Tanpa terasa hari ini kita telah memasuki pekan terakhir Ramadhan 1441H. Di tengah hiruk pikuk PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan demi mencegah penyebaran virus Covid19 atau virus Corona, harus diakui hari-hari Ramadhan yang kita lalui bersama keluarga inti ini terasa cukup melegakan. Meski ibadah-ibadah Ramadhan yang biasa kita laksanakan di masjid seperti shalat Taraweh, Iktikaf dan kegiatan lain terpaksa hanya kita jalankan di rumah.
Tapi sebenarnya ini bukan masalah besar karena Rasulullahpun sebenarnya hanya 3 hari saja mendirikan shalat Taraweh di masjid selebihnya di rumah. Ini dilakukan karena Rasulullah khawatir umat merasa terbebani, dan menganggapnya sebagai suatu kewajiban. Berikut ihwal dilakukannya shalat Taraweh berjamaah di masjid.
Abdurrahman bin Abdul Qari’ berkata, “Saya keluar ke masjid bersama Umar Radhiyallahu anhu pada bulan Ramadhan. Ketika itu orang-orang berpencaran; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan jama’ah yang kecil (kurang dari sepuluh orang). Umar berkata, “Demi Allah, saya melihat (berpandangan), seandainya mereka saya satukan di belakang satu imam, tentu lebih utama,”.
Kemudian beliau bertekad dan mengumpulkan mereka di bawah pimpinan Ubay bin Ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama beliau pada malam lain. Ketika itu orang-orang sedang shalat di belakang imam mereka. Maka Umar Radhiyallahu anhu berkata,’Ini adalah sebaik-baik hal baru.’ Dan shalat akhir malam nanti lebih utama dari shalat yang mereka kerjakan sekarang”. Peristiwa ini terjadi pada tahun 14H.
Dan lagi masih beruntung kita mengalami masa sulit ini di zaman dimana teknologi sudah sedemikian canggihnya. Dengan bantuan teknologi tersebut dari rumah orang bisa tetap bekerja, bertatap muka dan berkomunikasi dengan dunia luar. Bahkan di bulan suci Ramadhan ini kaum Muslimin, bisa mendengarkan kajian ustad siapapun yang mereka inginkan, tanpa harus meninggalkan rumah, kapanpun kita mau.
Ketika pertama kali saya mengikuti kajian melalui video conference yang biasanya kami lakukan 2 pekan sekali, kesan pertama yang saya dapatkan adalah bisa melihat semua wajah teman-teman pengajian saya secara jelas, di satu screen., tanpa harus menoleh ke kiri maupun ke kanan. Di layar yang relative kecil tersebut saya bisa melihat gerakan bahkan ekspresi mereka yang mengantuk, yang tidak konsen dll. Persis cctv yang biasa dipantau satpam. 🙂
Tiba-tiba saya terpikir begitulah Allah Azza wa Jala mengawasi hamba-hambaNya dari detik ke detik selama 24 jam penuh. Masya Allah … Jadi sungguh aneh bila di zaman modern ini masih ada saja orang yang tidak mempercayai Tuhan Yang Maha Esa.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (Terjemah QS.Al-Baqarah(2):255).
Banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dengan adanya virus Covid ini. Salah satunya yaitu tadi, beribadah bersama keluarga. Tampaknya Allah swt ingin mengingatkan kita bahwa di surga nanti kita bisa bertemu kembali dengan keluarga yang kita cintai. Dengan syarat sama-sama beriman.
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (Terjemah QS. At-Thuur(52):21).
“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga `Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”,(Terjemah QS. Al-Ghafir( 40):8).
“(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu”.(Terjemah QS. Ar-Raad(13):23).
Untuk itu kita harus saling mengingatkan, diantaranya yaitu dengan terus mengkaji ayat-ayat Al-Quran, bagaimana Rasulullah menyikapinya, dengan bimbingan orang/ustad yang benar-benar menguasai ilmunya. Dan sekarang ini adalah saat yang tepat. 10 hari terakhir Ramadhan adalah saat-saat berharga dimana Allah swt melipat gandakan semua amal ibadah kita.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Terjemah QS.Al-Qadr(97):1-5).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir bahwa di kalangan bani Israel terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Qadr 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam Lailatul Qadr lebih baik daripada amal seribu bulan ( 83.3 tahun) yang dilakukan seorang laki-laki dari bani Israel tersebut.
Dari Aisyah RA, beliau berkata:
“Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, “Ucapkanlah, Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku’.”
Al-Quran diturunkan dalam 2 cara, pertama dari Lauh-Mahfudz ke langit dunia secara keseluruhan. Yang kedua dari langit dunia, disampaikan oleh malaikat Jibril as kepada Rasulullah saw dengan cara bertahap selama kurang dari 23 tahun, yaitu hingga wafatnya Rasulullah saw. Peristiwa turunnya ayat pertama ( ayat 1-5 surat Al-Alaq ) inilah yang sering diperingati kaum Muslimin di negri kita sebagai peringatan Nuzulul Qur’an pada setiap tanggal 17 Ramadhan.
Ibnu ‘Abbas berkata, “Al Qur’an secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun.” (HR. Thobari).
Dari Mauwiyah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadr itu pada malam ke 27” (HR. Abu Dawud).
Namun demikian tidak semua ulama sepakat bahwa Lailatul Qadar pasti terjadi setiap malam 27 Ramadhan. Karena ada beberapa hadist yang menyatakan terjadi pada malam ganjil lain, diantaranya tanggal 23 dan 25. Yang pasti Lailatul Qadar terjadi pada 10 hari terakhir Ramadhan. Meski besar kemungkinan yang sering terjadi adalah malam 27. Artinya pada malam tersebut jangan sampai kita melewatkannya begitu saja. Alangkah meruginya.
Dari Aisyah RA, “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut”. (HR. Muslim)
Yang juga menarik Allah swt merahasiakan siapa yang mendapatkan Lailatul Qadar tersebut, meski seorang hamba selama 10 hari itu menghidupkan malam-malam harinya dengan bermunajat kepada Tuhannya. Diantaranya yaitu dengan shalat malam, membaca Al-Quran, berzikir dll. Kita hanya bisa menyaksikan hamba terpilih tersebut pasti akan menunjukkan perbaikan sikap, tidak hanya kepada Allah swt tapi juga kepada sesama manusia. Karena memang untuk itulah Rasulullah diutus kepada manusia.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
Akhir kata bisa jadi pandemi covid19 yang sedang kita alami ini adalah sindiran bagi mereka yang lebih suka sibuk dengan urusan mudik di hari-hari akhir Ramadhan daripada mencari malam Lailtul-Qadar. Atau mereka yang sibuk bekerja siang malam demi urusan dunianya tapi lalai memikirkan urusan akhirat. Atau bahkan bisa jadi juga sentilan bagi mereka yang rajin beribadah di masjid tapi tidak pernah mengajak atau mengingatkan keluarganya hal yang sama. Na’udzubillah min dzalik …
Yaa Allah beri kami kemudahan untuk meraih malam keberkahan tersebut, menjadikannya jalan masuk ke surga-Mu bersama keluarga, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …
Wallahu ‘alam bish shawwab.
Jakarta, 17 Mei 2020.
Vien AM.
Leave a Reply