Adalah hal yang wajar bahwa setiap orang pasti mempunyai masalah, terlepas masalah berat atau ringan, dan pasti pernah berbuat kesalahan. Bahkan para nabi sekalipun mengalaminya. Namun tidak seperti umumnya manusia biasa, para nabi segera menyadari kesalahan mereka yang pada hitungan manusia biasa tidak seberapa, dan segera bertaubat.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).
Berikut adalah kisah nabi Yunus alayhissalam yang diabadikan dalam Al-Quran dan doa taubat dalam ayat 87 surat Al-Anbiya yang amat masyur karena sering dijadikan pegangan kaum Muslimin yang sedang mengalami masalah dan kesulitan.
“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Nabi Yunus bin Mata adalah seorang utusan yang diperintahkan Allah swt untuk menyebarkan agama-Nya kepada penduduk kota Niniwa yang berada di daerah Mosul, Irak. Al-Quran memang tidak secara jelas menyebutkan tempat nabi Yunus diutus. Namun sejumlah ulama menyimpulkan, berdasarkan keterangan ayat 139-140 surah As-Shaafaat, negeri yang berdekatan dengan pantai ( menuju kapal) tersebut adalah kota Niniwa, Mosul di Irak.
“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.”
Pada Desember 2017 para arkeolog yang berhasil menemukan sejumlah prasasti di sekitar makam nabi Yunus di Mosul antara tahun 1987 dan 1992 mempublikasikan hasil studi mereka. Mereka menyebutkan bahwa nabi Yunus pernah hidup pada masa raja Esarhaddon di kota Niniwa yang merupakan ibukota Kerajaan Assyria. Raja Esarhaddon disebutkan sebagai seorang yang dihormati meski sangat kejam. Prasasti-prasasti itu diperkirakan telah berusia 2700 tahun.
Sementara itu, Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dalam kitabnya Athlas Tarikh al-Anbiya; wa al-Rasul, disebutkan bahwa Niniwa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah selatan Irak. Kota tersebut merupakan kota terbesar dan terkaya pada masa itu. Ketika itu penduduk Niniwa adalah kaum penyembah patung dan berhala. Mereka belum mengenal Allah Azza wa Jala.
Dalam keadaan seperti itulah Nabi Yunus datang, setelah sebelumnya menempuh perjalanan jauh dari negri Syam melewati gurun pasir yang panas dan gersang. Namun sebagaimana nabi lain, ajakan nabi Yunus ditolak, kecuali dua orang yang masih bersih hatinya, yaitu Rubil dan Tanuh. Selama bertahun-tahun dakwah beliau tidak mendapat kemajuan. Mereka bahkan menganggap utusan Allah tersebut sebagai orang gila.
Hingga akhirnya dengan perasaan marah, sedih dan kecewa, nabi Yunus memutuskan pergi meninggalkan kaum Niniwa bersama kedua pengikutnya. Sepanjang perjalanan, nabi Yunus terus berdoa memohon agar Allah swt berkenan memberi peringatan kaumnya.
“Dan (ingatlah kisah) Dzan Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, … … … “. ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):87).
“Dza Nun”, bisa diartikan sebagai tuannya paus atau manusia paus, dan merujuk kepada nabi Yunus alayhissalam. Kata “Nun” juga dapat berarti paus atau sebuah kapal atau ikan yang besar.
Tak lama, badai petir dan angin kencang pun datang. Disusul dengan gempa besar yang memporak-porandakan sawah-ladang, peternakan, dan rumah-rumah kaum Niniwa, membuat penduduk tiba-tiba teringat apa yang pernah disampaikan nabi Yunus as. Mereka segera insyaf dan segera mencari nabi Yunus untuk bertaubat dan meminta maaf.
Sayang mereka tidak berhasil menemukannya. Ketika itu nabi Yunus telah berada di dermaga dan bersiap menaiki kapal. Nabi Yunus tidak mengetahui bahwa doanya agar Allah swt memberi peringatan kaumnya telah dikabulkan-Nya, dan bahwa mereka telah bertobat, bahkan sedang mencarinya.
