nasrani dan Islam yang sering disebut sebagai agama langit, sejatinya memang tidak jauh berbeda. Ketiga agama tersebut sama-sama dibawa oleh malaikat yang sama yaitu malaikat Jibril as, dan disampaikan kepada manusia oleh para nabi yang merupakan utusan Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla. Tak heran bila perintahnyapun sama, yaitu agar tidak menyembah selain Allah, berbuat baik kepada kedua orang-tua, bahkan juga shalat dan sedekah. Sayangnya, hanya sebagian kecil yang menunaikan perintah tersebut.
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. (Terjemah QS. Al-Baqarah(2):83).
Dan sebagai tanda besarnya kasih sayang Sang Khalik kepada umat Islam, diwajibkanlah kita membaca Al-Fatihah minimal 17 x sehari, dalam 5 x shalat wajib. Salah satu tujuannya agar kita selalu ingat apa yang dilakukan kaum Yahudi dan kaum Nasrani, jangan sampai kita mengikuti perlakuan buruk kedua kaum tersebut.
Melalui sejumlah ayat, berkali-kali Allah swt menceritakan keburukan mereka, terutama kaum Yahudi. Sayangnya sering kali kita lupa bahwa hal tersebut bukan untuk sekedar mengejek dan mengolok-olok mereka. Lebih penting lagi agar kita tidak mengulangi kesalahan mereka. Ayat berikut misalnya,
“Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” … … “. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):80).
Ayat di atas menceritakan tentang ulama-ulama Yahudi yang dengan congkaknya berkata dan yakin tidak akan terkena api neraka kecuali hanya sedikit/sebentar. Padahal dengan seenaknya mereka telah menambah-nambahi dan merubah ayat-ayat suci mereka.
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. “. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):79).
Ironisnya, hari ini kita bisa melihat adanya sebagian ulama Islam yang melakukan hal yang mirip dengan mereka. Ulama Syiah contohnya, yang telah menulis kitabnya sendiri dan menisbahkannya sebagai dari Allah swt. Ataupun orang-orang Islam yang mengaku-ngaku sebagai nabi, ulama-ulama JIL ( Jaringan Liberal) yang mengatakan semua agama adalah benar, dll.
Pada Al-Baqarah ayat 67-71, Allah swt juga menceritakan kaum Yahudi yang keras kepala, suka membantah dan banyak bertanya apa yang diperintahkan rasul-Nya. Begitu juga kaum Muslimin hari ini yang suka memilah-milah ayat mana yang disukai dan mana yang tidak disukai untuk ditaati. Ayat tentang memilih pemimpin, pembagian harta waris dan kebolehan ber-poligami adalah contoh ayat yang sering enggan ditaati sebagian kaum Muslimin. Bukankah kita diperintahkan untuk kaffah ( secara menyeluruh/tidak tebang pilih) dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya??
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya/kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):208).
Hal lain adalah persaudaraan sesama Muslim yang makin hari makin diabaikan. Lupa bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat, sepanjang tidak menyalahi Al-Quran dan As-Sunnah yang bisa saja multi tafsir. Mengapa harus mempertajam perbedaan yang tidak seberapa dan tidak mendasar dengan mengabaikan persamaan yang jauh lebih banyak??
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga 73 golongan.” ( HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Wallahu‘alam bi shawwab.
Jakarta, 14 Februari 2019.
Vien AM.
Leave a Reply