Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah, bulan terakhir dalam sistim penanggalan Hijriyah. Beberapa hari lagi umat Islam di seluruh dunia akan merayakan hari Raya Idul Adha 1441 H yang diperingati sebagian umat Islam secara lebih meriah dari Hari Raya Idul Fitri. Bagi umat Islam hari raya hanya ada 2 yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai).
Hari Raya Iedul Adha diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Seperti juga Hari Raya Iedul Fitri yang diagungkan dengan shalat berjamaah di lapangan terbuka, demikian pula Hai Raya Iedul Adha. Usai shalat Iedul Adha lalu dimulailah pemotongan hewan kurban selama 4 hari berturut-turut hingga 13 Dzulhijjah. Itulah hari-hari yang dinamakan hari Tasyrik, hari dimana jamaah yang sedang menunaikan ibadah haji berada di Mina untuk melempar jumrah.
Hari Raya Iedul Adha yang juga sering disebut Hari Raya Haji memang sangat erat hubungannya dengan ibadah haji. Hari Raya ini adalah puncak rangkaian ibadah haji, ibadah yang sudah sangat tua usianya yaitu sejak zaman nabi Ibrahim as.
https://vienmuhadi.com/2009/01/26/haji-sebuah-penyempurnaan-rasa-syukur-manusia-terhadap-nikmat-nya/
Diawali dengan ujian yang dihadapi nabi Ibrahim as untuk menyembelih nabi Ismail as, satu-satunya putra beliau ketika itu. Namun berkat kesabaran dan ketabahan keduanya Allah swt pun mengganti nabi Ismail yang sudah siap disembelih ayahnya tercinta, dengan seekor domba besar. Itu sebabnya Allah swt menganugerahi gelar kehormatan “Khalilullah” yang artinya kekasih Allah bagi nabi Ibrahim as.
“ … … Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Terjemah QS Ash-Shaffat(37):102)
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Terjemah QS Ash-Shaffat(37):107)
Itu pula sebabnya Hari Raya Iedul Adha disebut juga “Iedul Nahr” atau hari raya penyembelihan. Ada juga yang biasa menyebutnya “Idul Qurban”. Qurban diambil dari kata “qurba ” yang berarti mendekatkan diri. Yaitu menyembelih hewan yang di syariatkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq sebagai bukti ketakwaan seseorang.
“Maka shalatlah kepada Rabbmu dan sembelihlah kurban bagi-Nya”. ( Terjemah QS. Al-Kautsar(108):2).
Hari Raya Iedul Adha juga sering disebut sebagai hari makan minum. Pada hari itu ( termasuk juga hari Tasyrik) haram bagi kaum Muslimin berpuasa. Ini dimaksudkan agar kaum Muslimin dimanapun berada dapat menikmati hewan-hewan kurban yang disembelih pada hari-hari tersebut, baik yang mampu maupun yang tidak. Bagi yang berkurban dengan syarat tidak mengambil lebih dari 1/3 bagiannya.
“Hari-hari Mina adalah hari-hari makan, minum dan berdzikir kepada Allah” (HR. Muslim)
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berqurban. Jumhur ulama, yaitu: madzhab Imam Malik, Imam Asy-Syafii, Imam Ahmad dan yang lainnya menyatakan Sunnah. Madzhab Imam Asy-Syafii mengatakan Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan dan diusahakan tidak ditinggalkan kecuali ada ‘udzur). Sedangkan madzhab Imam Abu Hanifah mengatakan Wajib bila mampu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami”. [ HR. Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirimidzi].
Dari Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari Nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban). Hewan itu nanti pada hari Kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan pahala qurban yang menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. Maka hiasilah dirimu dengan ibadah qurban.” [HR.Imam at-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah].
Sayangnya tidak sedikit umat Islam yang menyangka bahwa Hari Raya Haji hanya khusus bagi mereka yang sudah berhaji, dan ber-qurban “hanya” Sunnah hukumnya. Padahal ini adalah bagian dari syiar Allah yang seharusnya diperhatikan dan diagungkan oleh seluruh umat Islam. Islam adalah rahmatan lil‘aalamiin, keberkahan bagi seluruh alam semesta. Itu sebabnya bahkan cara menyembelih hewan qurbanpun diatur sedemikian rupa, dengan tujuan agar hewan bersangkutan tidak ketakutan dan kesakitan.
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik/ihsan atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah) maka berbuat ihsanlah dalam cara membunuh dan jika kalian menyembelih maka berbuat ihsanlah dalam cara menyembelih, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan sembelihannya”. [HR. Muslim].
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.”[ HR. Ahmad, Ibnu Majah].
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Terjemah QS. Al-Hajj(22):32).
Halnya dengan hukum Sunnah, tidak seharusnya amalan dengan hukum Sunnah diremehkan dengan hanya memilih menjalankan amalan yang hukumnya Wajib. Yakinkah amalan wajib kita ditrima oleh-Nya?? Karena salah satu fungsi amalan Sunnah dapat menutup kekurangan amalan Wajib kita. Jadi sungguh alangkah meruginya seorang yang mengaku Muslim tapi tidak mampu memanfaatkan amalan-amalan Sunnah.
Lagi pula apa arti kurban seekor kambing/domba/sapi dibanding pengorbanan yang dilakukan nabi Ibrahim as yang tegar menyembelih putra tercintanya demi meraih cinta dan ridho’Nya. Bukankah dunia ini hanya sementara? Ibaratnya adalah orang yang berteduh di bawah pohon sejenak sebelum melanjutkan perjalanan panjang pulang ke rumah untuk menemui orang-orang yang kita cintai.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Terjemah QS.Al-An’am(6):32).
Yang juga jangan dilupakan, 10 hari di awal bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang amat mulia dan puasa di tanggal 9 bulan tersebut dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang, sebagaimana hadist berikut :
“Tiada hari-hari yang amal-amal shalih lebih Allah cintai dari hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah)”. Beliau ditanya: “Tidak juga jihad di jalan Allah?” Beliau bersabda: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang pergi dengan diri dan hartanya kemudian tidak kembali sama sekali”. [HR. Bukhari].
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” [HR. Muslim].
Akhir kata semoga Allah swt mudahkan kita semua untuk menjalankan syariat berqurban ini, aamiin yaa robbal ‘aalamiin.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 27 Juli 2020.
Vien AM.
Leave a Reply