Untuk kesekian kalinya Ramadhan kembali menjumpai kita. Perintah menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan penuh di bulan suci tersebut sudah kita ketahui sejak kita masih kecil. Ketika itu tentu saja orang-tua atau guru kita tidak langsung menyuruh kita agar puasa sejak Subuh hingga Magrib seperti yang kita lakukan saat ini, melainkan bertahap. Sebagian kita juga mungkin masih ingat apa itu puasa buka tutup, yaitu puasa hingga jam 12 siang, berbuka, kemudian puasa lagi hingga Magrib. Di usia 9-10 tahun biasanya anak sudah mampu berpuasa penuh sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Kini setelah bertahun-tahun berlalu, Ramadhan demi Ramadhan kita jalani, sudahkan kita menjalankan puasa sebagaimana perintah pada ayat 183 surat Al-Baqarah diatas? Yaitu agar menjadi hamba Allah yang takwa ? Atau jangan-jangan masih seperti ketika kita masih kanak-kanak, yaitu puasa sekedar menahan lapar dan haus, sekedar menggugurkan kewajiban? Puasa yang tidak membuahkan prilaku dan keimanan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya?
Tidak ada kata terlambat selagi nafas masih di kandung badan, mari kita perhatikan secara seksama ayat perintah puasa di atas. Ayat tersebut di awali dengan kalimat “Hai orang-orang yang beriman” bukan “ Hai manusia”. Artinya perintah tersebut khusus untuk orang beriman. Sedangkan perintah di bulan Ramadhan termaktub jelas pada ayat 185 surat yang sama.
Selanjutnya tentang kriteria orang beriman banyak ayat Al-Quran yang menunjukannya. Salah satunya adalah ayat 1 – 10 surat Al-Mukminun yang menyatakan bahwa orang beriman itu beruntung karena mereka mengerjakan banyak kebaikan diantaranya adalah khusyu` dalam shalatnya, menunaikan zakat, menjaga nafsu dan memelihara amanah.
Sedangkan agar menjadi takwa, satu kata kunci utama dapat kita temukan pada 21 surat Al-Baqarah berikut :
“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Sementara dalam surat Ali Imron ayat 133-135 secara terperinci disebutkan hal-hal yang harus dipenuhi agar kita mencapai takwa. Yaitu:
- Segera bertaubat begitu menyadari kesalahan kita. Jangan pernah menunda taubat karena kita tidak tahu kapan Allah swt akan mencabut nyawa kita.
- Tidak mengulangi kesalahan yang sama karena Allah swt hanya menerima taubat nasuha/taubat yang sungguh-sungguh. Yaitu taubat yang disertai penyesalan dan tidak mau mengulanginya lagi.
- Perbanyak infak. Infak tidak hanya dilakukan ketika sedang lapang namun juga ketika sempit. Berinfak ketika lapang adalah hal biasa, namun ketika sempit memerlukan tekad kuat. Tak heran Allah swt membalas infak dalam keadaan sempit lebih tinggi dibanding dengan berinfak dalam keadaan lapang.
- Menahan amarah. Amarah adalah perbuatan syaitan. Oleh karenanya kita harus pandai mengendalikannya. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Mudah memaafkan kesalahan orang. Dengan memaafkan hati akan menjadi lebih tenang karena tidak ada beban tersimpan di hati.
- Perbanyak berbuat kebaikan. Kebaikan sekecil apapun bila diniatkan demi meraih ridho Allah swt, Ia akan mencatatnya. Dan contoh terbaik dalam berbuat kebaikan adalah dengan mencontoh sikap Rasulullah saw.
- Senantiasa memohon ampunan-Nya. Tak ada seorangpun yang bebas dari salah dan dosa. Bahkan rasulullah seorang nabi yang mulia dan telah dijanjikan surgapun senantiasa berdzikir 100x dalam sehari.
Pada ayat 197 surat Al-Baqarah Allah swt memerintahkan kita agar berbekal, berbekal kemana?? Tentu saja ke surga-Nya … dan bekal terbaik adalah bekal takwa … Yang juga perlu diingat ayat ini ditujukan khusus untuk orang-orang yang berakal …
“ … … Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Dengan kata lain orang beriman yang berhasil lulus menjadi orang takwa dalam menjalankan perintah puasa Ramadhan balasannya adalah surga. Itulah nikmat terbesar dalam hidup …
Sungguh Ramadhan adalah nikmat dari Allah yang harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik mungkin, Ini adalah kesempatan setahun sekali untuk meraih “gelar” takwa, demi mencari ridho-Nya, gelar termulia dalam pandangan Allah swt.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( Terjemah QS Al-Hujurat(49);13).
Buah Ramadhan yaitu takwa akan terlihat jelas dari akhlaknya. Yaitu akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah swt yang diabadikan Allah swt pada ayat 21 surat Al-Ahzab sebagai berikut :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Akhlak Rasulullah Muhammad saw yang utama ada 4 yaitu:
1. Shiddiq, artinya jujur.
Syaikh As-Sa’di menerangkan makna Shiddiq adalah orang yang jujur dalam perkataan, perbuatan, keadaan, membenarkan semua perintah Allah, sehingga ilmu yang dimiliki meresap dan berperngaruh ke dalam hati, ilmunya pun memberikan rasa yakin yang besar dan menghasilkan amalan shalih yang sempurna.
2. Amanah, artinya dapat dipercaya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Menunaikan amanat yang dimaksudkan adalah umum mencakup segala yang diwajibkan pada seorang hamba, baik hak Allah atau hak sesama manusia”.
3.Tablig, yaitu menyampaikan wahyu.
Rasulullah menyampaikan seluruh yang diwahyukan Allah swt melalui malaikat Jibril as, termasuk ayat yang berisi teguran terhadap beliau dalam surat An-Naba. Surat ini menceritakan masamnya wajah Rasulullah ketika datang seorang buta bertanya tentang sesuatu. Ketika itu Rasulullah sedang serius berdakwah kepada para pembesar
Quraisy. Hal yang sebenarnya wajar bila terjadi terhadap orang awam.
4.Fathonah, artinya cerdas.
Tugas kerasulan adalah tugas yang maha berat. Tanpa bekal kecerdasan tidak mungkin Islam bisa menyebar ke seluruh jazirah Arab. Bahkan Michael H Hart, seorang penulis kenamaan dunia yang sangat membenci Islam, terpaksa menempatkan nabi Muhammad saw sebagai tokoh nomor 1 dalam bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History“, mengungguli Yesus dan tokoh-tokoh dunia lainnya.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Bukhari).
Jadi sebenarnya sungguh tidak pantas negara kita tercinta Indonesia, yang katanya mayoritas Muslim, tapi korupsi makin hari mari merajela ?!? Ada apakah gerangan?? Dimana takwa, buah Ramadhan yang dikerjakan setiap tahun itu??? Semoga kita bisa mengambil hikmahnya, aamiin yaa robbal ‘aalamiin …
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 21 Maret 2023.
Vien AM.