Sebaliknya Sang Khalik justru malah menuntun nabi Yunus menuju kapal yang telah penuh muatan. Padahal di pelabuhan tersebut terdapat kapal lain yang lebih lowong. Ironisnya, sang nakhoda baru menyadari bahwa kapal kelebihan beban ketika kapalnya sudah berlabuh. Hingga diputuskan bahwa harus ada yang rela keluar dari kapal. Maka dibuatlah undian. Nahasnya, setelah diundi hingga 3x nama nabi Yunuslah yang terus muncul. Nabi Yunuspun segera menyadari bahwa Tuhannya telah menghukumnya.
“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela”. (Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):139-142).
Nabi Yunus segera bertobat dan mengakui kesalahannya yaitu kurang bersabar dalam menghadapi kaumnya bahkan pergi meninggalkan mereka, dalam keadaan marah pula. Tampak bahwa syaitan telah menyesatkannya, lupa bahwa hidayah adalah milik Allah, tugas para Rasul hanyalah mnyampaikan risalah-Nya.
“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Terjemah QS. Al-Baqarah(2): 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (Terjemah QS. Az-zumar(39):23).
Maka tidak ada pilihan lain bagi nabi Yunus selain menceburkan dirinya ke dalam lautan yang sangat dalam. Dan begitu nabi Yunus masuk ke laut seekor ikan Paus raksasa langsung menyambut dan menelannya bulat-bulat. Dan atas kuasa-Nya jua, nabiyullah ini tetap hidup. Di dalam kegelapan perut paus nabi Yunus terus berdoa memohon ampunan Allah swt.
“Dan (ingatlah kisah) Dzan Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):87).
Empat puluh hari lamanya Allah Azza wa Jala menguji nabi Yunus dalam keadaan demikian. Selama itu pula nabi Yunus tidak pernah sedikitpun bosan memohon ampunan dan mengakui dosa dan kesalahannnya, berdzikir dan beristighfar. Hingga akhirnya Allah swt pun menerima tobatnya.
Maka Allah ilhamkan ikan Paus tersebut agar memuntahkan nabi Yunus dari perutnya. Lalu melemparkannya ke sebuah daratan dimana sebatang pohon jenis labu telah Allah siapkan untuknya. Dengan bantuan buah tersebut nabi Yunus berangsur sembuh dari sakit yang di deritanya selama puluhan hari dalam perut Paus.
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.”.( Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):143-146).
Selanjutnya Allah swt mengabarkan bahwa kaum Niniwa telah bertobat dan siap menanti kembalinya nabi Yunus untuk menyampaikan ajaran-Nya.
“Maka Kami telah memperkenankan do`anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”. ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):88).
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. .”.( Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):147-148).
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” ( Terjemah QS. Yunus (10): 98).
Kisah Nabi Yunus ini memberikan pelajaran kepada kita akan betapa pentingnya makna sabar dalam pandangan Allah swt. Allah swt melalui surat Al-Qalam ayat 48 mengingatkan agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukan nabi Yunus di masa lalu.
“Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar(nabi Yunus).”
Nabi Yunus memang pernah menyerah bahkan marah dan meninggakan tugas karena kecewa penduduk Ninawa tidak mau menerima ajakannya. Namun cepat menyadari kesalahannya dan segera bertobat. Meski demikian tobat perlu pembuktian. Allah swt memberi waktu 40 hari untuk melihat keseriusan tobat nabi Yunus. Dan nabi Yunus berhasil membuktikannya dengan baik.
Doa nabi Yunus patut dijadikan contoh dalam berdoa, karena meliputi 4 hal penting, yaitu pengakuan tauhid, pengakuan kesalahan/kekurangan diri, permohonan ampun (istighfar) tidak akan mengulang kesalahan serta bersabar menerima pengampunan-Nya. Itulah Tauban Nasuha, taubat sebenar-benar tobat, bukan tobat yang hanya di mulut saja.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (Terjemah QS. At-Tahrim: 8)
Ibnu Katsir menerangkan mengenai taubat yang tulus sebagaimana diutarakan oleh para ulama, “Taubat yang tulus yaitu dengan menghindari dosa untuk saat ini, menyesali dosa yang telah lalu, bertekad tidak mengulangi dosa itu lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 323).
Wallahu’alam bi shawwab.
Jakarta, 22 April 2021.
Vien AM.
Leave a Reply