Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2023

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.( Terjemah QS. Al-‘Alaq(96):1-5).

Ayat diatas adalah yang pertama kali diturunkan Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw melalui malaikat Jibril as. Ini menandakan bahwa umat Muhammad saw wajib pandai membaca. Diawali dengan membaca seseorang akan menjadi pandai, dengan izin Allah swt tentunya. Tidak sedikit ayat-ayat Al-Quranul Karim yang menerangkan tingginya derajat orang berilmu, diantaranya adalah ayat 11 surat Al-Mujadillah berikut:   

“ …  Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Namun demikian derajat tinggi yang dijanjikan sang Khalik haruslah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah ilmu yang dapat mencapai pada pengenalan terhadap-Nya hingga membuatnya takluk dan patuh terhadap segala kehendak-Nya. Dan pengenalan terhadap Sang Pencipta hanya mungkin tercapai oleh mereka yang mau merenung dan banyak berpikir tentang alam semesta dan segala isinya.

Waktu untuk merenungi penciptaan langit dan bumi yang terbaik adalah pada malam hari yang hening. Karena hanya di malam hari itulah langit nan luas dengan bintang-bintangnya yang kemerlip dapat kita saksikan. Membuktikan betapa kecil dan tidak berartinya manusia. Tidak seperti siang hari dimana semua orang sibuk beraktifitas. Siang hari dibawah terang benderangnya sinar matahari yang membuat benda-benda langit seolah lenyap tak berbekas ntah kemana. Ibarat ketika kita sedang berkegiatan di atas meja dengan bantuan lampu sorot yang fokus pada pekerjaan kita, itulah siang hari atau kehidupan dunia. Sementara bagian meja yang tidak tersorot lampu terlihat gelap hingga tidak tampak adanya berbagai benda yang berada di atasnya. Padahal itulah sejatinya kehidupan akhirat yang banyak orang mendustakannya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. ( Terjemah QS. Ali Imran (3):190-191).

Itu sebabnya mengapa belakangan ini kita sering mendengar banyaknya ilmuwan yang awalnya tidak mau percaya akan keberadaan Tuhan Sang Pencipta  akhirnya tunduk pasrah dan kemudian bersyahadat memeluk Islam yang tadinya mereka benci. Kemajuan sains dan teknologi yang berkembang pesat tidak dapat dipungkiri adalah penyebab terbesar masuknya mereka ke dalam Islam. Temuan demi temuan yang ternyata sejalan dengan ayat-ayat Al-Quranul Karim yang turun 1400 tahun lalu terus saja terjadi. Meski seandainya ternyata tidak sesuai dapat dipastikan yang benar adalah Al-Quranul Karim atau bisa saja pemahaman terhadap Al-Quran yang kurang tepat.    

Temuan-temuan canggih seperti teori pembentukan alam semesta dan penghancurannya yang dikenal dengan nama Big Bang dan Big Cruch, berbagai teori tentang bintang seperti bintang jatuh, komet, planet, matahari, galaksi dll, menyatakan bahwa matahari yang selama ini kita lihat sebagai satu-satunya matahari ternyata hanya 1 dari matahari yang tak terhitung banyaknya di alam semesta ini. Karena matahari sejatinya adalah bintang yang merupakan pusat peredaran sekumpulan benda-benda langit dalam 1 tatanan yang dinamakan tata surya ( Solar System). Dan planet kita yaitu Bumi, bersama 8 planet lainnya yang berada dalam 1 tata surya, hanya memiliki 1 matahari yang jaraknya ratusan juta km. Sementara tata surya tidak hanya 1 melainkan milyaran!

Para ilmuwan astronom mengelompokkan setiap tata surya ke dalam kelompok gugusan bintang atau galaksi. Galaksi kita adalah apa yang dinamakan galaksi Bima Sakti atau Milky Way dalam Bahasa Inggrisnya. Dan untuk memudahkan para astronom untuk meneliti jarak antar benda-benda langit yang maha jauh tersebut, mereka memberikan satuan khusus yang diberi nama satuan tahun cahaya. 1 AU (satuan astronomi) adalah patokan yang diberikan untuk jarak dari bumi ke matahari kita yang setara dengan 150 juta km. Dengan kata lain dalam tahun cahaya, matahari berjarak 0,00001581 tahun cahaya dari bumi.

