Abu Lahab bin Abdul Muthalib bin Hasyim adalah seorang pemuka Quraisy kaya raya yang dimuliakan dan disegani kaumnya. Namun ia dimuliakan dan disegani bukan hanya karena hartanya tapi juga karena ia berasal dari suku yang terhormat. Suku Quraisy dimuliakan karena kedudukannya sebagai penjaga Ka’bah di Makkah. Disinilah pusat peribadatan haji yang umurnya sudah ribuan tahun itu dilakukan, baik oleh penduduk Makkah maupun penduduk jazirah Arab.
Berhaji lengkap dengan tawaf dan sainya adalah ritual ibadah yang diwariskan oleh nabi Ibrahim as dan putranya yaitu nabi Ismail as. Meskipun dengan akidah yang sudah diselewengkan. Selain peribadatan, suku Quraisy juga mendapat kehormatan untuk mengelola air Zam-zam yang juga telah ribuan tahun usianya.
Pada saat Abdul Mutholib, ayah Abu Lahab, menjabat sebagai penjaga Ka’bah, terjadi peristiwa menakjubkan. Yaitu berhamburannya pasukan yang terdiri dari ribuan burung Ababil yang mencerai-beraikan pasukan gajah pimpinan Abrahah yang bermaksud menghancurkan Ka’bah. Penguasa Habasyah ( Ethiopia) di Yaman ini marah besar karena gereja besar yang dibangun olehnya dikotori tinja oleh orang Quraisy. Padahal ia membangun gereja megah di Yaman tersebut demi menyaingi Ka’bah yang selalu ramai dikunjungi jamaah manca negara.
“Kami tidak berniat melawan pasukan tuan karena kami tidak memiliki kekuatan untuk itu. Rumah suci itu ( Ka’bah) adalah milik Allah yang dibangun oleh nabi Ibrahim as. Jika Allah hendak mencegah penghancurannya itu adalah urusan Pemilik Rumah suci itu tetapi jika Allah hendak membiarkannya dihancurkan orang maka kami tidak sangggup mempertahankannya”, begitu jawaban diplomatis Abdul Mutthalib menjawab pernyataan Abrahah yang ketika itu mengatakan bahwa kedatangannya ke Mekkah bukan untuk memerangi penduduk Mekkah melainkan untuk menghancurkan Ka’bah yang dibencinya. Ia juga menambahkan apabila mereka tidak melawan maka ia tidak akan menumpahkan darah.
Jawaban Abdul Mutholib di atas menyiratkan bahwa orang-orang Quraisy sebenarnya telah mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Tapi syaitan telah menyesatkan mereka dengan menjadikan berhala sebagai sesembahan disamping Allah swt. Ini tercermin dari nama Abu Uzza nama asli Abu Lahab yaitu hamba Uzza. Uzza adalah nama salah satu berhala yang mereka sembah.
Peristiwa spektakuler tersebut akhirnya malah membuat Abdul Mutholib dengan Ka’bahnya makin harum namanya. Tahun dimana peristiwa tersebut terjadi dikenal dengan nama tahun Gajah. Pada tahun itu pulalah lahir Rasulullah Muhammad saw. Peristiwa tersebut diabadikan dalam surat Al-Fiil yang artinya gajah, sebagai berikut:
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.
Suku Quraisy juga terkenal sebagai pedagang ulung yang terbiasa melakukan perniagaan barang-barang berkwalitas tinggi ke kota-kota yang jaraknya ribuan kilometer. Dari Mekah ke Syam pada musim dingin dan dari Mekah ke Yaman pada musim panas. Surat Al-Quraisy menceritakan hal tersebut.
Dalam keadaan itulah Abu Lahab hidup, dengan segala kemewahan dan kekuasaan, dikelilingi oleh orang-orang yang tunduk patuh pada segala perintahnya. Istrinya yang juga seorang perempuan Quraisy terhormat, dijuluki ummu Jamil yang artinya ibu yang cantik. Ia adalah saudara perempuan Abu Sufyan.
