Banyak sekali ayat-ayat Al-Quranul Karim yang memerintahkan kita agar berbuat baik kepada kedua orang-tua kita. Berkat mereka, dengan izin Allah swt, kita ada di dunia ini. Melalui mereka kita jadi mempunyai kesempatan memasuki surga-Nya, dengan syarat lulus dari ujian kehidupan di dunia yang fana ini. Menariknya lagi, dalam suatu hadist Rasulullah bersabda yang mengisyaratkan bahwa ibu berhak mendapatkan perlakuan baik dari anak-anaknya 3x lebih banyak dari ayah.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasul pun menjawab: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi?’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ayahmu’.”
Para ulama sepakat mengatakan hal tersebut karena 3 hal yaitu ibu mengandung, melahirkan dan menyusui. Meski ini tidak berarti hanya sebatas itu tugas ibu. Sementara tanggung jawab terbesar ayah adalah bekerja keras menafkahi keluarganya. Yang juga bukan berarti mengecilkan peran ayah dalam keluarga.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya … … “.( Terjemah QS. Al-Ahqaf(46):15).
“ Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf. … … “.( Terjemah QS. Al-Baqarah 233).
Mungkin ada sebagian ibu yang tidak menyadari bahwa mengandung, melahirkan dan menyusui mendapat penghargaan yang begitu tinggi dari Allah Azza wa Jala. Karena bukankah mengandung dan melahirkan terutama, bukan kehendak dan kemauan kita melainkan kehendak-Nya. Dengan kata lain ibu mengandung dan melahirkan adalah sunnatullah, kecuali Allah menghendaki lain. Seorang perempuan yang menikah sudah seharusnya siap mengandung dan kemudian melahirkan. Dan bagi umumnya ibu ( dan juga ayah) ini adalah sesuatu yang sangat diharapkan.
Sementara menyusui agak berbeda, karena tidak setiap ibu dianugerahi ar susu yang banyak. Meski pada umumnya seorang ibu yang baru melahirkan otomatis akan memproduksinya. Dan ternyata ilmu pengetahuan baru belakangan ini menemukan bahwa air susu ibu di hari-hari awal melahirkan mengandung zat yang sangat baik bagi bayi, yaitu kolostum. Cairan ini mengandung antibodi penghambat pertumbuhan virus dan bakteri, protein, vitamin A dan mineral. Namun demikian menyusui bukan keharusan melainkan anjuran, yaitu hingga anak mencapai usia 2 tahun. Bahkan boleh anak di susukan perempuan lain seperti yang dialami Rasulullah saw.
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“.( Terjemah QS. Al-Baqarah 233).
Lebih jauh lagi. Tentu kita sering mendengar hadist “ Surga di bawah telapak kaki ibu”. Mayoritas ulama berpendapat bahwa hadist tersebut palsu. Namun ada hadist lain yang dihukumi sebagai hadits hasan oleh Syaikh al-Albani, yang isinya kurang lebih sama.
Dari Mu’awiyah bin Jahimah as-Sulami bahwa ayahnya datang kepada Nabi Muhammad n dan berkata, : “Wahai Rasûlullâh! Aku ingin ikut dalam peperangan dan aku datang untuk meminta pendapatmu.” Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mempunyai ibu?” Dia menjawab, “Ya.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetaplah bersamanya! Karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya.”
Sungguh betapa tingginya kedudukan ibu di sisi Allah swt. Berbahagialah wahai kaum ibu … Pertanyaannya, apakah semua ibu mempunyai kedudukan demikian? Adakah syarat dan kriteria tertentu agar ibu sebagai pintu surga anak-anaknya bisa terus terjaga?
Ayat-ayat amalan berbakti kepada orang tua hampir selalu didahului dengan perintah larangan berbuat syirik. Diantaranya adalah sebagai berikut :
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (Terjemah QS. Al-An’am(6): 151).
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. … … “. ( Terjemah QS. Al-Isra(17):23).
Artinya meski amalan bakti kepada kedua orang-tua sangat tinggi kedudukannya namun tetap dibawah perintah untuk senantiasa menyembah hanya kepada Sang Pencipta, Allah Azza wa Jala. Ini juga bisa diartikan bahwa itulah syarat minimal ibu yang memiliki kedudukan tinggi untuk dihormati anak-anaknya yaitu tauhid.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua ( ayah dan ibu) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.( Terjemah QS. Al-Isra(17):24).