Belum lagi dengan adanya teori mengenai benda langit seperti Black hole dan Wormhole yang baru ditemukan belakangan ini. Black hole adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, yang saking kuatnya tidak hanya mampu menghisap benda-benda yang berada di sekitarnya tapi juga cahaya yang melintasinya. Tak heran benda langit yang jaraknya dari bumi sekitar 26.000 tahun cahaya disebut sebagai kuburan angkasa. Sedangkan Wormhole atau Lorong Waktu adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Sejumlah pesawat terbang dan kapal laut yang tiba-tiba hilang ketika melintas di atas Segitiga Bermuda lautan Atlantik kabarnya terhisap oleh Worm Hole ini. 

Manusia dengan akal dan segala kepandaiannya telah begitu jauh melangkah mengungkap rahasia-rahasia langit yang dulu sama sekali tidak diketahui. Dan atas izin-Nya diberikan kunci-kunci tersebut. Sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dipersilahkannya kita menembus segala penjuru langit dan bumi, dengan bekal kekuatan/ilmu .

Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”.(Terjemah QS.Ar-Rahman(55:33).     

Dengan adanya temuan-temuan maha dasyat yang membuktikan betapa luasnya alam semesta ini sungguh aneh bila ada manusia terutama ilmuwan beranggapan bahwa Tuhan, surga, neraka dll adalah sesuatu yang mengada-ada alias mustahil. Mungkinkah alam semesta dengan segala keteraturan dan kesempurnaannya terjadi dengan sendirinya??

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):255).

Demikian pula surga dan neraka, keduanya pasti ada meski tak seorangpun tahu dimana dan bagaimana. Kalaupun ternyata Allah “hanya” menempatkan kita di salah satu bintang dari milyaran bintang yang ada di alam semesta, yang dengan segala keindahannya, pasti setiap manusia dengan senang hati memasukinya, atau dengan segala kepedihannya, tak satupun manusia mau memasukinya bahkan meliriknyapun tidak …

Dan bersegeralah (berlomba-lombalah) kamu untuk (meraih) pengampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Terjemah QS.Ali Imran(3:133).

 “Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia”. [HR. Bukhari dan Muslim].

Sesuatu yang dahulu kala dianggap ghaib belum tentu memang benar-benar ghaib. Karena bisa jadi ghaib karena kita tidak tahu. Itu sebabnya mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw bukan seperti nabi-nabi yang lain yang sifatnya instan melainkan Al-Quranul Karim yang sarat sains dan pengetahuan. Diantaranya adalah ayat-ayat yang menggambarkan peristiwa dasyat Big Bang dan Big Crunch sebagai berikut: 

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.   (Terjemah QS.Al-Anbiya (21):30).

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami)”. (Terjemah QS.Adz-Dzariyat (51):47-48).

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”. (Terjemah QS.Al-Anbiya(21):104).

Para ahli medis seperti dokter yang pastinya sangat menguasai ilmu tentang tubuh manusia dan proses penciptaan manusia sejak di dalam rahim ibunya pasti terkesima dengan ayat 57 surat Al-Ghofir berikut :

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dengan memahami betapa dasyat Sang Pencipta dan segala ciptaan-Nya sudah seharusnya kitapun yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Termasuk perjalanan semalam Isra Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsho di Palestina sebagaimana orang sekarang bepergian dengan pesawat terbang dalam waktu singkat. Sedangkan Mi’raj Rasulullah dari  Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha, singgasana Allah swt di langit tertinggi … bila seorang astronot saja bisa bepergian dari bumi ke bulan meski dalam waktu yang lama, mengapa Rasulullah tidak???

Maka berdasarkan ayat 5 surat As-Sajdah yang ternyata sesuai dengan temuan sains yang menunjukkan betapa jauhnya jarak bumi dengan benda-benda langit, yaitu 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia :

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”, 62 tahun yang merupakan usia Rasulullah Muhammad saw dan sering dijadikan sebagai patokan rata-rata usia umatnya, adalah sama dengan 1.5 jam di akhirat.

