Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2022

Jawab Rasulullah: “Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk masuk surga!

Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal … tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan”. (HR. Tirmidzi no.2417, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 3592)

Sesungguhnya harta dan anakmu adalah ujian”. (Terjemah QS. At-Taghabun(64):15).

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Terjemah QS. Al- Isro (17):36).

Abdurrahman segera melaksanakan nasehat tersebut. Ia sedekahkan separuh hartanya. Pernah juga ia bagikan 700 ekor unta miliknya kepada penduduk Madinah.  Pada perang Tabuk ketika Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka, dengan segera Abdurrahman memenuhi seruan tersebut. Ia memeloporinya dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.

Hingga Umar bin Al-Khathabpun tak tahan untuk berbisik kepada Rasulullah,”Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.”

Lalu Rasulullahpun bertanya kepada Abdurrahman, “Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?”

Ya,” jawabnya. “Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan.”

Berapa?” tanya Rasulullah lagi.

Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Namun demikian kekayaan Abdurrahman bin Auf tidak pernah habis,  jatuh miskin apalagi bangkrut. Sebaliknya hartanya malah makin menggunung.

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Terjemah QS. Ibrahim (14): 7).

Selanjutnya pada perang tersebut, Allah swt memuliakannya dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman menjadi imam. Tak lama Rasulullahpun tiba, lalu shalat di belakangnya sebagai makmum!

Sebagai seorang Muslim sejati, Abdurrahman juga tidak pernah lupa akan kewajibannya untuk berjihad, berperang melawan musuh-musuh Islam. Ia bergabung bersama para pasukan Muslim dalam berbagai perang, seperti perang Badar dan perang lainnya. Dalam perang-perang tersebut ia mengalami puluhan luka dan 2 giginya pernah tanggal. Dalam perang Uhud ia tercatat  sebagai yang tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.

Paska wafatnya Rasulullah, Abdurrahman selalu menjadi  satu diantara sahabat yang dipilih umat untuk memimpin umat Islam menggantikan Rasulullah. Pada saat pemilihan khalifah ketiga paska wafatnya khalifah Abu Bakar dan khalifah Umar bin Khattab, ia kembali terpilih sebagai calon khalifah bersama Ustman Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Namun kemudian ia mengundurkan diri dan memilih menjadi juri bagi ke dua calon lawannya. Dengan perhitungan dan pemikiran yang cermat akhirnya ia memilih Ustman bin Affan sebagai khalifah ke tiga. Selanjutnya Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian.

Suatu ketika Abdurrahman membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?”

Abdurrahman bin Auf,” jawab si petugas.

Aisyah berkata, “Rasulullah pernah bersabda, Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.

Abdurrahman bin Auf wafat pada tahun 31 H atau 652 M, saat usianya menginjak 72 tahun. Tercatat pada akhir hayatnya tersebut bahwa ia meninggalkan harta sebesar 2.560.000 dinar (setara Rp 3.072 triliun). Ia meninggalkan wasiat bahwa hartanya dibagi menjadi 3 bagian: 1/3 dibagikan untuk modal usaha sahabatnya; 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya dan 1/3 lagi untuk dibagikan kepada fakir miskin. Abdurrahman berwasiat agar setiap Muslim yang ikut perang Badar dan masih hidup diberi 400 dinar dari hartanya.

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):180).

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah swt kepadanya. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa’ad bin Abi Waqqash dan yang lain.

Dalam kata sambutannya, khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.”

Salam sejahtera bagi Abdurrahman bin Auf, sang calon penghuni surga. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Hingga Allah Azza wa Jala ridho menjaga jiwanya dengan iman dan takwa … Masya Allah …

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;  (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. ( Terjemah QS. Ar-Raad (13):22).

Akhir kata, semoga Allah swt memberi kita kemampuan untuk mencontoh dan mengikuti apa yang dilakukan Abdurrahman bin Auf, Sang Sahabat Bertangan Emas …  aamiin yaa robbal ‘aalamiin …

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 16 September 2022.

Vien AM.

Read Full Post »

Abdurrahman bin Auf adalah seorang pengusaha kaya raya dari kalangan sahabat yang  sukses menjalankan usahanya. Ia tercatat sebagai sahabat yang terkaya di antara seluruh sahabat. Kekayaan tersebut didapat berkat anugerah Allah swt berkat kemahirannya berdagang yang sangat luar biasa. Namun demikian ia tidak lupa diri. Ia dikenal sebagai pribadi yang takwa dan dermawan. Tak salah bila Rasulullah memasukkannya sebagai satu diantara 10 sahabat yang dijamin Rasulullah SAW masuk surga.

Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun setelah tahun Gajah dengan nama Abdul Ka’bah atau Abd Amr dalam riwayat lain. Ia memeluk Islam pada usia 30 dan tercatat sebagai orang ke lima yang masuk  Islam atas ajakan Abu Bakar, teman dekatnya. Rasulullahlah yang memberinya nama Abdurrahman begitu ia memeluk Islam.