Pasangan suami istri ini sangat menyayangi Muhammad, keponakan mereka, sejak lahir hingga sebelum diangkat menjadi utusan-Nya. Ketika budaknya menyampaikan berita kelahiran sang keponakan, Abu Lahab langsung membebaskan budaknya tersebut. Ini sebagai tanda suka cita mereka karena Muhammad adalah putra dari Abdullah bin Abdul Mutholib, adik bungsu yang sangat dicintainya. Abdullah wafat dalam usia muda ketika Rasulullah masih dalam kandungan Aminah, ibundanya. Bahkan ketika Rasulullah telah menikah dan memiliki beberapa putri, Abu Lahab menikahkan kedua putranya dengan dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayah dan ummu Kultsum binti Muhammad.
Namun sejak Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah Abu Lahab dan istrinya mulai membencinya. Ajaran yang disampaikan Rasulullah itu dianggap melecehkan berhala sesembahan mereka sekaligus mengancam kedudukan dan kehormatan mereka sebagai pemuka agama. Untuk itu mereka tidak saja memerintahkan orang-orangnya untuk mengejek Rasulullah namun juga rela membuntuti Rasulullah kemanapun pergi untuk mengejek sang keponakan.
“Hai bani Fulan, orang ini menginginkan agar kalian memecat Lata dan ‘Uzza serta jin teman-teman kalian dari kalangan bani Malik ibnu Aqyasy dan mengikuti bid’ah dan kesesatan yang disampaikannya. Maka janganlah kalian dengar dan jangan pula kalian ikuti”, ucap Abu Lahab penuh kebencian.
Sementara istrinya, ia suka menebarkan duri ke jalan-jalan yang biasa dilalui Rasulullah. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa istri Abu Lahab ini memiliki sebuah kalung berharga. Dengan kalungnya itu ia bersumpah akan berusaha sekuat tenaga menentang dakwah Rasulullah.
Hingga suatu hari turun ayat Al-Quran yang memerintahkan Rasulullah agar secara terbuka mendakwahi keluarga dekat beliau. Maka Rasulullahpun naik ke atas bukit Shafa lalu memanggil orang-orang Quraisy untuk berkumpul. Kemudian Rasulullah berseru, ‘Sekiranya aku sekarang mengatakan kepada kalian bahwa pasukan musuh akan menyerang kalian di pagi ini atau sore ini, apakah kalian akan mempercayainya?’
Mereka serentak menjawab, ‘Ya.’
Rasulullah SAW lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku sekarang memberi peringatan kepada kalian terhadap akan datangnya azab yang pedih.’
Mendengar ucapan tersebut, Abu Lahab yang hadir di tempat tersebut langsung mengumpat, ‘Celaka engkau, apakah hanya untuk menyampaikan hal ini engkau mengumpulkan kami!?’ sambil meninggalkan tempat.
Tak lama turunlah surat Al-Lahab yang berisi laknat Allah Azza wa Jala kepada Abu Lahab dan istrinya sebagai berikut:
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Demikian yang dikisahkan Ibnu Abbas ra dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim. Ke 5 ayat surat Al-Lahab diatas adalah balasan atas segala prilaku busuk pasangan suami istri pemuka Quraisy tersebut. Surah Al-Lahab secara harfiah berarti ”yang menyala-nyala” atau ” gejolak api’ sesuai dengan nama Abu Lahab. Nama yang diberikan karena wajahnya yang sejak kecil tampak selalu cerah kemerahan. Julukan yang indah namun ternyata adalah calon ahli neraka yang apinya bergejolak dan menyala-nyala seperti wajahnya.
Ayat 1 “Binasalah kedua tangan Abu Lahab” menunjuk pada perbuatan yang dilakukan tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh Abu Lahab yang terus menerus menteror dakwah Rasulullah. Yang akibatnya akan membinasakan dan merugikan dirinya sendiri. Yaitu masuk neraka sebagaimana ayat 3.
Ayat 2 yang berbunyi “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” adalah tanggapan Allah swt atas perkataan Abu Lahab. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa ketika Rasulullah SAW menyeru kaumnya kepada iman. Abu Lahab berkata, “Jika apa yang dikatakan oleh keponakanku ini benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku kelak di hari kiamat dari azab dengan harta dan anak-anakku.”
Rupanya Abu Lahab merasa bahwa hartanya yang berlimpah dan anak-anaknya dapat menyelamatkannya dari kemurkaan Sang Pencipta, Allah Azza wa Jala. Karena kesombongannya ia lupa bahwa harta dan anak hanyalah titipan-Nya.