Dan karena hidup ini adalah ujian untuk menentukan akhir hidup kita, yaitu surga atau neraka, masuk akalkah bila kita menggunakan waktu yang hanya 1.5 jam itu dengan terus bersenda-gurau??? Jangan pernah lupa, perjalanan kita setelah kematian kita nanti masih amat sangat panjang, seperti luasnya alam semesta ini, sebelum akhirnya memasuki surga atau neraka Allah. Itulah perjalanan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan di dunia sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di bumi.

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 28 Februari 2023.

Vien AM.

https://www.sainskomputer.com/2019/01/big-crunch-teori-bagaimana-alam-semesta.html

https://lifestyle.kontan.co.id/news/mengenal-apa-itu-black-hole-atau-lubang-hitam-begini-penjelasannya

https://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan_Dahsyat

Read Full Post »

Ketika orang mendengar kalimat “the City that Never Sleeps” yang langsung terbayang biasanya adalah kota New York di Amerika Serikat. Paling tidak itulah yang dipopulerkan penyanyi  legendaris Frank Sinatra melalui lagunya yang terkenal yaitu New York New York. New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat dimana bertebaran berbagai tempat hiburan seperti restoran, café, bar, club malam dll yang buka hingga pagi hari. Bahkan transportasi bawah tanah kota tersebut buka selama 24 jam penuh.   

Namun yang akan dibahas dalam tulisan ini bukan New York yang merupakan gudang kemaksiatan dan kesenangan duniawi. Melainkan 2 kota di semenanjung Arab yaitu Mekkah dan Madinah yang merupakan pusat peribadatan kaum Muslimin dari seluruh pelosok dunia. Mekah dan Madinah tidak pernah sepi dari pengunjung sepanjang hari sepanjang pekan sepanjang bulan sepanjang tahun. Setiap saat tamu-tamu dari berbagai negara dengan bermacam bangsa, bahasa, ras dan warna kulit berdatangan memadati jalan dan hotel di dua kota suci tersebut.  

Di Mekkah pusat keramaian berada di sekitar Ka’bah yang merupakan kiblat/arah shalat seluruh pemeluk Islam di muka bumi. Ka’bah ini berada di dalam Masjidil Haram.  Sedangkan di Madinah, Raudhah yang merupakan makam nabi Muhammad saw merupakan tempat yang paling dimuliakan. Makam ini berada di bawah kubah hijau di dalam Masjid Nabawi. Shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi memiliki nilai berlipat ganda dibanding di masjid lain. Itu sebabnya kaum Muslimin berbondong-bondong pergi mengunjungi ke dua masjid tersebut tanpa mengenal waktu.

Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsa lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad dari Abu Darda).

Jam berapapun Raudah dan Ka’bah khususnya, selalu ramai dengan orang-orang yang thawaf, sai dan shalat.  Thawaf dan Sai adalah ibadah yang usianya telah mencapai ribuan tahun yaitu sejak zaman nabi Ibrahim as, seperti juga Mekkah yang merupakan kota tertua di muka bumi bahkan sebagai pusat bumi.

https://www.republika.co.id/berita/o7s4s3394/kabah-ternyata-terletak-tepat-di-pusat-bumi

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):127-128).

Mekah dan Madinah mencapai puncak kepadatannya pada musim Haji yang jatuh pada setiap bulan Dzulhijjah. Berhaji adalah kewajiban kaum Muslimin sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu. Sekitar 2.5 juta jamaah dari berbagai negara tumpah ruah di Mekah tepatnya di Padang Arafah pada satu hari dan waktu yang sama. Selanjutnya selama kurang lebih 1 bulan lamanya sebagian besar jamaah haji tersebut akan memadati Mekah dan Madinah untuk beribadah seperti shalat, membaca Al-Quran, berdzikir dll, tanpa mengenal waktu siang dan malam.

” … mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; …” ( Terjemah QS. Ali IMran (3):97)

Tak salah bila kemudian sejumlah astronout seperti Noguchi Soichi dari Jepang (2019), Sergey Ryazanskiy dari Rusia (2017), Randy Bresnik  asal Amerika Serikat (2014) membagikan hasil jepretan Mekah dengan Kabahnya dari luar angkasa. Ketiganya mengatakan bahwa pada malam hari Ka’bah dan sekitarnya terlihat sangat mencolok dari tempat mereka berada. Sesuatu yang sangat sejalan dengan hadist berikut:

Sesungguhnya, rumah yang dibacakan di dalamnya Alquran, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi” (HR Ahmad).

https://nationalgeographic.grid.id/read/132690993/astronaut-jepang-unggah-foto-mekkah-yang-dipotret-dari-luar-angkasa?page=all

Selain melaksanakan ibadah haji dan umrah, selama di tanah suci jamaah  biasanya juga  mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang berada di sekitar ke dua kota tersebut. Diantaranya yaitu gua Hira dimana Rasulullah menerima wahyu pertama, gua Tsur tempat Rasulullah berlindung dari kejaran musyirikin Quraisy ketika hijrah ke Madinah, masjid Quba masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah di Madinah, masjid Qiblatain masjid dimana turun perintah Allah swt agar merubah qiblat dari Baitul Maqdis (Palestina) ke Baitul Haram (Makkah) dll.

Di luar tempat-tempat tersebut di atas yang harus ditempuh dengan kendaraan, ada beberapa tempat bersejarah yang dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki. Diantaranya yaitu masjid Awan Al-Ghomamah. Masjid yang dibangun pada masa khalifah Ustman bin Affan ini hanya berjarak beberapa puluh meter dari Masjid Nabawi. Masjid ini berada di depan bangunan hotel-hotel baru yang dibangun belakangan. Di tempat yang di masa Rasulullah hanya berupa tanah lapang ini Rasulullah pernah memimpin kaum Muslimin melakukan shalat Istisqa, yaitu shalat memohon hujan. Setelah shalat yang sangat lama, Allah swt kemudian berkenan mengirimkan awan (ghomamah) lalu hujan lebatpun turun. 

Tak jauh dari masjid Al-Ghomamah berdiri pula masjid Abu Bakar as Siddiq yang tadinya merupakan rumah sahabat terdekat nabi ini. Di sekitar tempat tersebut sebenarnya terdapat pula masjid Ali bin Abi Thalib dan masjid Umar bin Khattab yang pada awalnya juga adalah rumah tempat tinggal mereka. Sayangnya keduanya tidak dapat dilihat karena tertutup oleh suatu pembatas. Masjid Ali bin Abi Thalib masih terlihat atap dan menaranya sedangkan masjid Umar bin Khattab sama sekali tidak terlihat. Kabarnya ke dua masjid bersejarah tersebut akan dirobohkan guna perluasan Masjid Nabawi yang masuk dalam program Saudi Vision 2030. Beruntung kami masih berkesempatan mengunjunginya  meski hanya dari luar. Karena selama ini tampaknya terlupakan oleh sebagian besar travel haji dan umrah yang ada. Museum Sirah Muhammad The Messenger of Allah Exhibition yang terletak di salah satu sisi masjid Nabawi adalah bagian dari mega proyek tersebut. Museum ini diresmikan pada Februari 2021.

Sementara di Mekah bangunan peninggalan bersejarah hanya tersisa sedikit sekali.  Berdasarkan estimasi Gulf Institute 95 persen bangunan yang rata-rata berumur 1,000 tahun tersebut telah dihancurkan dalam 20 tahun terakhir. Diantaranya adalah rumah dimana Rasulullah dilahirkan yang kini menjadi perpustakaan, rumah Khadijah ra di posisi toilet umum sekarang berada dan rumah Abu Bakar Siddiq yang skemudian dijadikan masjid hingga kini namun posisinya telah berada di suatu lantai hotel mewah di samping masjidil Haram.  

https://nu.or.id/internasional/95-persen-situs-berusia-1000-tahun-telah-dihancurkan-LKpZm

Sedangkan masjid Jin yang terletak tidak jauh dari pemakaman umum Ma’la adalah termasuk yang luput dari penggusuran. Masjid ini dinamakan masjid Jin karena ketika Rasulullah membacakan surat Al-Jin di tempat tersebut, para jin berdatangan lalu mengimani Allah dan kerasulan Muhammad SAW.