Selanjutnya bila kita memperhatikan ayat di atas, mereka adalah yang yang telah mendidik anak-anaknya ketika kecil. Mendidik apa? Tentu saja untuk mengenal Tuhannya yaitu Allah Subhana wa Ta’ala sebagaimana doa yang sering kita baca sebagai berikut :
“Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran”, yang artinya :
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil”
Namun pada ayat-ayat lain dapat kita temui bahwa berbakti kepada ibu/orang-tua tidak hanya kepada ibu/orang-tua yang beriman dan mentaati segala perintah-Nya. Tapi juga kepada orang-tua yang kafir bahkan jahat sekalipun. Dengan syarat bila orang-tua menyuruh kepada kesyirikan anak harus menolak tapi dengan cara yang santun, tidak boleh kasar.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah keduanya dengan baik”. ( Terjemah QS. Luqman(31):15).
Asbabun nuzul ayat di atas adalah kisah ke-Islam-an Sa’ad bin Abi Waqqash, satu dari sepuluh sahabat yang dijamin Rasulullah masuk surga. Ketika itu Sa’ad masih ber-usia 17 tahun. Ibu Sa’ad marah dan kesal kala mengetahui anaknya masuk Islam.
“Hai Sa’ad, kalau engkau tidak meninggalkan agamamu (Islam) maka aku tidak akan makan dan minum sampai mati sehingga engkau akan dikenal sebagai pembunuh ibu,” gertaknya berulang kali.
Karena merasa terus dipojokkan akhirnya Sa’ad menegaskan bahwa ia tidak akan meninggalkan Islam apapun yang terjadi termasuk bila ibunya meninggal karena tidak mau makan. Keyakinan Sa’ad yang begitu bulat dan kuat itu ternyata membuat ibunya luluh. Sang ibupun akhirnya mengalah, dan menghentikan aksi mogoknya.
Dengan kata lain, Allah swt menjadikan ibu sebagai pintu surga anak-anaknya karena kaum ibu adalah kaum yang dipilih Allah untuk mengemban amanat berat mempertahankan kelangsungan keberadaan manusia di muka bumi. Ini adalah tugas maha berat dan mulia yang tidak mungkin diwakilkan kepada siapapun. Itu sebabnya seorang ibu ikhlas atau tidak, muslim atau kafir, sholehah ataupun tidak, semua berhak mendapat balasan perlakuan baik dari anak-anaknya. Allah swt bahkan melarang seorang anak mengucapkan kata “ugh” atau “akh” sebagai tanda penolakan terhadap perintah orang-tua.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. ( Terjemah QS. Al-Isra(17):23).
Begitulah Allah swt mengajarkan adab dan cara berterima-kasih kepada orang yang berjasa dalam kehidupan seseorang. Orang yang pandai berterima-kasih kepada sesama manusia biasanya juga akan lebih mudah berterima-kasih dan bersyukur kepada Yang Maha Pencipta.
“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi).
“Setiap dosa, Allah akan menunda (hukumannya) sesuai dengan kehendakNya pada hari Kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya orangnya akan dipercepat (hukumannya sebelum hari Kiamat.” [HR Bukhari]
“Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan dan dosa besar”. [HR Bukhari].
Namun demikan ibu yang baik tentu tidak ingin menyusahkan anak-anaknya. Ibu yang beriman dan sholehah, yang bisa mencontohkan kesholehahannya kepada anak-anaknya pasti lebih mudah bagi anak untuk berbakti kepadanya. Sebaliknya ibu yang kafir apalagi ditambah akhlak yang buruk tentu sulit bagi anak untuk menyayangi apalagi mentaatinya.
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi).
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya.” (HR. Ibnu Majah).
Kedua hadist di atas menunjukkan bahwa doa orang-tua adalah satu dari tiga doa yang mustajab. Oleh sebab itu orang-tua, terutama ibu, harus extra hati-hati terhadap apa yang keluar dari lisannya. Kisah Imam Al-Bukhary yang sejak kecil buta dan kisah rahib Yahudi Juraij adalah bukti yang sering kita dengar.
Al-Bukhary bisa melihat kembali setelah Allah Azza wa Jala mengabulkan doa ibunya yang sering memohon kesembuhan putra tercintanya. Sementara Juraij mengalami kesialan akibat doa buruk ibunya yang kesal melihat panggilannya tidak digubris anaknya,
Semoga Allah swt ridho menjadikan kita sebagai ibu yang mudah ditaati anak-anaknya hingga pintu surgapun mudah terbuka bagi mereka. Ibu yang senantiasa di doakan anak-anaknya yang sholeh/sholehah agar kelak dapat bertemu lagi dengan mereka di surga … aamiin yaa robbal ‘aalamiin …
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 2 Juli 2020.
Vien AM.
Leave a Reply