Seperti juga sahabat lain yang memeluk Islam pada awal ke-Islaman, Abdurrahman juga mengalami penyiksaan dari orang-orang musyrik Mekah. Ia termasuk di antara mereka yang berhijrah ke Habasyah (sekarang dikenal dengan nama Ethiopia) dua kali (yaitu hijrah pertama dan kedua). Pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah, Abdurrahman membawa seluruh kekayaan hasil perdagangannya. Namun dalam perjalanan kekayaannya tersebut dirampas oleh pemuka-pemuka Quraisy.

Sementara itu untuk memperkokoh rasa persaudaraan antara kaum Muhajirin ( pendatang dari Mekkah) dengan kaum Anshar ( penduduk Madinah) Rasulullah mempersaudarakan sejumlah sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar, termasuk Abdurrahman bin Auf. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa’ad Ibn Rabiah, seorang Anshar kaya raya.

Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia …”, ucap Sa’ad sebagai tanda kasih sayangnya terhadap saudara barunya itu.

Akan tetapi Abdurrahman yang belum menikah itu dengan halus menolak tawaran tersebut. Ia tidak ingin merepotkannya. Sebaliknya ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini. Semoga Allah memberkahimu atas keluarga dan hartamu”.

Lalu kaum Ansharpun menunjukkannya pasar Bani Qainuqa. Abdurrahman memulainya dengan berjualan minyak samin dan keju di tempat tersebut. Berkat ketekunan dan kemahirannya berdagang, dan tentu atas izin Allah swt,  Abdurrahman selalu kembali ke rumah dengan membawa keuntungan yang tidak sedikit. Tak lama menjalani usahanya, Abdurrahman mendatangi Rasulullah seraya berkata, “ Yaa Rasulullah saya ingin menikah”.

Apa mahar yang akan kau berikan pada calon istrimu?” tanya Rasulullah.

Emas seberat biji kurma,” jawabnya.

Rasulullahpun bersabda, “Laksanakanlah walimah walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu.”

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya hingga ia mendapat julukan “Sahabat Bertangan Emas”.

Abdurrahman bin Auf sering memborong dagangan dari kota Syam untuk dibawa ke Madinah.  Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya.

Hingga suatu hari dalam sebuah majlis ilmu, ia mendengar Rasulullah menerangkan tentang perbedaan waktu hisab antara orang kaya dan orang miskin. “Kelak dihari kiamat, orang kaya akan lebih lama menjalani perhitungan amal dibandingkan orang miskin. Dan aku ada berada di barisan orang-orang miskin.”

Abdurrahman terhenyak. Sejak itu ia menjadi resah dan selalu merenung. Ia sering menangis setiap teringat apa yang dikatakan Rasulullah. “Aku tidak mau berlama-lama di Yaumul Hisab hanya karena kekayaan yang aku punya.’

Ya Allah, aku mohon miskinkanlah diriku dan masukkanlah aku ke dalam barisan orang-orang miskin bersama Rasulullah di hari akhir nanti”.

Yaa Allah jadikan aku ini miskin. Aku ingin seperti Mus’ab bin Umair atau Hamzah yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. Mus’ab bin Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka. Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka”, rintihnya.

Abdurrahman bin Auf mencoba berbagai cara untuk dapat memiskinkan dirinya. Namun Rasulullah  mengatakan bahwa sahabatnya tersebut akan masuk surga dengan cara merangkak.

Kenapa ia masuk dengan merangkak tidak seperti sahabat lain yang berjalan sangat cepat ketika memasuki surga?”, tanya para sahabat keheranan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sebab ia memiliki harta yang melimpah ruah. Ia harus mempertanggung-jawabkan titipan tersebut”.

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. ( Terjemah QS. At Takatsur (102): 8).

Betapa galaunya hati Abrurrahman. Suatu hari usai perang Tabuk, ia mendengar kabar bahwa kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahmanpun segera menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga setara kurma yang bagus. Betapa senangnya sang sahabat  mendapati semua kurmanya masih bisa menghasilkan uang meskipun busuk. Sementara Abdurrahman bin Auf juga gembira telah berhasil memiskinkan dirinya.

Tapi apa yang terjadi?? Tiba-tiba datang utusan dari Yaman membawa berita bahwa raja Yaman sedang mencari kurma busuk. Karena di negaranya sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang bisa menyembuhkannya hanya kurma busuk. Utusan Raja Yaman segera datang menemui Abdul Rahman dan memborong semua kurma busuknya dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahu Akbar … Disaat Abdurrahman merelakan semua hartanya agar ia jatuh miskin, disaat itu pula Allah memberikan keberlimpahan harta berkali-kali lipat untuknya. Di saat orang lain berusaha keras menjadi kaya, di saat itu pula Abdurrahman berusaha keras menjadi miskin, namun selalu gagal.

Allah takdirkan Abdurrahman menjadi orang kaya selama hidupnya. Itu adalah ketetapan Allah yang harus ia terima dan jalani. Untuk itu maka ia memohon nasehat Rasulullah, bagaimana agar ia dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki, tidak merangkak.

( Bersambung).

Read Full Post »