Akhir kata semoga dengan adanya mega proyek Saudi Vision 2030 yang tinggal beberapa tahun ini, denyut dan gemerlap cahaya Mekkah dan Madinah berkat tamu-tamunya yang datang untuk beribadah demi mengagungkannya akan terus bertambah. Bukan malah sebaliknya seperti NewYork dengan segala macam pusat hiburan dan wisatanya, yang berpotensi mengurangi kwalitas ibadah para tamu-tamu-Nya,  naudzu’billah min dzalik …..

Meski sebenarnya umrah dan haji tidak harus melulu ibadah namun juga memerlukan istirahat, makan bahkan juga bisa jadi belanja ( atau juga berjualan) baik untuk keperluan diri sendiri maupun oleh-oleh yang tak dapat dipungkiri memiliki nilai keindahan tersendiri. Dalam kesempatan ini pula kita bisa menemukan berbagai barang khas buatan negara lain yang dibawa oleh para jamaah berbagai negara, seperti boneka kayu khas Rusa dll. Di sini pula kita melihat dan mengenal wajah, bahasa dan kebiasaan saudara-saudara kita sesama Muslim dari belahan dunia lain. Masya Allah ….

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( Terjemah QS. Al-Hujurat(49):13)

Namun demikian kegiatan tersebut diisi untuk sambil menunggu waktu shalat bukan sebailknya seperti yang biasa dilakukan banyak orang ketika sedang tidak berumrah/haji. Itu sebabnya restoran dan toko di Mekkah dan Madinah segera tutup begitu adzan berkumandang … Allahu Akbar ….

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku“.( Terjemah QS. Adz-Dzariyat(51):56).

Mega proyek Saudi Vision 2030 yang merupakan ide putra mahkota Mohammad bin Salman demi memodernisasi negaranya tak dapat disangkal memang mengundang pro dan kontra,  bukan saja oleh rakyatnya tapi juga umat Islam di seluruh dunia. Maklum sejatinya Mekkah dan Madinah adalah milik umat Islam bukan milik bangsa Arab semata.

Wallahu ‘alam bi shawwab.

Jakarta, 6 Februari 2023.

Vien AM.     

Read Full Post »

Siapa bilang Islam anti terhadap tradisi lokal? Dalam banyak kasus, bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw, agama samawi ini cenderung akomodatif pada tradisi setempat. Selama tidak bertentangan dengan syariat, Islam sangat terbuka dengan lingkungan di mana ia dilabuhkan.

Jauh sebelum Islam menjejakkan kaki di kota Makkah, masyarakat jahiliah setempat sudah memiliki tradisi yang cukup mapan. Kendati mereka belum tersentuh ajaran wahyu dari Rasulullah, bangsa Arab sudah memiliki budaya dan tradisi moral yang luhur. Jadi, jangan sampai begitu kita mendengar kata ‘jahiliah’, kemudian berpikir bahwa nilai-nilai moral pada saat itu sangat bobrok sama sekali dan sangat jauh dari semangat moral ajaran Islam.

Bangsa Arab jahiliah dengan segala dinamikanya tetap memiliki budaya yang luhur, bahkan beberapa semangat tradisi saat itu masih dilestarikan Islam sampai hari ini. Bulan-bulan yang dimuliakan Salah satu budaya lokal bangsa Arab jahiliah adalah menghormati bulan-bulan haram (asyhurul ḫurum) yang ada empat, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharam, dan Sya’ban. Dinamakan ‘haram’ karena pada bulan tersebut dilarang untuk melakukan peperangan dan perbuatan keji.