Sementara ayat 4 dan 5 adalah tanggapan Allah swt atas sumpah istri Abu Lahab tentang kalung berharganya yang akan ia tebus mati-matian demi menentang dakwah Rasulullah. Ibnu Jarir mengatakan bahwa al-masadd dalam ayat 5 tersebut artinya sabut. Urwah ibnuz Zubair mengatakan bahwa al-masadd artinya rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sedangkan As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebuah kalung api yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Alangkah marah dan kesalnya Abu Lahab dan istrinya mendengar hal itu. Segera mereka memerintahkan kedua anak lelaki mereka untuk menceraikan istri-istri mereka. Kebencian merekapun semakin memuncak.
Kebencian kepada Rasulullah juga diperlihatkan salah satu anak Abu Lahab, yang tak lain adalah bekas menantu Rasulullah. Hingga suatu hari karena sudah keterlaluan Rasullah memohon agar Allah swt mengirim azab-Nya.
“Ya Allah, kuasakan atasnya anjing di antara anjing-anjing-Mu.”
Abu Lahab dan putranya sangat ketakutan. Apalagi kafilah dagang mereka akan melakukan perjalanan jauh. Maka Abu Lahabpun memerintahkan pengawalan extra ketat untuk putranya. Namun ternyata Allah swt mengabulkan permohonan rasul-Nya. Maka terjadilah apa yang diminta Rasul. Ia diterkam seekor singa ketika sedang tidur. Ironisnya hal tersebut tidak membuat jera Abu Lahab dan istrinya. Kebencian mereka bahkan makin menjadi-jadi.
Sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 2 H terjadilah Perang Badar yang berakhir dengan kekalahan pihak musyrikin Quraisy dengan sangat memalukan. Pada perang tersebut Abu Lahab tidak ikut berperang. Ia hanya menyetor 4.000 dirham dan meminta seseorang menggantikannya di medan perang.
Sepekan setelah itu Abu Lahab diserang penyakit lepra hingga dijauhi sanak keluarganya dan akhirnya tewas mengenaskan. Selama tiga hari jasadnya tidak segera dikuburkan karena tak seorangpun tahan dengan bau menyengat yang keluar dari mayatnya. Tidak juga orang-orang yang dulu selalu mengelilingi dan memujanya. Ini yang juga terjadi terhadap Kemal Ataturk, Yahudi pendiri Turki sekuler. Hingga hari ini bau busuk tetap keluar dari kuburnya hingga terpaksa diberi pewangi sepanjang waktu.
Dengan terpaksa para tetangganya akhirnya memasukkan mayat pemuka Quraisy tersebut ke dalam sebuah kotak kayu dan menguburkannya dalam-dalam. Sesudah itu mereka melemparinya dengan kerikil dan tanah hingga rata.
Dalam sebuah riwayat dikabarkan setiap hari Senin mantan pemuka tersebut dibebaskan dari siksa kubur. Ini sebagai penghargaan atas kebaikannya membebaskan budak yang mengabarkan kelahiran Rasulullah.
Beberapa kesimpulan dan hikmah yang bisa diambil:
- Harta kekayaan, anak, kehormatan, jabatan dll hanyalah cobaan dan titipan. Ia tidak dapat menyelamatkan seseorang dari siksa neraka. Kecuali digunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
- Laknat dan janji Allah pasti terjadi. Bisa di dunia maupun di akhirat ataupun di akhirat saja kelak. Abu Lahab merasakan keduanya , di dunia dan akhirat.
- Pemimpin mendapat balasan berlipat atas kebaikan dan keburukannya. Tak seperti biasanya Allah swt melaknat langsung nama seseorang. Ini menunjukkan bahwa tindakan yang bersangkutan sudah ketelaluan. Abu Lahab adalah seorang pemuka yang dengan kedudukannya seharusnya bisa mengajak ke jalan yang lurus. Tapi ia malah bersengkongkol bersama istri dan anaknya mati-matian memusuhi dakwah Rasulullah, pada awal dakwah Islam pula. Mirip dengan apa yang dilakukan Iblis yang melawan nabi Adam as pada awal penciptaan. Dan Allahpun melaknatnya.
- Hati-hati dengan memberi nama anak. Abu Uzza yang artinya hamba Uzza berhala sesembahan Quraisy membuat hatinya keras membatu tidak mampu menerima kebenaran.
Wallahu’alam bi shawwab.
Jakarta, 22 Maret 2022.
Vien AM.
Leave a Reply