Sejarawan Jawad Ali menjelaskan dalam kitabnya, al-Mufasshal fi Tarîkhil ‘Arab Qablal Islâm, bangsa Arab jahiliah membagi bulan menjadi dua. Pertama sebagai bulan biasa (i’tiyâdiyah) yang jumlahnya ada delapan, yaitu Safar, Rabiul awal, Rabiul Akhir, Jumadil ula, Jumadil akhir, Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal. 

Sementara yang kedua adalah bulan-bulan suci/mulia yang jumlahnya ada empat, yaitu Muharam. Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijah. Untuk menjaga kemuliaannya, pada bulan-bulan tersebut masyarakat dilarang untuk melakukan peperangan dan perbuatan keji.   Berbeda dengan ke delapan bulan lainnya, aktivitas peperangan masih diperbolehkan. Bahkan seorang laki-laki tidak boleh menyerang atau membalas seorang yang membunuh ayah atau saudaranya sendiri pada bulan mulia tersebut.

Asal mula tradisi penghormatan ini tidak lepas dari tabiat bangsa Arab Badui (pedalaman). Nasib hidup yang serba kekurangan membuat mereka menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup, termasuk jika harus menghunuskan pedang. Akibatnya, peperangan dan pertikaian berkepanjangan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka, termasuk tidak segan untuk merampok dan memerangi rombongan dagang yang melintas untuk dirampas hartanya.

Hidup dalam kondisi sosial yang penuh ketegangan, tentu membuat Arab Badui tidak nyaman. Mereka membutuhkan waktu sebagai jeda untuk menyelesaikan hal-hal yang tidak bisa tersentuh dalam kondisi masyarakat yang tidak stabil. Sebab itulah mereka menentukan waktu jeda yang kemudian ditetapkan empat bulan tersebut.

Selanjutnya kondusifitas waktu ini juga diteruskan oleh bangsa Arab secara umum, bukan hanya dari kalangan Badui. (Jawad Ali, Al-Mufasshal fi Tarîkhil ‘Arab Qablal Islâm, [Maktabah Syamilah Online], juz 16, h. 105) Tradisi penghormatan tersebut masih tetap eksis dalam ajaran Islam sampai hari ini.

Jika pada masa jahiliah bentuk penghormatannya dengan larangan perang dan perbuatan keji, maka pada masa Islam dengan berbagai keistimewaan yang dijanjikan pada bulan tersebut. Seperti pelipatgandaan pahala amal shaleh, anjuran berpuasa, penekanan untuk menghindari dosa, dan banyak lainnya.

Allah swt dalam surat At-Taubah ayat 36) berfirman yang artinya sebaga berikut:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Berkaitan ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatihul Ghaib menjelaskan, para ulama sepakat bahwa Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharam merupakan bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam.Maksud kata al-ḫurum pada ayat tersebut adalah perbuatan maksiat pada bulan-bulan tersebut akan mendapat balasan siksa lebib berat di banding bulan lain. Demikian pula perbuatan baik akan mendapat pahala lebih besar. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, juz XVI, h. 52).

Selain disinggung dalam nash Al-Qur’an, penegasan ini juga disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabda yang artinya: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam tradisi Islam, mengistimewakan amal shaleh berdasarkan waktu dan tempat tertentu memang banyak ditemui. Seperti mengistimewakan kota suci Makkah dibanding kota atau negara lainnya, hari Jumat dibanding hari-hari pada umumnya, hari ‘Arafah dibanding hari yang lain, bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lain, malam lailatul qadar dibanding malam-malam lain, dan sebagainya. (Fakhruddin ar-Razi, juz XVI, h. 52).

Keistimewaan empat bulan itu banyak dijelaskan banyak hadits Nabi. Bahkan tidak sedikit ulama yang menulis kitab dengan pembahasan secara khusus tentang keutamaan-keutamaannya. Seperti Ibnu Hajar al-Atsqalani menulis kitab berjudul Tabyînul ‘Ajab bi Mâ Warada fî Fadhli Rajab yang menghimpun hadits-hadits seputar amalan pada bulan Rajab dan keutamaannya.

Penulis : Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta.

Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/tradisi-pra-dan-pasca-islam-memuliakan-bulan-bulan-haram-G9u9d#

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 3 Februari 2023.

Vien AM.

Read Full Post »